Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dilihat dari topografinya secara umum, Kecamatan Bambanglipuro berada pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 30 mdpal yang mencapai area sebesar 2187,69 ha. Tabel 24 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Bambanglipuro berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng 0-2 atau datar, yaitu mencapai 2170,99 ha atau 95,13 dari luas total Kecamatan Bambanglipuro. Jumlah pemilih di kecamatan ini sebanyak 33.624 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 78,56 atau sebanyak 26.414 pemilih yang berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. d Kecamatan Pandak Secara administratif Kecamatan Pandak berada di sebelah barat daya ibukota Kabupaten Bantul, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pajangan dan Bantul, sebelah timur dengan Kecamatan Bambanglipuro dan Bantul, sebelah selatan dengan Kecamatan Sanden, dan sebelah barat dengan Kecamatan Srandakan. Tabel 25. Kemiringan Lereng Kecamatan Pandak Kemiringan Lereng Luas hektare Persentase Luas Keterangan 0 - 2 3.425,01 84,15 Datar 2 – 8 535,44 13,15 Landai 8 – 15 109,54 2,69 Miring 15 – 25 - - Agak Curam 25 – 40 - - Curam 40 - - Sangat Curam Total 4.069 100 Sumber : bantulkab.go.id Kecamatan Pandak mempunyai luas wilayah 4.069 ha, secara topografi berada pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 30 mdpal yang mencapai luasan area sebesar 1659,69 ha. Tabel 25 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Pandak berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng 0-2 atau datar, yaitu mencapai 3.425,01 ha atau 84,15 dari luas total Kecamatan Pandak. Jumlah pemilih di kecamatan ini sebanyak 40.903 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 82.50 atau sejumlah 33.744 pemilih yang berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. e Kecamatan Bantul Secara administratif Kecamatan Bantul berada di ibukota Kabupaten Bantul dan merupakan ibukota dari Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul mempunyai luas wilayah 2.251 ha dengan corak perkotaan. Dilihat berdasarkan topografinya, sebagian besar wilayah Kecamatan Bantul berada pada daerah dataran rendah dengan ketinggian tempat 30-60 mdpal yang mencapai luasan area 1881,6 ha www.bantulkab.go.id. Wilayah Kecamatan Bantul seluruhnya berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng 0-2 atau datar, yaitu mencapai 2.251 ha atau 100 dari luas total Kecamatan Bantul. Kecamatan ini memiliki pemilih sejumlah 48.521 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 84,33 atau sebanyak 40.918 pemilih yang berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. f Kecamatan Jetis Secara administratif Kecamatan Jetis berada di sebelah tenggara ibukota Kabupaten Bantul dengan luas wilayah 3.759 ha. Wilayah Kecamatan Jetis berbatasan dengan Kecamatan Sewon di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Imogiri, sebelah selatan dengan Kecamatan Pundong dan Bambanglipuro, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bantul. Dilihat berdasarkan ketinggian tempatnya wilayah Kecamatan Jetis terletak pada ketinggian antara 30- 60 mdpal dengan luasan area mencapai 1136,3 ha www.bantulkab.go.id. Tabel 26. Kemiringan Lereng Kecamatan Jetis Kemiringan Lereng Luas hektare Persentase Luas Keterangan 0 - 2 3.596,82 95,66 Datar 2 – 8 37,96 1,01 Landai 8 – 15 125,23 3,33 Miring 15 – 25 - - Agak Curam 25 – 40 - - Curam 40 - - Sangat Curam Total 3.760 100 Sumber : bantulkab.go.id Tabel 26 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Jetis berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng 0-2 atau datar, yaitu mencapai 3.596,82 ha atau 95,66 dari luas total Kecamatan Jetis. Di kecamatan ini terdapat jumlah pemilih sebanyak 45.291 jiwa dari jumlah penduduk sebanyak 52.313 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 81,11 atau sebanyak 36.735 pemilih berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. g Kecamatan Banguntapan Secara administratif Kecamatan Banguntapan berada di sebelah timur laut Ibukota Kabupaten Bantul dengan wilayah seluas 2.865 Ha. Kecamatan Banguntapan pada sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sleman, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Piyungan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pleret, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sewon. Dilihat berdasarkan ketinggian tempatnya wilayah Kecamatan Banguntapan berada pada ketinggian tempat antara 60-90 mdpal yang mencapai