10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka Tentang Anak Tunarungu
1. Pengertian Anak Tunarungu
Permanarian Somad dan Tati Herawati 1996:26 mengemukakan bahwa anak tunarungu adala anak yang mengalami
kekurangan pada indra pendengaran sehingga tidak mampu mendengar bunyi suara.
Menurut Sutjihati Sumantri 1996:74, tuna rungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan seorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Ditambahkan lagi bahwa
bahwa anak tuna rungu adalah yang kehilangan pendengaran baik sebagian hard of hearing maupun seluruhnya deaf yang
menyebabkan pendengaran tidak memiliki nilai fungsional dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengalaman sekitar diperoleh melalui
indera penglihatan.Pada umumnya Intelegensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak normal tetapi secara fungsional
perkembangannnya dipengaruhi oleh tingkat perkembangan bahasanya, keterbatasan informasi dan kiranya daya abstraksi anak.
Menurut Suparno 20 01:9 “tunarungu adalah kondisi
ketidakmampuan anak dalam mendapatkan informasi secara lisan, sehingga membutuhkan bimbingan dan pelayanan khusus dalam
belajarnya di sekolah”.
11
Jadi Ketunarunguan adalah hambatan pendengaran yang dialami oleh seseorang dari lahir ataupun tidak dan baik sebagian atau
keseluruhan. Ketunarunguan berdampak pada ketidakmampuan menerima informasi yang bersifat auditoris sehingga berdampak pada
penguasaan bahasa. Bahasa merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena dengan bahasa, manusia dapat berinteraksi atau
bertukar informasi, untuk itu anak tunarungu membutuhkan layanan khusus agar informasi dapat diterima baik oleh anak tunarungu.Anak
tunarungu pada umumnya memiliki intelegensi yang sama seperti anak normal lainnya, karena hambatan yang dialaminya menyebabkan
ketidakmampuan dalam menerima informasi secara lisan maupun tulisan, sehingga membutuhkan layanan khusus. Lemahnya produksi
suara yang dihasilkan oleh anak tunarungu menyebabkan anak normal kurang memahami ucapan dari anak tunarungu tersebut sehingga
interaksi anak tunarungu juga terhambat.
2. Karakteristik Anak Tunarungu