DIBALIK PRESTASI AKADEMIK SD MUHAMMADIYAH DOMBAN 3.

(1)

i

DIBALIK PRESTASI AKADEMIK SD MUHAMMADIYAH DOMBAN 3

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Ummu Faizah Ah NIM 11108244041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Desire is the starting point of all achievements.” (Napoleon Hill)

“Orang yang ingin mencapai puncak dalam karir dan kehidupannya harus membangun keseharian yang sabar dan gigih. Tanpa upaya, tidak akan ada hasil.

Tanpa pendakian yang jujur, tidak ada kemuliaan di atas.” (Mario Teguh)

“Keberhasilan datang dari niat bersungguh-sungguh, upaya yang gigih, dan doa.” (Ummu Faizah Ah)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Allah Swt., skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibuku yang tak pernah lelah berhenti mendoakan dan mendukung segala keputusanku.

2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa.


(7)

vii

DIBALIK PRESTASI AKADEMIK SD MUHAMMADIYAH DOMBAN 3 Oleh

Ummu Faizah Ah NIM 11108244041

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alasan tingginya prestasi akademik di SD Muhammadiyah Domban 3. Keberhasilan prestasi akademik sekolah dapat dilihat dari dukungan dan ketersediaan fasilitas dari masyarakat atau orang tua siswa, sistem penerimaan siswa, kebijakan kepala sekolah, banyaknya kegiatan sekolah, dan tingkat pengetahuan dan keterampilan warga sekolah.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Tempat penelitian di SD Muhammadiyah Domban 3. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi nonpartisipatif, wawancara semiterstruktur, dan dokumentasi. Langkah-langkah analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Keabsahan data dengan cara uji kredibilitas meliputi triangulasi teknik, sumber, dan bahan referensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi akademik dipengaruhi oleh dukungan masyarakat atau orang tua siswa, kebijakan kepala sekolah, banyaknya kegiatan sekolah, dan tingkat pengetahuan dan keterampilan siswa. Dukungan masyarakat atau orang tua siswa ditunjukkan dengan pemberian bantuan berupa uang, motivasi, tenaga, penyediaan tempat belajar, dan penambahan prasarana sekolah. Kebijakan kepala sekolah ditunjukkan melalui pelaksanaan jam ke-nol dan les siang sejak kelas awal. Banyaknya kegiatan sekolah ditunjukkan dengan penambahan jam belajar di setiap kelas. Tingkat pengetahuan dan keterampilan ditunjukkan melalui pengajaran yang intens oleh guru dan pengintegrasian keterampilan dalam pembelajaran. Sementara itu, sistem penerimaan siswa tidak mempengaruhi prestasi akademik.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan seluruh alam, atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga dan sahabatnya. Skripsi ini tersusun atas bimbingan, bantuan, dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan kesempatan

melakukan penelitian.

3. Dosen Pembimbing Skripsi I, Bapak H. Sujati, M. Pd. yang telah membimbing dengan sabar.

4. Dosen Pembimbing Skripsi II, Ibu Safitri Yosita Ratri, M.Pd., M.Ed., yang telah memberikan motivasi dan bimbingan.

5. Kepala SD Muhammadiyah Domban 3 yang telah memberikan izin dan dukungan penelitian.

6. Bapak/Ibu guru, karyawan, dan siswa SD Muhammadiyah Domban 3 yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

7. Masyarakat sekitar SD Muhammadiyah Domban 3 yang juga turut membantu pelaksanaan penelitian.

8. Orang tua tercinta, Bapak Husain dan Ibu Purnamaningsih yang telah memberikan dukungan material, motivasi, dan kasih sayang serta senantiasa berdoa.

9. Kedua kakakku tersayang, dr. Achmad Amiruddin Al Husain dan dr. Ratih Widowati yang telah memberikan semangat.

10. Keluarga besarku yang selalu menyemangati dan mendo‟akan.

11. Bapak dan Ibu Dosen FIP UNY yang telah memberikan bekal ilmu selama perkuliahan di PGSD FIP UNY.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah memberikan bantuan, doa, dan motivasi.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Fokus Penelitian ... 12

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Akademik ... 14

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik Sekolah ... 16

C. Indikator Prestasi Akademik Sekolah ... 28

D. Pertanyaan Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

C. Subjek Penelitian ... 37


(11)

xi

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Instrumen Penelitian... 40

G. Keabsahan Data ... 41

H. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 45

2. Deskripsi Prestasi Akademik ... 56

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik sekolah ... 77

B. Pembahasan ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Data Kependidikan Guru SD Muh Domban 3...7 Tabel 2. Jumlah Siswa SD Muhammadiyah Domban 3...53 Tabel 3. Guru dan karyawan SD Muhammadiyah Domban 3...53


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Panduan Wawancara...112

Lampiran 2. Panduan Observasi...118

Lampiran 3. Lembar Catatan Lapangan...120

Lampiran 4. Reduksi Data...121

Lampiran 5. Display Data...148

Lampiran 6. Verifikasi Data...149

Lampiran 7. Catatan Lapangan...152

Lampiran 8. Transkrip Wawancara...181

Lampiran 9. Hasil Observasi...225

Lampiran 10. Foto-foto Pendukung...267

Lampiran 11. Dokumentasi...272

Lampiran 12. Surat Izin Penelitian...293


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman yang semakin modern sekarang ini, pendidikan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia. Hal ini dikarenakan setiap manusia perlu mengembangkan potensi dari dalam dirinya agar memiliki kepribadian yang baik, kecerdasan, serta keterampilan yang berguna bagi kehidupannya. Hal tersebut tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003.