luasan area 1691,2 ha www.bantulkab.go.id. Wilayah Kecamatan Banguntapan seluruhnya berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng 0-2 atau datar, yaitu mencapai 2.866 ha atau 100 dari luas total Kecamatan Banguntapan. Jumlah pemilih di Kecamatan Banguntapan sebanyak 83.994 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 79.94 atau sebanyak 67.143 pemilih yang berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. h Kecamatan Sewon Secara administratif Kecamatan Sewon terletak di sebelah timur laut Ibukota Kabupaten Bantul, dengan luas wilayah 5.114 ha. Wilayah Kecamatan Sewon berbatasan dengan: 1 Utara dengan Kota Yogyakarta, 2 Timur dengan Kecamatan Banguntapan, 3 Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jetis dan Bantul, 4 Barat berbatasan dengan Kecamatan Kasihan. Dilihat berdasarkan ketinggian tempatnya, sebagian besar daerah Kecamatan Sewon berada pada ketinggian antara 30-60 mdpal dengan luasan area mencapai 1711,88 ha www.bantulkab.go.id. Tabel 27. Kemiringan Lereng Kecamatan Sewon Kemiringan Lereng Luas hektare Presentase Luas Keterangan 0 - 2 5.113,55 99,97 Datar 2 – 8 1,21 0,02 Landai 8 – 15 0,24 0,004 Miring 15 – 25 - - Agak Curam 25 – 40 - - Curam 40 - - Sangat Curam Total 5.115 100 Sumber : bantulkab.go.id Tabel 27 menunjukkan bahwa hampir semua wilayah Kecamatan Sewon berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng 0-2 atau datar, yaitu mencapai 5.113,55 ha atau 99,97 dari luas total Kecamatan Sewon. Kecamatan Sewon memiliki jumlah pemilih sebanyak 76.629 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 82,02 atau sebanyak 62.852 pemilih yang berpartisipasi menggunakan hak pilihnya, i Kecamatan Kretek Secara administratif Kecamatan Kretek memiliki luas sekitar 2.677 ha dan berada di Selatan Ibukota Kabupaten Bantul. Pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bambanglipuro, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sanden dan Pandak, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pundong dan Kabupaten Gunungkidul, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia. Dilihat berdasarkan ketinggian tempatnya, wilayah Kecamatan Kretek mempunyai variasi dari 30 mdpal hingga 120 mdpal, namun sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian tempat 30 mdpal yang mencapai luasan 2384,03 ha. Kecamatan ini dialiri oleh Sungai Opak yang membagi dua wilayah kecamatan menjadi sebelah barat dan timur www.bantulkab.go.id. Tabel 28. Kemiringan Lereng Kecamatan Kretek Kemiringan Lereng Luas hektare Persentase Luas Keterangan 0 - 2 1.982,05 74,04 Datar 2 – 8 143,83 5,37 Landai 8 – 15 323,32 12,08 Miring 15 – 25 55,60 2,08 Agak Curam 25 – 40 - - Curam 40 172,19 6,43 Sangat Curam Total 2.677 100 Sumber : bantulkab.go.id Tabel 28 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Kretek berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng 0-2 atau datar, yaitu mencapai 1.982,05 ha atau 74,04 dari luas total Kecamatan Kretek. Jumlah pemilih di kecamatan ini sebanyak 24.412 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 81.61 atau sebanyak 19.922 pemilih berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. j Kecamatan Sedayu Kecamatan Sedayu merupakan kecamatan di jalur perbatasan antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo. Secara administratif Kecamatan Sedayu berada di sebelah barat laut ibukota Kabupaten Bantul, dengan luas 3.436 ha. Batas-batas wilayah Kecamatan Sedayu adalah: 1 Utara dengan Kecamatan Moyudan dan Godean, Kabupaten Sleman 2 Timur dengan Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman 3 Selatan dengan Kecamatan Pajangan, 4 Barat dengan Kali Progo dan Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo. Kecamatan Sedayu merupakan dataran rendah. Dilihat berdasarkan ketinggian tempatnya, Kecamatan Sedayu berada pada ketinggian yang bervariatif yaitu dari 30 mdpal hingga 120 mdpal. Namun wilayah yang berada pada ketinggian antara 60-90 mdpal merupakan area yang terluas yaitu mencapai 1799,94 ha www.bantulkab.go.id. Tabel 29. Kemiringan Lereng Kecamatan Sedayu Kemiringan Lereng Luas hektare Persentase Luas Keterangan 0 - 2 2.295,27 66,80 Datar 2 – 8 66,98 1,95 Landai 8 – 15 781,76 22,75 Miring 15 – 25 291,97 8,50 Agak Curam 25 – 40 - - Curam 40 - - Sangat Curam Total 3.436 100 Sumber : bantulkab.go.id Berdasarkan pada Tabel 29 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Sedayu berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng 0-2 atau datar, yaitu mencapai 2.295,27 ha atau 66,80 