Kondisi Iklim Wilayah Penelitian

a. Komposisi penduduk Komposisi penduduk adalah pengelompokan berdasarkan ciri- ciri tertentu, seperti ciri biologis, sosial ekonomi, dan geografis. Komposisi penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin. Data komposisi penduduk Kabupaten Bantul berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Komposisi Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2012 No Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Sex Ratio Laki-laki Perempuan 1 Srandakan 14.214 14.454 28.668 98.34 2 Sanden 14.616 15.128 29.744 96.62 3 Kretek 14.131 15.192 29.323 93.02 4 Pundong 15.543 16.236 31.779 95.73 5 Bambanglipuro 18.524 18.956 37.480 97.72 6 Pandak 23.926 23.982 47.908 99.77 7 Bantul 29.681 30.073 59.754 98.70 8 Jetis 25.887 26.426 52.313 97.96 9 Imogiri 28.008 28.528 56.536 98.18 10 Dlingo 17.609 18.058 35.667 97.51 11 Pleret 21.926 21.805 43.731 100.55 12 Piyungan 24.604 24.823 49.427 99.12 13 Banguntapan 62.127 60.383 122.510 102.89 14 Sewon 53.486 52.215 105.701 102.43 15 Kasihan 56.487 56.221 112.708 100.47 16 Pajangan 16.493 16.723 33.216 98.62 17 Sedayu 22.197 22.601 44.798 98.21 Jumlah 459.459 461.804 921.263 99,49 Sumber: Berdasarkan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000-2010 Kabupaten Bantul 2012 Tabel 10 menunjukkan bahwa Kabupaten Bantul mempunyai sex ratio penduduk sebesar 99,49, artinya, setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Bantul terdapat 99,49 penduduk laki-laki. b. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Kepadatan penduduk di Kabupaten Bantul tahun 2012 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantul 2012 No Kecamatan Luas km 2 Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan per km 2 Jiwakm 2 Presentase 1 Srandakan 18,32 28.668 1.565 4,76 2 Sanden 23,16 29.744 1.284 3,91 3 Kretek 26,77 29.323 1.095 3,33 4 Pundong 23,68 31.779 1.342 4,08 5 Bambanglipuro 22,70 37.480 1.651 5,02 6 Pandak 24,30 47.908 1.972 6,00 7 Bantul 21,95 59.754 2.722 8,28 8 Jetis 24,47 52.313 2.138 6,51 9 Imogiri 54,49 56.536 1.038 3,16 10 Dlingo 55,87 35.667 648 1,97 11 Pleret 22,97 43.731 1.904 5,79 12 Piyungan 32,54 49.427 1.519 4,62 13 Banguntapan 28,48 122.510 4.302 13,10 14 Sewon 27,16 105.701 3.892 11,80 15 Kasihan 32,38 112.708 3.481 10,60 16 Pajangan 33,25 33.216 999 3,06 17 Sedayu 34,36 44.798 1.304 3,97 Jumlah 506,85 921.263 32.856 100 Sumber: Berdasarkan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000-2010, BPS Kabupaten Bantul 2012 Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk Kabupaten Bantul sebesar 32.856 jiwakm 2 . Kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Bantul ada di Kecamatan Banguntapan dengan kepadatan 4.302 jiwakm² 13,10 artinya setiap 1 km² di wilayah Kecamatan Banguntapan dihuni oleh penduduk sebanyak 4.302 jiwa, sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Dlingo sebesar 648 jiwakm² 1,97 yang artinya setiap 1 km² di wilayah Kecamatan Dlingo dihuni oleh penduduk sebanyak 648 jiwa.

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang disebar secara merata di wilayah penelitian, yakni di 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul. Sampel yang diambil adalah 50 orang laki-laki dan 50 orang perempuan dengan kriteria berdasarkan: terdaftar sebagai pemilih tetap, dan beralamat tinggal sesuai Kartu Tanda Penduduk KTP warga Bantul. Adapun karakterisasi yang lebih spesifik dicari persentasenya pada bagian selanjutnya yaitu pada sub-bab analisis data. Dalam penelitian ini pengambilan data primer dengan kuesioner telah dilakukan dari Bulan Mei sampai dengan Bulan September 2015, yakni dengan menyebar 100 kuesioner secara merata di 75 desa dan 17 kecamatan. Berdasarkan deskripsi tersebut, maka diketahuilah ada sebanyak 75 TPS yang menjadi sasaran dalam penelitian ini. Dari sejumlah TPS tersebut, dapat ditinjau optimalitas lokasinya berdasarkan jawaban yang diberikan responden. Selain data dari kuesioner, pengambilan data primer berupa wawancara dengan anggota KPUD Bantul telah dilakukan pada bulan Juli 2015. Hasil wawancara ini digunakan sebagai penguat analisis dan menambahkan sudut pandang pakar terhadap permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Agar mendapatkan arah yang selaras, maka yang digunakan sebagai bahan pertanyaan wawancara adalah kisi-kisi yang