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”

Pentingnya pendidikan bagi manusia juga diatur oleh negara dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan. Hal ini berarti semua warga negara baik kaya maupun miskin, normal maupun berkebutuhan khusus berhak memperoleh kesempatan pendidikan. Pendidikan diselenggarakan dengan tidak memandang status sosial, status ekonomi, ras, maupun kondisi fisik seseorang. Semua berhak atas pendidikan.

Pendidikan merupakan proses mengembangkan potensi diri agar dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Pendidikan hakikatnya untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian manusia, yang dilakukan baik dalam keluarga, di sekolah, maupun di masyarakat dan berlaku seumur hidup. Dalam proses pendidikan, terjalin hubungan antara pihak pendidik dan peserta didik. Keduanya saling mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan.


(15)

2

Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar (KBM). Kegiatan tersebut memungkinkan terjadinya interaksi antara siswa sebagai peserta didik dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru/pendidik. Kegiatan ini perlu dikemas secara menarik dan efektif agar peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang ditargetkan. Tujuan utama pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan moral peserta didik. Oleh karena itu, pendidik harus mencontohkan sikap, perbuatan, dan ucapan yang baik kepada peserta didik serta menciptakan iklim belajar yang kondusif.

Proses pendidikan juga terjadi jika terjalinnya hubungan yang baik antarkomponen pendidikan. Dwi Siswoyo, dkk (2008 : 33) mengemukakan bahwa terdapat tujuh komponen pendidikan, yaitu tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, isi pendidikan, metode pendidikan, alat pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Pendidik dikatakan gagal dalam melaksanakan proses pendidikan jika peserta didik tidak mendukung upaya pendidik dalam melaksanakan KBM. Pendidik mempunyai tujuan pendidikan yang ingin dicapai untuk kepentingan peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidik memerlukan berbagai sumber yang dapat dimanfaatkan pendidik maupun peserta didik untuk memperkaya isi pendidikan. Untuk memudahkan peserta didik memperkaya isi pendidikan, pendidik juga memerlukan metode dan alat pendidikan. Dengan terjalinnya hubungan yang baik antara pendidik dan peserta didik, tujuan pendidikan akan lebih mudah dicapai.

Hubungan baik antara pendidik dengan peserta didik merupakan perwujudan dari kompetensi sosial yang wajib dimiliki seorang pendidik profesional. UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebut guru


(16)

3

sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Ngainun Naim (2009:4) juga menyatakan bahwa guru tidak hanya orang-orang yang memiliki kualifikasi keguruan secara formal yang diperoleh lewat jenjang pendidikan di perguruan tinggi, tetapi juga orang-orang yang memiliki kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai di segala ranah. Guru sebagai pendidik merupakan agen perubahan yang berfungsi sebagai pemimpin dan pendukung serta pengembang nilai-nilai hidup di masyarakat, sebagai fasilitator, dan bertanggung jawab atas tujuan belajar.

Wardiman Djoyonegoro, mantan Menteri Pendidikan nasional, menyatakan bahwa setidaknya ada tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, yaitu (1) sarana, (2) buku yang berkualitas, dan (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional (Mulyasa, 2006:3). Berdasarkan hal tersebut, keprofesionalan guru dalam proses pendidikan sangatlah dituntut. Dalam UU Guru dan Dosen pasal 1 ayat 4 dikemukakan bahwa “Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”. Pernyataan tersebut juga sejalan dengan pendapat Rusman (2012:17), “Profesi adalah suatu bidang pekerjaan atau keahlian tertentu yang mensyaratkan kompetensi intelektualitas, sikap, dan keterampian tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis yang intensif”. Oleh karena


(17)

4

itu, sebuah profesi harus diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Ketika seseorang menjalani sebuah pekerjaan profesi tanpa pendidikan dan pelatihan, maka orang tersebut belum bisa dikatakan profesional.

Momon (2013:10) menyatakan bahwa guru yang profesional adalah guru yang fokus pada usaha pengajaran dan pendidikan, sebagaimana jati diri fungsi guru. Guru profesional juga pasti memenuhi standar kualifikasi yang dipersyaratkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Syaiful (2009:18), guru yang memenuhi standar adalah guru yang telah memenuhi syarat kualifikasi dan memahami benar tindakan yang harus dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Menurut Allan dalam Jejen (2011: 8) tiga hal yang harus menjadi perhatian guru adalah kebutuhan minimal untuk persiapan guru (sebelum mengajar), kebutuhan minimal untuk fokus pada kompetensi guru, dan guru harus bertanggung jawab pada prestasi siswa.

Profesi guru adalah suatu pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip. UU guru dan dosen telah mengatur prinsip profesional pada pasal 7 ayat 1 sebagai berikut.

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.

c. Kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.


(18)

5

Setiap orang yang ingin menjadi pendidik, maka harus memenuhi kriteria persyaratan yang dibutuhkan dunia pendidikan. Hal tersebut telah diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 yang menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Syaiful Sagala (2009:2) yang menyatakan profesi didasarkan pada keahlian, kompetensi, dan pengetahuan spesialis. Jadi, pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keahlian dan kompetensinya dikatakan pendidik yang tidak kompeten karena tidak sesuai dengan profesinya. Jika kompetensi guru rendah, maka para muridnya kelak menjadi generasi yang bermutu rendah (Jejen, 2011:3).