dari luas total Kecamatan Sedayu. Jumlah pemilih di kecamatan ini sebanyak 36.825 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 80,76 atau sebanyak 29.739 pemilih berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. k Kecamatan Kasihan Secara administratif Kecamatan Kasihan berada di sebelah utara Ibukota Kabupaten Bantul dengan luas wilayah 3.437 ha. Wilayah Kecamatan kasihan berbatasan dengan: 1 Utara dengan Kecamatan Ngampilan, 2 Timur dengan Kecamatan Sewon, 3 Selatan dengan Kecamatan Sewon dan Pajangan, 4 Barat dengan Kecamatan Pajangan. Dilihat berdasarkan ketinggian tempatnya, Kecamatan Kasihan berada pada ketinggian yang bervariatif yaitu dari 30 mdpal hingga 120 mdpal. Namun wilayah yang berada pada ketinggian antara 60-90 mdpal merupakan area yang terluas mencapai 2090,02 ha www.bantulkab.go.id. Tabel 30. Kemiringan Lereng Kecamatan Kasihan Kemiringan Lereng Luas hektare Persentase Luas Keterangan 0 - 2 2159,27 62,81 Datar 2 – 8 57,40 1,67 Landai 8 – 15 1221,32 35,52 Miring 15 – 25 - - Agak Curam 25 – 40 - - Curam 40 - - Sangat Curam Total 3.438 100 Sumber : bantulkab.go.id Berdasarkan pada Tabel 30 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Kasihan berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng 0-2 atau datar, yaitu mencapai 2.159,27 ha atau 62,81 dari luas total Kecamatan Kasihan. Jumlah pemilih di kecamatan ini sebanyak 80.831 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 81,40 atau sebanyak 65.797 pemilih berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. l Kecamatan Pleret Secara administratif Kecamatan Pleret berada di sebelah timur Ibukota Kabupaten Bantul, dengan luas wilayah 3.664 ha. Wilayah Kecamatan Pleret di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Banguntapan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Piyungan dan Dlingo, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jetis dan Imogiri, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sewon. Dilihat berdasarkan ketinggian tempatnya, Kecamatan Pleret berada pada ketinggian yang bervariatif yaitu dari 30 mdpal hingga 120 mdpal. Namun wilayah yang berada pada ketinggian antara 30-60 mdpal merupakan area yang terluas yaitu mencapai 1.265,78 ha www.bantulkab.go.id. Tabel 31. Kemiringan Lereng Kecamatan Pleret Kemiringan Lereng Luas hektare Persentase Luas Keterangan 0 - 2 2.325,22 63,46 Datar 2 – 8 20,69 0,56 Landai 8 – 15 609,58 16,64 Miring 15 – 25 129,51 3,53 Agak Curam 25 – 40 288,36 7,87 Curam 40 290,63 7,93 Sangat Curam Total 3.664 100 Sumber : bantulkab.go.id Berdasarkan pada Tabel 31 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Pleret berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng 0-2 atau datar, yaitu mencapai 2.325,22 ha atau 63,46 dari luas total Kecamatan Pleret. Jumlah pemilih di kecamatan ini sebanyak 34.742 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 83.86 atau sebanyak 29.133 pemilih berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. m Kecamatan Pundong Secara administratif Kecamatan pundong terletak di sebelah tenggara Ibukota Kabupaten Bantul. Luas kecamatan ini adalah 2.363 ha. Kecamatan Pundong sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jetis, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bambanglipuro, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Imogiri, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kretek. Dilihat berdasarkan ketinggian tempatnya, Kecamatan Pundong berada pada ketinggian yang bervariatif yaitu dari 30 mdpal hingga 120 mdpal. Wilayah yang berada pada ketinggian antara 30 mdpal merupakan area yang terluas yaitu mencapai 1732 ha www.bantulkab.go.id. Tabel 32. Kemiringan Lereng Kecamatan Pundong Kemiringan Lereng Luas hektare Persentase Luas Keterangan 0 - 2 1.607,24 68,01 Datar 2 – 8 10,69 0,45 Landai 8 – 15 302,11 12,78 Miring 15 – 25 88,12 3,73 Agak Curam 25 – 40 - - Curam 40 354,83 15,01 Sangat Curam Total 2.363 100 Sumber : bantulkab.go.id Berdasarkan pada Tabel 32 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Pundong berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng 0-2 atau datar, yaitu mencapai 1.607,24 ha atau 68,01 dari luas total Kecamatan Pundong. Wilayah dengan kemiringan lereng 2-8 merupakan bagian terkecil di kecamatan ini. Di Kecamatan Pundong tidak terdapat wilayah dengan kemiringan lereng 25-40. Jumlah pemilih di kecamatan ini sebanyak 24.412 jiwa dengan tingkat partisipasi sebesar 81,61 atau sebanyak 19.922 pemilih berpartisipasi menggunakan hak pilihnya.

