11
Jadi Ketunarunguan adalah hambatan pendengaran yang dialami oleh seseorang dari lahir ataupun tidak dan baik sebagian atau
keseluruhan. Ketunarunguan berdampak pada ketidakmampuan menerima informasi yang bersifat auditoris sehingga berdampak pada
penguasaan bahasa. Bahasa merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena dengan bahasa, manusia dapat berinteraksi atau
bertukar informasi, untuk itu anak tunarungu membutuhkan layanan khusus agar informasi dapat diterima baik oleh anak tunarungu.Anak
tunarungu pada umumnya memiliki intelegensi yang sama seperti anak normal lainnya, karena hambatan yang dialaminya menyebabkan
ketidakmampuan dalam menerima informasi secara lisan maupun tulisan, sehingga membutuhkan layanan khusus. Lemahnya produksi
suara yang dihasilkan oleh anak tunarungu menyebabkan anak normal kurang memahami ucapan dari anak tunarungu tersebut sehingga
interaksi anak tunarungu juga terhambat.
2. Karakteristik Anak Tunarungu
Menurut Permanarian Somad dan Tati Herawati 1996:35, jika dibandingkan dengan ketunaan lain, ketunarunguan tidak nampak
jelas karena sepintas fisiknya tidak kelihatan mengalami kelainan. Tetapi sebagai dampak dari ketunarunguannya, anak tunarungu
memiliki karakteristik yang khas. Berikut ini karakteristik anak tunarungu jika dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, emosi
serta sosial:
12
a. Dari segi intelegensi
Kemampuan intelektual anak tunarungu sama seperti anak yang normal pendengarannya. Anak tunarungu ada yang memiliki
intelegensi tinggi, rata-rata dan rendah. Perkembangan intelegensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan yang mendengar.
Rendahnya tingkat prestasi anak tunarungu bukan berasal dari kemampuan intelektualnya yang rendah, tetapi pada umumnya
yang disebabkan karena intelegensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang dengan maksimal.
b. Dari segi bahasa
Anak tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, kemampuan berbahasanya tidak akan berkembang bila tidak dididik atau dilatih
secara khusus. c.
Dari segi emosi dan sosial Ketunarunguan dapat mengakibatkan terasing dari pergaulan sehari
hari, yang berarti terasing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat dimana anak tunarungu hidup.
Menurut Suparno 2001:14 , karakteristik anak tunarungu yang umumya dimiliki oleh anak tunarungu diantara lain adalah
sebagai berikut: a.
Segi fisik atau motorik 1
Cara berjalannya agak kaku dan cenderung membentuk 2
Pernapasannya pendek 3
Gerakan matanya cepat dan beringas 4
Gerakan tangan dan kakinya
13
b. Segi bahasa
1 Miskin kosa kata
2 Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan dan kata-kata yang
abstrak ideamatik 3
Sulit memahami kalimat-kalimat yang kompleks atau kalimat panjang tentu bentuk kiasan-kiasan
4 Kurang menguasai irama dan gaya bahasa.
Berdasarkan pemaparan diatas anak tunarungu memiliki karakteristik dari segi fisik, intelegensi, bahasa, dan emosi sosial yang
berbeda dengan anak normal lainnya. Dari segi fisik pada umumnya sama seperti anak normal lainnya, namun terdapat gerakan-gerakan
yang berbeda dengan anak normal lainnya seperti gerakan mata, kaki dan tangan. Dari segi intelegensi pada umumnya anak tunarungu
memiliki intelegensi yang sama dengan anak normal lainnya, anak tunarungu memiliki prestasi yang rendah dikarenakan bahasanya tidak
berkembang dan sulitnya menerima informasi dari luar. Dari segi bahasa anak tunarungu mengalami ketertinggalan jauh dengan anak
normal lainnya, fase berbahasa pada anak tunarungu berhenti pada fase meraban, dan pada umumnya anak tunarungu mengalami kekakuan
pada pita suara yang menyebabkan sulitnya mengucapkan kata yang mudah dipahami oleh orang lain. Miskinnya kosa kata menyebabkan
anak tunarungu kurang paham dengan kata-kata yang bersifat abstrak. Untuk itu perlu pelatihan artikulasi pada anak tunarungu agar dapat
melemaskan kekakuan pita suara. Dari segi emosi dan sosial cenderung mengasingkan diri dengan anak normal lainnya, anak
tunarungu merasa iri dengan anak normal yang mampu mendengar.
14
Aspek sosial pada anak tunarungu tidaklah gampang, anak tunarungu perlu penyesuaian yang lama terhadap benda atau orang baru. Anak
tunarungu juga memiliki emosi yang tinggi seperti mudah marah dan berprasangka buruk. Untuk mengembangkan aspek emosi dan sosial
pada anak tunarungu, maka perlu adanya pembelajaran di luar kelas seperti berinteraksi dengan masyarakat luas supaya anak tunarungu
tidak merasa iri dengan anak normal lainnya.
3. Klasifikasi Anak Tunarungu