Menurut Rusman (2012:19), guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Pendidik tentu saja bukan faktor utama penunjang keberhasilan dan kesuksesan pendidikan di sekolah. Ada faktor lain yang menunjang keberhasilan pendidikan. Salah satunya adalah sarana dan prasarana. Berdasarkan penelitian skripsi oleh Putri (2010:4) menemukan bahwa sarana dan prasarana belajar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian disertasi oleh Mc Gowen (2007:94) yang menyatakan “Although the correlations were not significant, a positive correlation was calculated for each of the TAKS areas with the TLEA section Educational Adequacy.” Maksud dari pernyataan tersebut adalah meskipun korelasi antara fasilitas dengan prestasi siswa tidak signifikan, kecukupan fasilitas mempunyai korelasi positif terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan temuan dari O‟Neill (Mc Gowen,


(19)

6

2007:95) yang menyatakan, “...facility adequacy was directly related to student performance.” Maksud dari pernyataan tersebut ialah kecukupan fasilitas atau sarana prasarana berhubungan langsung dengan kinerja siswa yang dalam hal ini adalah prestasi belajar.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan hasil penelitian, menunjukkan bahwa fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan. Ada kriteria dari pemerintah yang harus dipenuhi suatu sekolah agar dapat mengantarkan peserta didik mencapai keberhasilan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan, pada pasal 2 ayat 1 ada 8 kriteria tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kriteria tersebut diantaranya kurikulum dan isi pendidikan, kompetensi lulusannya, proses penyelenggaraan sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan sekolah, pembiayaan sekolah, dan penilaian pendidikan. Sekolah-sekolah yang memenuhi kriteria tersebut merupakan sekolah yang telah terakreditasi oleh BAN-S/M sehingga tidak akan diragukan kelayakan pelayanan pendidikannya. BAN-SM merupakan singkatan dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah yang merupakan badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (PP No. 32 Tahun 2013 pasal 1 ayat 32).

BAN-S/M melaksanakan akreditasi berdasarkan Permendiknas RI Nomor 29 Tahun 2005 tentang Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. Pada pasal 8 ayat 1, akreditasi sekolah dilaksanakan 5 tahun sekali. Namun pada pasal 8 ayat


(20)

7

2 dijelaskan kembali apabila sekolah yang bersangkutan dalam waktu kurang dari lima tahun mengajukan permohonan untuk diakreditasi ulang, maka akreditasi dapat dilakukan. PP No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 28 menjelaskan bahwa “Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dan/atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.” Kelayakan pelayanan pendidikan di sekolah yang telah terakreditasi akan membantu peserta didik juga untuk bisa nyaman belajar di sekolah tersebut sehingga akan memicu motivasi dan prestasi akademik yang tinggi. Semakin baik akreditasi suatu sekolah akan semakin baik pula kualitas pendidikan termasuk prestasi sekolahnya.

Namun berdasarkan hasil observasi di lapangan pada tanggal 2 Februari 2015, SD Muhammadiyah Domban 3 yang beralamat di dusun Tegal Domban, Margorejo, Tempel, Sleman merupakan sekolah swasta yang berakreditasi B. Jumlah siswa di SD Muhammadiyah Domban 3 cukup banyak, yaitu 187 siswa dengan jumlah guru 14 orang. Guru kelas terdiri dari 8 orang dengan latar belakang pendidikan antara lain: pendidikan Matematika, pendidikan Sejarah, PKN, Matematika, perhotelan, agama, teknik kimia, dan PGSD (Pendidikan Guru sekolah Dasar). Di samping itu terdapat guru mata pelajaran yang terdiri dari 5 orang dengan latar belakang pendidikan SMSR, PGSD, Bahasa Inggris, dan agama. Berikut ini adalah tabel data guru di SD Muhammadiyah Domban 3. Tabel 1. Data Kependidikan Guru SD Muh Domban 3

No Nama Jabatan Jurusan Tingkat

Pendidikan

Mulai Bekerja

1 Sw, S.Pd Kepala Sekolah PGSD S1 2011


(21)

8

3 Yu, A.ma Guru Kelas I Perhotelan D2 2008

4 Ng, S.Ag Guru Kelas II Pend. Agama S1 2007

5 Is, S.Pd Guru Kelas II Pend. Sejarah S1 2014 6 Nu, S.Pd.Si Guru Kelas III Pend.

Matematika S1 2013

7 Dy, S.Pd Guru Kelas IV PKn S1 2011

8 De, S.Pd.Si Guru Kelas V Matematika S1 2011 9 Yo,S.T,

S.Pd.SD Guru Kelas VI

Teknik Kimia,

PGSD S1 2006

10 Za, S.Ag Guru Agama

Islam Pend. Agama S1 1998

11 Jo, A.ma. Guru Penjaskes Penjas D2 2006

12 Su Guru SBK SMSR SMSR 2009

13 Am, S.Pd Guru Kelas III PGSD S1 2015

14 As, S.Pd.SD Guru Bahasa

Jawa PGSD S1 2011

Prestasi yang diraih oleh SD Muhammadiyah Domban 3 sangat banyak. Tak hanya di bidang keagamaan, tetapi di bidang keterampilan akademik lainnya. Dalam kurun waktu 3 tahun saja sekolah ini telah meraih 18 kejuaraan, baik di tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi, maupun nasional. Pada tahun 2012, SD Muhammadiyah Domban 3 meraih juara III Pidato Bahasa Inggris tingkat Nasional dan juara II Pildacil tingkat propinsi. Di tahun 2013, SD Muhammadiyah Domban 3 meraih juar I Fashion Show tingkat propinsi. Dan pada tahun 2014 banyak sekali meraih kejuaraan bidang keagamaan di tingkat kecamatan diantaranya juara I saritilawah putra putri, MHQ putri, dan pidato keagamaan dan juara II Cergam, MHQ putra, pidato Bahasa Indonesia, dan Lukis


(22)

9

keagamaan. Meskipun berakreditasi B, sekolah ini meraih juara pertama dengan nilai rata-rata ujian tertinggi di Kecamatan Tempel selama 3 tahun berturut-turut, yaitu tahun 2012, 2013, dan 2014. Tak hanya siswa dan sekolah saja yang berprestasi. Salah satu gurunya pun berprestasi dengan mengikuti ajang Kreativitas Guru tingkat Kabupaten. Guru tersebut meraih juara kedua di tahun 2014.