b. Wilayah dengan Topografi Berombak-Berbukit

Kecamatan yang dapat dimasukkan ke dalam pengklasifikasian ini merupakan kecamatan yang sebagian besar wilayahnya 50 berada pada area dengan kemiringan lereng 8-15 hingga 15-25. Beberapa kecamatan yang termasuk ke dalam klasifikasi ini, antara lain: 1 Kecamatan Pajangan Secara administratif Kecamatan Pajangan berada di sebelah barat ibukota Kabupaten Bantul, dan memiliki luas wilayah 3.324 Ha. Adapun batas-batar wilayahnya pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kasihan dan Sedayu, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bantul, sebelah selatan dengan Kecamatan Pandak, dan sebelah barat berbatasan langsung dengan Kali Progo. Dilihat berdasarkan ketinggian tempatnya, Kecamatan Pajangan berada pada ketinggian yang bervariatif yaitu dari 30 mdpal hingga 120 mdpal. Namun wilayah yang berada pada ketinggian antara 30-60 mdpal merupakan area yang terluas yaitu mencapai 1038,78 ha www.bantulkab.go.id. Tabel 33. Kemiringan Lereng Kecamatan Pajangan Kemiringan Lereng Luas hektare Persentase Luas Keterangan 0 - 2 1.036,62 31,18 Datar 2 – 8 397,23 11,95 Landai 8 – 15 1.797,28 54,05 Miring 15 – 25 93,86 2,82 Agak Curam 25 – 40 - - Curam 40 - - Sangat Curam Total 3.325 100 Sumber : bantulkab.go.id Berdasarkan pada Tabel 33 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Pajangan berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng 8-15 atau miring, yaitu mencapai 1.797,28 ha atau 54,05 dari luas total Kecamatan Pajangan. Jumlah pemilih di kecamatan ini sebanyak 26.400 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 85,42 atau sebanyak 22.552 pemilih berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. 2 Kecamatan Piyungan Kecamatan Piyungan berada di sebelah timur laut ibukota Kabupaten Bantul dengan luas wilayah 3.254 ha. Kecamatan Piyungan berbatasan dengan Kecamatan Prambanan dan Berbah di sebelah utara, Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul di sebelah timur, Kecamatan Pleret di sebelah selatan, dan Kecamatan Banguntapan di sebelah barat. Dilihat berdasarkan ketinggian tempatnya, Kecamatan Piyungan berada pada ketinggian yang bervariatif yaitu dari 30 mdpal hingga 120 mdpal. Wilayah yang dengan ketinggian antara 60-90 mdpal merupakan area yang terluas yaitu mencapai 1.824,55 ha www.bantulkab.go.id. Tabel 34. Kemiringan Lereng Kecamatan Piyungan Kemiringan Lereng Luas hektare Persentase Luas Keterangan 0 - 2 1.209,36 37,15 Datar 2 – 8 185,41 5,69 Landai 8 – 15 349,38 10,73 Miring 15 – 25 14,76 0,45 Agak Curam 25 – 40 594,84 18,27 Curam 40 901,25 27,69 Sangat Curam Total 3.255 100 Sumber : bantulkab.go.id Berdasarkan pada Tabel 34 menunjukkan bahwa wilayah Kecamatan Piyungan berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng yang bervariasi, dari lereng yang datar hingga sangat curam. Namun daerah dengan kemiringan lereng datar merupakan daerah dengan luasan area yang terbesar, yaitu mencapai 1.209,36 atau 37,15 dari luas total Kecamatan Piyungan. Jumlah pemilih di kecamatan ini sebanyak 39.034 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 83,40 atau sebanyak 32.553 pemilih berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. 3 Kecamatan Imogiri Secara administratif Kecamatan Imogiri terletak di sebelah tenggara Ibukota Kabupaten Bantul dengan luas wilayah 5.448 ha. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Utara berbatasan dengan Kecamatan Jetis dan Pleret, Timur berbatasan dengan Kecamatan Dlingo, Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pundong, dan Kecamatan Panggang Kabupaten Gunungkidul, Barat berbatasan dengan Kecamatan Bambanglipuro dan Bantul. Tabel 35. Kemiringan Lereng Kecamatan Imogiri Kemiringan Lereng Luas hektare Persentase Luas Keterangan 0 - 2 1.513,14 27,77 Datar 2 – 8 1.099,09 20,17 Landai 8 – 15 500,84 9,19 Miring 15 – 25 205,83 3,78 Agak Curam 25 – 40 933,27 17,13 Curam 40 1.196,82 21,96 Sangat Curam Total 5.449 100 Sumber : bantulkab.go.id Dilihat berdasarkan ketinggian tempatnya, Kecamatan Imogiri berada pada ketinggian yang bervariatif yaitu dari 30 mdpal hingga 120 mdpal. Namun wilayah yang berada pada ketinggian antara 120 mdpal merupakan area yang terluas yaitu mencapai 1901,08 ha www.bantulkab.go.id. Berdasarkan pada Tabel 35 dapat diketahui bahwa wilayah Kecamatan Imogiri berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng yang bervariasi, dari lereng yang datar hingga sangat curam. Daerah dengan kemiringan lereng datar merupakan daerah dengan luasan area yang terbesar, yaitu mencapai 1.513,14 atau 27,77 dari luas total Kecamatan Imogiri. Jumlah pemilih di kecamatan ini sebanyak 49.462 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 78,88 atau sebanyak 39.017 pemilih yang berpartisipasi menggunakan hak pilihnya.

