Dukungan dan ketersediaan fasilitas dari orang tua siswa dan masyarakat

153 Di mushola, peneliti menjumpai 3 orang tukang yang sedang membangun gudang mushola. Peneliti pun menyempatkan untuk berbincang-bincang. Dari perbincangan seputar pembangunan mushola, ternyata mushola dibangun di atas tanah wakaf kalurahan. Tukangnya didatangkan dari luar, bukan masyarakat sekitar. Konsumsi tukang ditangggung oleh wali murid. Biasanya, wali murid mengirim makanan setiap hari secara sukarela. Untuk biaya pembuatan mushola diberi oleh donatur. Karpetnya dibelikan juga oleh salah satu orang tua wali. Peneliti kembali ke sekolah karena jam olahraga sudah selesai. Merasa belum melihat Pak Jo, peneliti menunggu Pak Jo di ruang guru. Ketika menunggu, kepala sekolah masuk ke halaman sekolah. Beliau pulang dari syawalan. Kepala sekolah dan peneliti bersalaman dan berbincang- bincang sebentar. Karena masih ada kegiatan lain, kepala sekolah pun pamit untuk meninggalkan peneliti. Sepeninggal kepala sekolah, peneliti dihampiri oleh Bu Ng. Peneliti diajak berbincang- bincang. Bu Ng menceritakan tentang asalnya, suka duka mengajar, kondisi sekolah, sekolah membuka kelas 2 rombel, tetapi kelasnya belum ada. Sekolah juga sudah ditawari untuk menggunakan kediaman kosong di dekat sekolah untuk KBM. Sayangnya, papan tulisnya belum ada. Jadi, belum bisa pindah. Tak lama kemudian, Pak Jo datang. Mulailah wawancara di depan ruang kelas 5. Wawancara berlangsung selama kurang lebih tiga puluh menit. Setelah itu, peneliti diajak berbincang dengan kepala sekolah. Lampiran: Observasi I dan Wawancara I, II Catatan Lapangan II Hari, tanggal : Rabu, 5 Agustus 2015 Tempat : Ruang guru, ruang kelas, halaman sekolah, dan mushola Waktu : 06.43-11.37 Deskripsi Pada hari Rabu, 5 Agustus 2015 peneliti memulai penelitian jam 06.53 WIB. Di sekolah, sudah banyak siswa yang datang. Salah satu guru laki-laki terlihat sedang menyambut para siswa di halaman sekolah dekat pintu gerbang. Di ruang guru, belum banyak terlihat guru. Baru lima orang saja yang datang. Ada yang menyiapkan untuk pembelajaran, ada juga yang bersiap akan ikut menyambut siswa, bahkan ada juga yang baru datang. Guru-guru yang berada di ruang guru segera menyusul guru lain untuk menyambut siswa di halaman sekolah dekat gerbang. Para siswa yang datang segera bersalaman pada bapak ibu guru setelah masuk gerbang. Sebagian siswa berangkat sekolah dengan diantarkan orang tua atau walinya. Siswa yang berangkat ke sekolah diantar, tidak ditunggui. Para pengantar langsung pulang atau melanjutkan perjalanannya. Jadi di sekolah tersebut sudah tidak ada orang tua atau wali yang menunggu anaknya sekolah. Sebagian yang lain berangkat dengan naik sepeda. Para siswa yang naik sepeda, sepedanya diparkir di belakang sekolah. Selain itu, ada juga yang berangkat dengan jalan kaki karena rumahnya dekat. Sementara itu, terlihat lebih dari 20 siswa duduk-duduk di teras kelas masih membawa tasnya. Peneliti bertanya kepada salah satu siswa tersebut,”Kenapa kok masih di luar?”. Siswa A 154 menjawab,”Di dalam ngga dapet tempat duduk.” Kemudian peneliti bertanya lagi,”Kok bisa? Lhah itu ada temennya yang masuk, bisa?”