Berbeda dengan SD Muhmmadiyah Domban 3, SD N Salamrejo merupakan sekolah negeri berakreditasi A. Jumlah siswanya pun lebih sedikit, yaitu 67 orang dengan jumlah guru sebanyak 12 orang. Sepuluh orang guru berlatar belakang pendidikan PGSD dan dua lainnya berlatar belakang pendidikan Bahasa Indonesia dan Komputer. Prestasi yang diraih SDN Salamrejo tidaklah banyak. Baru-baru ini SD N Salamrejo meraih juara kedua tingkat Kabupaten dalam perlombaan Dokter Kecil. Meskipun berakreditasi A, sekolah ini belum bisa meraih juara pertama dalam ujian nasional. Pada tahun 2012/2013, sekolah ini meraih juara kedua nilai UN tertinggi di Kecamatan Tempel. Kemudian pada tahun 2013/2014 mengalami penurunan, yaitu meraih urutan kesebelas pada UN.

Dari permasalahan di atas menunjukkan bahwa SD N Salamrejo sangat bertolak belakang dengan SD Muhammadiyah Domban 3 dalam hal kualitas prestasi akademik. SD Muhammadiyah Domban 3 yang baru berakreditasi B dengan guru-guru yang sebagian besar berlatar belakang pendidikan non-PGSD mampu mengantarkan siswanya ke dalam prestasi yang sangat bagus. Sedangkan SD N Salamrejo yang sudah berkreditasi A dengan guru yang sebagian besar berlatar belakang PGSD malah belum mampu maksimal mengantarkan siswanya


(23)

10

pada prestasi tinggi. Oleh karena itu, peneliti ingin mendalami lebih jauh tentang latar belakang keberhasilan prestasi SD Muhammadiyah Domban 3.

Pertama, meskipun satuan pendidikannya adalah sekolah dasar, SD Muhammadiyah Domban 3 memiliki guru lulusan PGSD yang belum mencukupi. SD Muhammadiyah Domban 3 hanya memiliki empat guru lulusan PGSD. Itu pun tidak semua menjadi guru kelas. Lulusan tersebut menempati jabatan Kepala Sekolah, guru kelas I, guru kelas VI, dan Guru Bahasa Jawa. Di luar itu, gurunya lulusan non-PGSD. Bahkan ada juga yang lulusan non-pendidikan.

Kedua, fasilitas sarana dan prasarana SD Muhammadiyah Domban 3 belum mencukupi. Hal tersebut dapat dilihat dari jenis sarana yang ada, yaitu ruang kelas, perpustakaan, ruang Kepala Sekolah, ruang guru, tempat ibadah, UKS, WC, gudang, ruang komputer, ruang sirkulasi, kantin, dan tempat wudhu. Tempat ibadah dan UKS masih belum memenuhi standar yang ditetapkan. Begitu juga dengan gudang dan ruang komputer. Gudang untuk arsip dan barang masih kurang baik. Ruang komputer hanya menyediakan 2 komputer yang hal itu kurang sepadan dengan jumlah siswa yang ada. Selain itu, sekolah ini juga belum mempunyai laboratorium IPA.

Ketiga, prestasi akademik siswa di SD Muhamadiyah Domban 3 tinggi meskipun guru-gurunya tidak berasal dari lulusan PGSD. Selama tiga tahun berturut-turut, SD Muhammadiyah Domban 3 meraih peringkat pertama se-Kecamatan Tempel dalam ujian nasional. Pada tahun ajaran 2011/2012 nilai rerata ujian nasional 8,69. Kemudian tahun ajaran berikutnya, yaitu 2012/2013 memperoleh nilai rerata ujian nasional 8,81. Dari tahun ke tahun semakin


(24)

11

Meningkat hingga pada akhirnya tahun 2013/2014 meraih peringkat pertama lagi dengan nilai rerata ujian nasional 8,98.

Prestasi bagus juga ditunjukkan siswa kelas I-VI saat ujian semester gasal dan genap. Selama dua tahun berturut, peringkat prestasi akademik siswa SD Muhammadiyah Domban 3 berada di tiga besar se-Kecamatan Tempel. Pada tahun 2013, SD Muhammadiyah Domban 3 meraih juara ketiga dengan nilai rata-rata seluruh mata pelajaran dan seluruh kelas, yaitu 78,37. Kemudian tahun 2014, SD Muhammadiyah Domban 3 meraih juara ketiga lagi dengan nilai rata-rata 79,85.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti memfokuskan masalah pada keberhasilan prestasi akademik SD Muhammadiyah Domban 3. Masalah tersebut dipilih agar hasil penelitian ini dapat menghasilkan informasi mengenai alasan yang menjadi penyebab SD Muhammadiyah Domban 3 memiliki prestasi akademik yang tinggi. Dengan demikian, harapannya sekolah tersebut dapat mempertahankan dan meningkatkan prestasinya serta dapat memberikan contoh pada sekolah lain agar juga berhasil dalam prestasi akademiknya. Jadi, peneliti mengambil judul „Dibalik Prestasi Akademik di SD Muhammadiyah Domban 3‟. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah dapat dirinci identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Satuan pendidikan dasar atau sekolah dasar normatifnya memiliki guru-guru dengan lulusan PGSD, akan tetapi SD Muhammadiyah Domban 3 memiliki guru-guru yang sebagian besar bukan berasal dari lulusan PGSD.