c. Wilayah dengan Topografi Berbukit-Bergunung

Kecamatan yang dapat dimasukkan ke dalam pengklasifikasian ini merupakan kecamatan yang sebagian besar wilayahnya 50 berada pada area dengan kemiringan lereng 25-40 hingga 40 . Kecamatan Dlingo merupakan satu-satunya Kecamatan yang dapat diklasifikasikan ke dalam wilayah dengan topografi berbukit-bergunung, hal ini dikarenakan kondisi topografi Kecamatan Dlingo merupakan daerah yang mempunyai kemiringan lereng yang curam. Secara administratif Kecamatan Dlingo berada di sebelah timur dari Ibukota Kabupaten Bantul, dengan wilayah seluas 3.797 ha. Wilayah Kecamatan Dlingo sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul, sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Kecamatan Playen, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Imogiri dan Pleret. Dilihat berdasarkan ketinggian tempatnya, Kecamatan Dlingo berada pada ketinggian yang bervariatif yaitu dari 30 mdpal hingga 120 mdpal. Namun wilayah yang berada pada ketinggian antara 120 mdpal merupakan area yang terluas yaitu mencapai 5373,18 ha www.bantulkab.go.id. Tabel 36. Kemiringan Lereng Kecamatan Dlingo Kemiringan Lereng Luas hektare Persentase Luas Keterangan 0 - 2 64,59 1,70 Datar 2 – 8 1229,28 32,36 Landai 8 – 15 108,10 2,85 Miring 15 – 25 135,99 3,58 Agak Curam 25 – 40 1853,35 48,80 Curam 40 406,69 10,71 Sangat Curam Total 3.798 100 Sumber : bantulkab.go.id Berdasarkan pada Tabel 36 dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Dlingo berada pada daerah dengan tingkat kemiringan lereng 25-40 atau curam dengan luas mencapai 1.853,35 ha atau 48,80 dari luas total Kecamatan Dlingo. Jumlah pemilih di kecamatan ini sebanyak 30.614 jiwa, dengan tingkat partisipasi sebesar 80,42 atau sebanyak 24.619 pemilih yang berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. Berikutnya, pada tingkat kemiringan 2-8 dengan topografi landai memiliki persentase luas sebesar 32.36 atau 1229,28 ha. Perbandingan luas wilayah dengan klasifikasi lereng yang berbeda ini mengindikasikan tidak ada pengaruh signifikan kemiringan lereng terhadap partisipasi pemilih. Tabel 37. Distribusi Partisipasi Pemilih di Kabupaten Bantul No Kecamatan Jumlah Pemilih Jiwa Jumlah Pengguna Hak Pilih Jiwa Jumlah Pemilih Golput Jiwa Tingkat Partisipasi Ket 1 Srandakan 25.166 20.203 4.963 80,28 A 2 Sanden 27.143 21.156 5.987 77,94 A 3 Kretek 24.412 19.922 4.490 81,61 A 4 Pundong 28.533 22.773 5.760 79,81 A 5 Bambanglipuro 33.624 26.414 7.210 78,56 A 6 Pandak 40.903 33.744 7.159 82,50 A 7 Pajangan 26.400 22.552 3.848 85,42 B 8 Bantul 48.521 40.918 7.603 84,33 A 9 Jetis 45.291 36.735 8.556 81,11 A 10 Imogiri 49.462 39.017 10.445 78,88 B 11 Dlingo 30.614 24.619 5.995 80,42 C 12 Banguntapan 83.994 67.143 16.851 79,94 A 13 Pleret 34.742 29.133 5.609 83,86 A 14 Piyungan 39.034 32.553 6.481 83,40 B 15 Sewon 76.629 62.852 13.777 82,02 A 16 Kasihan 80.831 65.797 15.034 81,40 A 17 Sedayu 36.825 29.739 7.086 80,76 A Total 732.124 595.270 136.854 81,31 Sumber : KPUD Kabupaten Bantul Keterangan : A = Wilayah dengan topografi datar-berombak B = Wilayah dengan topografi berombak-berbukit C = Wilayah dengan topografi berbukit-bergunung Berdasarkan Tabel 37, dapat diketahui wilayah kecamatan-kecamatan dengan persentase pemilih golput yang cukup mencolok yaitu lebih dari 20 . Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu Sanden 22,06 , Bambanglipuro 21,44 , Imogiri 21,12 , Pundong 20,19 , dan Banguntapan 20,06 . Empat dari lima kecamatan dengan persentase golput tertinggi di Bantul tersebut merupakan kecamatan dengan bentang wilayah yang datar-berombak, sedangkan satu kecamatan sisanya merupakan wilayah dengan topografi berombak-berbukit. Tabel 38. Tabulasi Partisipasi Responden Berdasarkan Kecamatan No Kecamatan Partisipasi Responden Memilih jiwa Tidak Memilih jiwa 1 Srandakan 4 2 2 Sanden 4 3 3 Kretek 4 1 4 Pundong 4 2 5 Bambanglipuro 4 4 6 Pandak 4 1 7 Bantul 4 1 8 Pajangan 4 9 Kasihan 4 1 10 Sedayu 4 2 11 Sewon 5 1 12 Jetis 4 1 13 Pleret 4 1 14 Imogiri 4 3 15 Dlingo 4 2 16 Piyungan 4 1 17 Banguntapan 5 4 Jumlah 70 30 Sumber : Olah Data 2015 Tabel 38 menunjukkan bahwa dari hasil penelitian di lapangan, responden yang terbanyak menyatakan tidak berpartisipasi menggunakan hak pilihnya dalam Pilpres 2014 lalu terdapat di Kecamatan Sanden, Bambanglipuro, Imogiri, dan Banguntapan. Di kecamatan lain juga terdapat responden yang menyatakan tidak berpartisipasi dalam Pilpres 2014 namun jumlahnya tidak signifikan. Jumlah responden yang menyatakan tidak berpartisipasi dalam Pilpres 2014 sebagian besar terdapat di kecamatan-kecamatan dengan topografi yang datar. Pada Kecamatan Sanden yang 100 wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 30 mdpal dan topografi yang datar, persentase partsipasi pemilihnya sebesar 77,94 atau terendah di Kabupaten Bantul. Hal ini dapat dikarenakan bahwa di wilayah Kecamatan Sanden didominasi oleh areal persawahan dan pemukiman pedesaan. Kondisi tersebut menyebabkan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau yang bergerak di bidang pertanian. Di samping itu, topografi yang datar diikuti dengan akses jalan yang cukup baik tentu membuat akses menuju lahan pertanian, kegiatan pertanian, dan kegiatan perekonomian lainnya menjadi mudah. Kecamatan Bambanglipuro pun memiliki kondisi topografi yang sama dengan Kecamatan Sanden, yaitu topografi yang datar berombak kategori A. Kondisi itulah yang menyebabkan masyarakat lebih memilih menjalankan pekerjaan mereka demi kelangsungan ekonominya dan mengabaikan pesta demokrasi Pilpres 2014. Kemudahan aksesibilitas yang seharusnya menjadi salah satu faktor pendukung kemajuan demokrasi, ternyata tidak berlaku mutlak. Di Kecamatan Banguntapan yang juga memiliki topografi yang sama dengan Kecamatan Sanden dan Bambanglipuro yaitu topografi datar berombak kategori A pun memiliki tingkat partisipasi pemilih sebesar 79,94, lebih rendah dibanding persentase partisipasi kabupaten. Selain kontur wilayahnya yang datar, kecamatan ini juga berbatasan dengan Kota Yogyakarta di sebelah utara, sehingga memiliki komposisi penduduk yang lebih heterogen di kawasan sub-urban. Permasalahan yang sering timbul pada masyarakat yang heterogen yaitu kurangnya kekerabatan dan solidaritas antar warganya. Hal inilah yang membuat sebagian warga memilih untuk tidak berpartisipasi dalam Pilpres 2014 lalu. Karakter masyarakat heterogen yang individual merupakan iklim sosial yang kurang mendukung bagi terselenggaranya kegiatan apapun di masyarakat, termasuk sebuah hajatan demokrasi seperti Pilpres 2014. Selain itu, wilayah rural Banguntapan di bagian selatan yang banyak terdapat perumahan elit yang telah menjadi anggapan umum sebagai simbol individualisme semakin menegaskan kurangnya ikatan kekerabatan dan solidaritas antar-masyarakatnya. Terlebih kondisi wilayah yang sebagian berupa perkotaan atau sub-urban di sebelah utara, menyebabkan timbulnya banyak peluang ekonomi karena lokasinya yang strategis, sehingga masyarakat Banguntapan banyak juga yang memilih untuk tidak berpartispasi dalam Pilpres 2014. Mereka lebih memilih menjalankan kegiatan perekonomian dibanding datang ke TPS. Kondisi di Kecamatan Imogiri yang juga terdapat responden yang menyatakan tidak berpartisi dalam Pilpres 2014 serta tingkat partisipasinya yang sebesar 78,88 relatif berbeda dibanding kecamatan-kecamatan lain yang memiliki tingkat partisipasi dibawah rata-rata. Kondisi topografi di Kecamatan Imogiri lebih bervariasi, wilayah paling dominan adalah wilayah dengan kemiringan 0-2 meski jumlahnya hanya 27 dari total luas wilayah. Kemiringan 40 menempati urutan kedua dengan persentase sebesar 21 dari total luas wilayah. Responden di kecamatan ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Kecamatan Sanden dan Bambanglipuro. Masyarakat di Kecamatan Imogiri relatif homogen, dengan mata pencaharian masyarakatnya sebagian besar sebagai petani. Responden yang menyatakan tidak berpartisipasi pada Pilpres 2014 lalu, mengaku bahwa mereka lebih memilih untuk pergi mengurus sawah dan ladang, atau pergi berdagang guna mencukupi kebutuhan keluarga, dibanding menghadiri pemungutan suara di TPS. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kondisi topografi di Kabupaten Bantul tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi pemilih pada Pilpres 2014. Sebagaimana telah dideskripsikan terkait bentang wilayah ke-17 kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul, bahwa mayoritas bentang lahan adalah berupa wilayah datar, kemudian ditemui pula bentang lahan berombak sampai pada berupa perbukitan. Kondisi topografi tersebut mempengaruhi perekonomian dan gerak masyarakat, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap aktivitas politik, meski aktivitas politik juga dilakukan dalam batas-batas geografis tertentu. Hal ini diperkuat oleh pernyataan salah seorang komisioner KPUD Bantul sebagai berikut ini : “...ya anda lihat sendiri kan mana-mana saja kecamatan yang golputnya banyak. Yang sini berapa yang sana berapa. Nah disitu kan kelihatan bahwa wilayah dengan golput yang terbanyak yaitu lebih dari 20 justru kebanyakaan di wilayah bawah, bukan pegunungan. Tingkat partisipasi masyarakat di daerah pegunungan juga tidak semuanya buruk. Selama ini anggapan orang kan kalau orang gunung itu tertinggal dibanding orang dataran atau orang kota. Tapi satu hal yang tidak disadari orang, bahwa orang gunung itu solidaritasnya kuat. Kekeluargaannya sangat dekat. Jadi meski di dataran itu apa-apa mudah, infrastruktur lengkap, jalan bagus-bagus, tapi itu kan jadi faktor pendukung ekonomi juga. Nah masyarakat kita masih banyak yang lebih mementingkan ekonomi dari pada hajatan demokrasi untuk menentukan nasib 5 tahun kedepan. Wawancara Penelitian, 2016 Berdasarkan pernyataan di atas, diketahui faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih di Kabupaten Bantul, yaitu kepentingan ekonomi masyarakat. Masyarakat yang tidak berpartisipasi menggunakan hak pilihnya dalam Pilpres 2014 lalu disebabkan karena lebih memilih menjalankan kegiatan ekonomi produktif demi mencukupi kebutuhan keluarga. 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat partisipasi pemilih di wilayah dengan topografi kasar mencapai lebih dari 80. Wilayah dengan topografi kategori C berbukit-bergunung yaitu Kecamatan Dlingo memiliki tingkat partisipasi mencapai 80,42. Wilayah dengan topografi kategori B berombak-berbukit yaitu Kecamatan Pajangan memiliki tingkat partisipasi sebesar 85,42, dan Kecamatan Piyungan sebesar 83,40. Kedua kecamatan kategori topografi B tersebut memiliki tingkat partisipasi di atas rata-rata Kabupaten Bantul sebesar 81,31. Kecamatan Imogiri menjadi satu-satunya wilayah dengan topogafi kategori B yang memiliki tingkat partisipasi pemilih di bawah rata- rata kabupaten yaitu hanya sebesar 78,88. Persentase partisipasi terendah justru terdapat di wilayah kecamatan kategori topografi A datar-berombak yaitu Kecamatan Sanden dengan persentase 77,94. Wilayah kategori A lainnya yang memiliki tingkat partisipasi di bawah rata-rata Kabupaten Bantul yaitu Kecamatan Srandakan 80,28, Pundong 79,81, Bambanglipuro 78,56, Jetis 81,11, Banguntapan 79,94 dan Sedayu 80,76. 2. Perbedaan tingkat partisipasi antara wilayah dengan topografi kasar dan halus di Kabupaten Bantul tidak terlalu signifikan. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji F menunjukkan nilai probabilitas = 0,07 α = 0,05. Maka berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Ha yang berbunyi “Kondisi topografi Kabupaten Bantul berpengaruh terhadap tingkat partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul” ditolak dan Ho yang berbunyi “Kondisi topografi Kabupaten Bantul tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul” diterima. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan wawancara dengan narasumber diketahui bahwa faktor utama yang mereduksi tingkat partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul ialah motif ekonomi. Masyarakat yang tidak berpartisipasi menggunakan hak pilihnya dalam Pilpres 2014 disebabkan karena lebih memilih menjalankan kegiatan ekonomi seperti menggarap sawah, mengurus ternak, dan berniaga. Pemilih yang tidak berpartisipasi tersebut lebih mementingkan kelangsungan ekonomi keluarga dibanding berpartisipasi dalam pemungutan suara. Pandangan pribadi pemilih terhadap pasangan-pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang mencalonkan juga turut mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih. Faktor topografi tidak berpengaruh terhadap preferensi pemilih untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam pemungutan suara.

B. SARAN

1. Kepada KPUD Kabupaten Bantul, perlu ditingkatkan sosialisasi dan pendekatan terhadap pemilih terutama di wilayah dengan tingkat partisipasi yang rendah. 2. Kepada pemerintah, pemilihan umum merupakan sarana untuk menentukan siapa yang berwenang mewakili rakyat guna menjalankan kedaulatan rakyat dan merupakan salah satu pelayanan hak-hak asasi warga negara dalam bidang politik. Di masa yang akan datang hendaknya pemerintah lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat mereduksi tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu. Semakin tinggi tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu, maka akan menghasilkan wakil rakyat-wakil rakyat dan pemimpin yang lebih legitimate. 3. Kepada peneliti lain, pengkajian geografi politik sangat menarik untuk terus dikembangkan. Kondisi geografis dan bentang wilayah Indonesia yang berupa kepulauan menyebabkan banyak aspek geografis yang menarik untuk dikaji dalam hubungannya dengan aktivitas politik. 4. Kepada perguruan tinggi, agar lebih mendorong penelitian geografi politik mengingat penelitian yang bertema geografi politik yang belum begitu populer di kalangan peneliti. Dengan banyaknya penelitian tentang geografi politik, diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan di bidang geografi dan politik. Daftar Pustaka Abdurachmat, Idris dan Enok Maryati. 1998. Geografi Ekonomi. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi. FPIPS IKIP. Andriyanto, Waluyo. 2007. Manajemen Publik: Konsep, Aplikasi dan Implementasinya dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Bandung: Mandar Maju. Amstrong, Heavey and Jim Taylor. 2000. Regional Economics and Policy. Third Edition. Oxford: Blackwell Publishing. Arikunto, Suharsami. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Reineka Cipta. Bintarto, R. 1984. Geografi Desa. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Budiman, Arief. 2006. Kebebasan, Negara, Pembangunan. Jakarta: Pustaka Alfabet. Dwijayanto. 2008. “Fenomena Golput pada Pilgub Jateng 2008-2013: Studi Kasus Masyarakat Golput Semarang.” Skripsi. Semarang: Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro. Gaol, CHR., Jimmy, L. 2014. A to Z Human Capital Manajemen Sumber Daya Manusia Konsep, Teori dan Pembagunan dalam Konteks Organisasi Publik dan Bisnis. Jakarta: Gramedia. Ghazali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Glassner, Martin, I. Political Geography. New York: Jhon Wiley Sons INC. Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo. Hartono. 2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama. Handayani. 2011. “Fenomena Golput dalam Pemilihan Bupati Tuban Tahun 2006 Perspektif Politik Islam,” Thesis. Yogyakarta: Magister Studi Islam. Fakultas Hukum. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.