. Siswa B menjawab,”Iya, tapi di dalem udah penuh.” Peneliti meminta penjelasan lebih lanjut,”Kalau kemarin memangnya kelasnya bagaimana?” Siswa A menjawab,”Ya kalo udah ada gurunya nanti diatur. Jadi ada yang di depan juga. Kan masih digabung.” Untuk meyakinkan hal tersebut, peneliti meminta penjelasan ke siswa lain yang juga belum masuk kelas. Ternyata jawaban mereka juga sama, mereka tidak mendapatkan tempat duduk di kelas karena belum diatur. Tak lama kemudian, bel berbunyi. Semua siswa masuk kelas, begitu pun guru. Terlihat siswa-siswa yang belum mendapat tempat duduk menghampiri guru kelas untuk diatur duduknya. Karena hari ini kelas tiga pindah kelas di gedung dua, jadi siswa kelas dua bisa di pisah menjadi 2A dan 2B. Wali kelas 3A dan 3B mendampingi siswa kelas tiga menuju gedung dua sambil membawa alat tulis dan perlengkapan mengajar. Kelas 3A dan 3B terpaksa ditempatkan di gedung dua karena kapasitas sekolah tidak mencukupi. Gedung dua ini berupa rumah. Gedung dua merupakan rumah kosong yang oleh pemiliknya maupun masyarakat sekitar diusulkan untuk menjadi kelas sementara sembari menunggu pembangunan kelas baru di satu wilayah. Ditempatkannya para siswa kelas tiga ini karena sekolah kembali membuka dua rombongan belajar 1A dan 1B sehingga mengakibatkan kekurangan kelas. Pembukaan kelas baru ini merupakan tindak lanjut atas tingginya minat masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di SD Muhammadiyah Domban 3. Dua tahun sebelumnya, sekolah membuka juga dua rombongan belajar untuk siswa baru. Jadi, kelas 4-6 masing-masing ada satu rombongan belajar dan kelas 1-3 masing- masing ada dua rombongan belajar. Jam 07.10 peneliti dan guru masuk ke kelas 1A. Guru yang mengampu seharusnya guru agama. Namun, guru agama sedang berhalangan hadir sehingga digantikan oleh wali kelas 1A, yaitu Ibu Ya. Ibu Ya menyiapkan kelas dengan melihat sekeliling apakah siswa sudah siap atau belum. Bu Ya melihat ada salah satu siswa makan permen di dalam kelas. Guru menegur dan meminta siswa tersebut untuk membuang permen tersebut karena pelajaran akan dimulai. Setelah semua dirasa siap untuk belajar, guru meminta salah satu siswa untuk memimpin bernyanyi lagu “Indonesia Raya”. Tanpa ditunjuk, salah seorang siswa perempuan dengan berani maju ingin memimpin. Guru meminta semua siswa untuk berdiri ketika menyanyikan lagu “Indonesia Raya”. Pada mulanya, semua siswa menyanyikan lagu “Indonesia Raya” sambil beriri. Kemudian satu per satu tumbang tergoda untuk duduk. Hanya tujuh siswa yang masih bertahan berdiri sampai lagu tersebut selesai. Yang lainnya, bernyanyi sambil duduk. Guru memberi pesan kepada siswa agar pada hari esok dan seterusnya diharapka n siswa menyanyikan lagu “Indonesia Raya” sambil berdiri. Kemudian guru berterima kasih kepada siswa yang telah memimpin bernyanyi tadi dan mempersilakan duduk. Selanjutnya guru meminta Al untuk memimpin berdoa. Al didampingi guru memimpin berdoa. Selesai berdoa, guru meminta siswa untuk menirukan “Janji Pelajar Muhammadiyah”. Semua siswa mengikuti dengan seksama. Setelah selesai mengucapkan Janji Pelajar Muhammadiyah, ritual selanjutnya adalah pembiasaan pesolatan. Guru membimbing siswa untuk melafalkan bacaan sholat dimulai dari takbiratul ikhram, Allahumma ba‟id, Al Fatihah, Al Asr, takbir, bacaan ruku‟,dan