(25)

12

2. Untuk menunjang proses pelaksanaan pendidikan diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. SD Muhammadiyah Domban 3 memiliki sarana yang terbatas dan seadanya sekali.

3. Siswa SD Muhammadiyah memiliki prestasi akademik yang cukup tinggi, padahal sarana prasarana masih minim dan sebagian besar gurunya bukan lulusan PGSD.

C. Fokus Penelitian

Penelitian difokuskan pada prestasi akademik SD Muhammadiyah Domban 3 yang tinggi meskipun sarana prasarana masih minim dan sebagian besar gurunya bukan lulusan PGSD.

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah disebutkan, dapat dibuat rumusan masalah „Mengapa prestasi akademik di SD Muhammdiyah Domban 3 tinggi?‟ E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alasan tingginya prestasi akademik di SD Muhammadiyah Domban 3.

F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu tentang berbagai hal yang menunjang prestasi akademik di jenjang sekolah dasar.

2. Secara Praktis


(26)

13 a. Peneliti

Penelitian ini akan menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti mengenai hal-hal yang menunjang prestasi akademik sekolah dasar sehingga kelak saat menjadi pendidik dapat menerapkan hal tersebut di satuan pendidikan tempat bekerja.

b. Guru

Penelitian ini akan menambah wawasan dan pengalaman guru untuk meningkatan kinerja sebagai pendidik dalam upaya meningkatkan prestasi akademik sekolah dengan mengetahui hal-hal yang dapat menunjang prestasi sekolah.


(27)

14 BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Akademik

Prestasi akademik merupakan sebuah istilah yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan akademik. Jika didefinisikan per kata, tentu saja dua kata ini mempunyai makna yang berbeda. Sebelum membahas makna dari prestasi akademik sebagai suatu kesatuan istilah, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing kata untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai makna kata prestasi dan akademik. Dengan begitu akan memudahkan dalam memahami istilah prestasi akademik.

Prestasi menurut Sardiman (2001:46) merupakan kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun luar individu dalam belajar. Gagasan tersebut diperkuat oleh pendapat Yusuf (2010:6) yang menyatakan definisi prestasi atau achievement is regarded as action of completing or attaining by exertion. Arti pernyataan Yusuf, yakni prestasi dianggap sebagai tindakan menyelesaikan atau mencapai dengan tenaga. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah pencapaian individu dari suatu proses memperoleh sesuatu hal yang ditunjukkan dengan kemampuan yang nyata.

Satu kata lagi yang perlu kita pahami sebelum mendefinisikan istilah prestasi akademik, yaitu kata akademik. Asyhari (2011:24) mendefinisikan akademik sebagai segala hal yang berhubungan dengan penguasaan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa setelah mengikuti proses


(28)

15

pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Asyhari, Achmad Dardiri (2003:1) juga menyampaikan bahwa akademik adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah ilmu pengetahuan. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dibuat suatu definisi akademik yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.

Dari pelacakan arti masing-masing istilah tersebut, dapat didefinisikan pengertian prestasi akademik. Namun sebelumnya, perlu dilihat lagi pengertian prestasi akademik dari beberapa ahli. Steinmayr, dkk (2014) menyatakan academic achievement represents performance outcomes that indicate the extent to which a person has accomplished specific goals that were the focus of activities in instructional environments, specifically in school, college, and university. Maksud pernyataan tersebut yakni prestasi akademik merupakan hasil kinerja yang menunjukkan sejauh mana seseorang telah menyelesaikan tujuan spesifik yang fokus pada kegiatan di lingkungan pembelajaran, khususnya di sekolah, perguruan tinggi, dan universitas.

Tak jauh beda dengan pengertian prestasi akademik dari Steinmayr dkk, Suryabrata (2006:134) mengartikan prestasi akademik adalah hasil belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu yang mana di sekolah prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Jika dikaitkan dengan prestasi akademik sekolah, berarti prestasi akademik sekolah merupakan kumpulan atau akumulasi dari prestasi akademik siswa. Rohiat (2012:58) pun berpendapat bahwa prestasi akademik sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasillkan melalui proses


(29)

16

pembelajaran dan manajemen di sekolah, misalnya NUAN/NUNAS, lomba karya ilmiah, lomba mata pelajaran, dan cara berpikir. Pada konteks penelitian ini, yang dimaksud prestasi akademik adalah hasil kinerja yang menunjukkan sekolah telah menyelesaikan tujuan spesifik yang kegiatannya berfokus di lingkungan sekolah, tidak hanya pembelajaran saja.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik Sekolah

Terwujudnya prestasi akademik tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung yang mengiringi. Dinas Pendidikan Pemerintahan Quebec, Kanada dalam websitenya (2015) menjabarkan enam faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, yaitu (1) the support and availability of the parents,(2) the geographical location of the educational institution, (3) the percentage of students in a school whose mother tongue is not the language of instruction,(4) the diversity of student profiles in the same class, (5) the grouping together, in certain schools, of students with severe learning difficulties, or with problems associated with psychosocial integration in special education classes, dan (6) the various practices pertaining to the student admission requirements.

1. Dukungan dan ketersediaan fasilitas dari orang tua

The support and availability of the parents maksudnya dukungan dan ketersediaan orang tua. Maksud dari pernyataan ini adalah adanya dukungan dan penyediaan fasilitas dari orang tua maupun masyarakat mempengaruhi prestasi akademik. Orang tua atau masyarakat lingkungan yang berada dan ketersediaan fasilitas dari mereka akan membantu segala kegiatan di sekolah.


(30)

17

Masyarakat yang situasi dan standar hidupnya tinggi bisa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan akademik di sekolah. Dinas Pendidikan Pemerintahan Quebec menyatakan bahwa sekolah di daerah sosioekonomi yang kurang beruntung mendapatkan prestasi yang lebih rendah.

Rhoda dalam Nurkholis (2006:126) mengemukakan keikutsertaan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan memiliki banyak keuntungan. Pertama, pencapaian akademik dan perkembangan kognitif siswa dapat berkembang secara signifikan. Kedua, orang tua dapat mengetahui perkembangan anaknya dalam proses di sekolah. Ketiga, orang tua akan menjadi guru yang baik di rumah dan bisa menerapkan formula-formula positif untuk pendidikan anaknya. Keempat, orang tua memiliki sikap dan pandangan positif terhadap sekolah.

2. Lokasi Geografis Institusi Pendidikan

(The geographical location of the educational institution) atau diartikan sebagai lokasi geografis dan keadaan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi prestasi akademik. Sekolah yang berdekatan dengan jalan raya, pasar, terminal, stasiun, bandara dan sebagainya dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar maupun kegiatan akademik lain di sekolah. Sebagai contoh, letak sekolah yang berada di kaki gunung, jauh dari hiruk pikuk keramaian manusia, mempunyai suasana yang tenang untuk belajar siswanya. Akan tetapi, lokasi tersebut juga dapat menjadi hambatan karena kurangnya akses transportasi, listrik, internet, dsb sehingga warga sekolah tidak dapat mempunyai banyak pengalaman dan akan ketinggalan


(31)

18

perkembangan zaman. Selain itu, letak sekolah yang jauh akan membuat siswa kelelahan karena energinya terbuang saat berangkat sehingga ketika sampai di sekolah siswa kurang semangat untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas lain.

3. Persentase siswa di sekolah yang berbahasa ibu bukan bahasa pengantar Bahasa Ibu sebagai bahasa pertama memiliki daya pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan intelektual dan mental seorang siswa bila dibandingkan dengan bahasa lain (Ahdi Riyono,2013). Kathi (Jannatun, 2014:3) menyatakan bahwa “A mother tongue can be defined as a language

learnt before any other language has been learnt”. Hal tersebut mengandung makna bahwa bahasa ibu adalah bahasa yang dipelajari sebelum bahasa lain dipelajari. Dengan kata lain, bahasa ibu diperoleh individu secara alami. Bahasa ibu diperoleh dari lingkungan yang paling dekat, yaitu lingkungan asal individu. Oleh karena itu, bahasa ibu memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan bahasa daerah di mana seorang individu tinggal.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Bab VII, pasal 33 tentang Bahasa Pengantar menyebutkan bahwa: (1) Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional; (2) Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada tahap awal pendidikan serta dalam penyampaian pengetahuan dan/atau ketrampilan tertentu; (3) Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik. Merujuk pada undang-undang tersebut, berarti


(32)

19

yang termasuk bahasa pengantar, yaitu Bahasa Indonesia, bahasa daerah tertentu, atau bahasa asing. Akan tetapi, yang terpenting adalah adanya kesepahaman dalam menggunakan bahasa tersebut, baik yang menyampaikan maupun yang menerima pesan.

Penelitian Jannatun (2014:7) menunjukkan bahwa penggunaan bahasa pengantar campuran (bahasa Indonesia dan bahasa Jawa) memberikan pengaruh lebih baik dalam pemahaman materi dibandingkan penggunaan bahasa Jawa saja sebagai bahasa pengantar. Penggunaan bahasa ibu berupa bahasa Jawa memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan penggunaan bahasa ibu berupa bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa pengantar campuran (bahasa Indonesia dan bahasa Jawa), bahasa ibu berupa bahasa Jawa, memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan bahasa ibu berupa bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar, bahasa ibu berupa bahasa Jawa, tidak memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan bahasa ibu berupa bahasa Indonesia.

Bahasa ibu berupa bahasa Jawa dan bahasa campuran sebagai bahasa pengantar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pemahaman materi. Bahasa ibu berupa bahasa Indonesia, bahasa campuran sebagai bahasa pengantar tidak memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar. Dengan demikian, peggunaan bahasa juga berpengaruh terhadap pemahaman materi sehingga akan berpengaruh juga terhadap prestasi akademik. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam aktivitas atau kegiatan akademik di sekolah akan mempengaruhi kesepahaman interaksi


(33)

20

warga sekolah. Kesepahaman antarwarga sekolah bisa memudahkan dalam berkomunikasi sehingga mudah untuk mencapai maksud dan tujuan yang dirumuskan.

4. Keragaman profil atau riwayat siswa di kelas

Dalam suatu kelas pasti terdapat siswa yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda-beda karena Tuhan menciptakan setiap makhluknya berbeda-beda. Sekali pun kembar identik, pasti ada perbedaannya. Setiap individu itu unik karena dipengaruhi faktor bawaan dan lingkungan. Hal ini yang membuat dalam satu kelas terdapat keragaman profil/riwayat siswa. Berbagai latar belakang siswa seperti, status sosial ekonomi orang tua, pola asuh, budaya, gen, dan sebagainnya akan mempengaruhi prestasi akademik siswa maupun prestasi akademik sekolah. Sebagai contoh, budaya belajar tiap siswa berbeda. Siswa yang mempunyai budaya membaca akan berpengetahuan luas dan bisa berprestasi dalam bidang cerdas cermat. Prestasi siswa tersebut bisa mewakili sekolah di tingkat-tingkat tertentu. Hal tersebut akan menambah daftar prestasi akademik sekolah.

5. Pengelompokan bersama-sama

The grouping together, in certain schools, of students with severe learning difficulties, or with problems associated with psychosocial integration in special education classes artinya adalah pengelompokan bersama-sama, di sekolah-sekolah tertentu, siswa dengan kesulitan belajar berat, atau dengan masalah yang terkait dengan integrasi psikososial di kelas pendidikan khusus. Adanya pengelompokan sekolah membuat kecemburuan


(34)

21

dari sekolah lain. Sekolah reguler yang hanya menampung siswa-siswa normal dan berprestasi cenderung akan mencetak prestasi dibandingkan dengan sekolah yang menampung siswa-siswa buangan. Sekolah reguler yang menampung siswa luar biasa akan membuat sekolah tersebut cenderung menurun prestasinya. Siswa dengan kecerdasan di bawah rata-rata akan sulit mengejar ketertinggalan di sekolah reguler. Untuk itu, siswa tersebut disekolahkan di sekolah luar biasa sehingga saingannya juga sesama siswa luar biasa. Ketika siswa luar biasa tersebut dipindahkan ke sekolah yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya, siswa tersebut akan lebih bisa berkembang dan sekolah reguler tadi tidak terhambat prestasinya.

6. Berbagai praktek yang berkaitan dengan persyaratan penerimaan siswa Sistem penerimaan siswa merupakan salah satu faktor dalam prestasi akademik sekolah. Untuk mendaftar ke jenjang yang lebih tinggi, sekolah dapat menyeleksi peserta didik berdasarkan berbagai aspek. Mendikbud pada masa pemerintahan SBY, Mohammad Nuh (Aline, 2014), mengatakan bahwa pertimbangan nilai akademik menjadi cara seleksi utama terutama dari jenjang SD ke SMP. Aline (2014) menambahkan bahwa sekolah dapat menyeleksi peserta didik berdasarkan nilai akademik dan pertimbangan kewilayahan, jauh dekatnya jarak tempat tinggal dengan sekolah. Masih di laman yang sama, Mendikbud Mohammad Nuh menyatakan bahwa sekolah bisa menggunakan variabel jarak tempat tinggal siswa ke sekolah dengan diutamakan yang paling dekat dengan sekolah agar biaya yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi. Lebih lanjut, Mendikbud menambahkan bahwa seleksi dengan nilai akademik juga


(35)

22

mendorong kredibilitas sekolah. Dengan persaingan nilai akademik, sekolah akan terus meningkatkan kualitasnya sehingga level batas penerimaan siswa barunya akan ikut meningkat.

Beberapa lembaga pendidikan menerima siswa tanpa pandang bulu, sedangkan lainnya memilih siswa atas dasar prestasi akademik sebelumnya atau hasil pada tes bakat. Lembaga atau institusi pendidikan yang menerima siswa tanpa pandang bulu cenderung demokratis dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk memperoleh pendidikan. Dinas Pendidikan Pemerintahan Quebec, Prancis dalam websitenya (2015) menyatakan institusi pendidikan yang hanya menerima siswa dengan prestasi akademik tinggi dan berbakat akan mempunyai prestasi akademik sekolah yang tinggi juga. Kalau institusi pendidikan tersebut hanya boleh dihuni oleh siswa yang pandai dan berbakat, maka peluang mereka untuk menjadi anak yang semakin pandai dan bertambah cerdas sangat besar. Namun, jika anak yang “tidak pintar” itu hanya diperkenankan menikmati bangku belajar di sekolah-sekolah pinggiran, maka masa depan siswa tersebut juga akan terpinggirkan. Sekolah tersebut juga akan kurang berprestasi.

Sekolah diartikan sebagai sebuah organisasi, yaitu organiasi sosial yang mempunyai struktur tertentu yang melibatkan sejumlah orang dengan tugas melaksanakan suatu fungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan (Anwar Efendi, 2008:5). Untuk dapat berprestasi, sekolah sebagai suatu organisasi dipengaruhi beberapa faktor. Ignatius Wursanto (2005:309) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi sekolah sebagai organisasi dibagi menjadi dua, yaitu


(36)

23

faktor internal dan eksternal. Ignatius Wursanto (2005:309-310) menjabarkan faktor-faktor internal yang mempengaruhi prestasi sekolah sebagai berikut.

1. Perubahan Kebijakan Pimpinan

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi sekolah, memotivasi perilaku warga sekolah untuk mencapai tujuan, dan mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, maupun atasan pimpinan itu sendiri. Kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai kekuasaan untuk menentukn kebijakan bagi sekolahnya. Kepala sekolah yang jiwa kepemimpinannya bagus akan membawa sekolah tersebut ke arah yang lebih baik, bahkan bisa juga membuat sekolah meraih banyak prestasi.

2. Perubahan Tujuan

Tujuan yang semula belum dapat dicapai, diubah menjadi tujuan yang lebih spesifik dan jelas sehingga akan membantu warga sekolah dalam bekerja melaksanakan tugas masing-masing. Tujuan yang diubah tersebut juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan bersama. Ketika warga sekolah telah paham dengan tugasnya untuk mencapai tujuan bersama, maka tujuan pun akan mudah dicapai sehingga prestasi pun juga ikut mengiringi.


(37)

24

3. Pemekaran atau perluasan wilayah organisasi

Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah perluasan jaringan, misalnya perekrutan siswa baru tidak hanya dari orang sekitar sekolah, tetapi juga orang yang jauh di luar sekolah. Selain itu, perluasan sekolah dibutuhkan untuk menambah fasilitas sekolah agar warga sekolah nyaman. Jika warga sudah merasa nyaman, maka untuk berprestasi pun bukan hal yang sulit. 4. Kuantitas kegiatan yang bertambah banyak

Kegiatan akademik sekolah merupakan sarana untuk mencapai prestasi akademik. Misalnya, pembelajaran di kelas dilaksanakan dari jam 7 sampai jam 12. Untuk mencapai pretasi yang lebih, sekolah mengadakan kegiatan tambahan di luar jam tersebut seperti les atau ekstra. Penambahan jam tersebut dilakukan agar warga sekolah lebih mahir, berpengetahuan luas, terampil, dan lebih menguasai bidang akademik. Penguasaan tersebut akan membawa sekolah pada prestasi akademik yang lebih bik dari sebelumnya. 5. Tingkat pengetahuan dan keterampilan para anggota

Untuk dapat berprestasi di bidang akademik diperlukan pengetahuan yang luas dan keterampilan yang mahir. Sekolah yang warganya berpengetahuan luas dan mempunyai ketermpilan yang baik akan dapat bersaing dan menunjukkan bakatnya di sekolah maupun di luar sekolah dalam ajang lomba sehingga sekolah yang diwakilinya ikut mempunyai prestasi akademik.


(38)

25

Warga sekolah yang mempunyai sikap-sikap baik cenderung bisa dikendalikan dan diajak bekerjasama. Terlebih lagi diajak bekkerjasama untuk mencapai prestasi. Sekolah yang warganya bersikap kurang baik akan sulit dikendalikan. Mereka juga sulit diaajak untuk maju sehingga sekolah tersebut akan kurang berprestasi.

7. Berbagai macam ketentuan atau peraturan baru yang berlaku dalam organisasi Ketentuan dan peraturan sekolah yang lama dan tidak diperbaharui akan menjadikan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan masih mengggunkan ketentuan dan peraturan yang lama, sekolah akan ketinggaan prestasi dibanding sekolah lain yang sudah menetapkan peraturan baru yang sesuai dengan zaman. Untuk itu, perlu adanya ketentuan dan peraturan baru dalam organisasi atau sekolah. Hal tersebut dimaksudkan agar sekolah selalu ada pembaharuan sehingga bisa mengikuti zaman dan dapat mencapai prestasi akademik. Sebagai contoh,sekolah A membuat ketentuan dalam pembelajaran harus menggunakan teknologi modern. Sekolah B masih menggunakan ketentuan pembelajaran menggunakan teknologi sederhana. Antara sekolah A dan B, jika diikutkan dalam lomba, tentu akan lebih berprestasi sekolah A daripada B karena sekolah A sudah menerapkan pembelajaran berbasis teknologi modern yang notabene memudahkan mencari informasi. Contoh lain dalam perlombaan keagamaan hafalan surah ditentukan dalam peraturan lama surah Dhuha sampai Nas. Sedangkan peraturan baru menentukan kriteriannya dri surah Naba sampai Nas. Sekolah yang menganut peraturan lama tentu akan kalah dalam perlombaan tersebut


(39)

26

karena tidak memperbaharui ketentuan. Justru sekolah yang sudah memperbaharui ketentuan akan berprestasi.

Selanjutnya, Ignatius (2005:310) menjabarkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi organisasi, yaitu politik, kebudayaan, teknologi, sumber alam, dan Demografi. Suasana politik di sekitar institusi pendidikan atau bahkan yang masuk ke dalam sekolah akan mempengaruhi kegiatan akademik di sekolah. Jika pengaruh politik tersebut positif, akan dapat membantu prestasi akademik. Akan tetapi, pengaruh politik yang mengganggu kegiatan akademik akan menghambat prestasi akademik di sekolah tersebut. Selain itu, kebudayaan sekitar sekolah juga membawa pengaruh bagi prestasi akademik sekolah. Budaya jam belajar yang tegak di daerah sekitar sekolah akan turut membuat warga sekolah melaksanakannya juga. Dengan adanya budaya jam belajar, warga sekolah akan sering belajar dengan teratur sehingga dapat mendongkrak prestasi akademik di sekolah. Penyediaan teknologi di sekolah akan memudahkan siswa belajar dan mengikuti perkembangan zaman. Kekinian pegetahuan dari teknologi yang tersedia membuat siswa mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain sehingga bisa membantu mencetak prestasi. Sumber alam yang berda di sekitar sekolah dapat dimanfaatkan untuk menunjang prestasi. Warga sekolah dapat melatih keterampilan melalui sumber daya alam sekitar dan juga dapat memperluasan wawasan pengetahuan melalui sumber alam tersebut.

Hubungan antara demografi dengan pendidikan sangat berperan penting karena dengan ketersediaan data demografi baik dari sensus, survei maupun


(40)

27

pencatatan kejadian-kejadian penting akan di jadikan dasar atau pedoman dalam perencanaan pembangunan bidang pendidikan. Faktor-faktor demografi, diantaranya dengan melalui sensus penduduk dan survei, ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas untuk membantu dalam perumusan kebijakan misalnya menentukan besar anggaran untuk bidang pendidikan. Kualitas sumber daya manusia pada suatu daerah juga tergantung kualitas pendidikan penduduknya. Misalnya, di kecamatan A kebanyakan pendidikannya rendah, berarti kualitas sumber daya manusianya rendah. Selain itu, semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar jumlah sekolah, guru, sarana prasarana yang harus disediakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut.

Dari pendapat-pendapat tentang faktor yang mempengaruhi prestasi akademik sekolah, dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi prestasi akademik sekolah adalah (1) dukungan dan ketersediaan fasilitas dari orang tua wali dan masyarakat, (2) lokasi geografis sekolah (3) penggunaan bahasa di sekolah, (4) keragaman profil siswa, (5) pengelompokkan sekolah, (6) sistem penerimaan siswa, (7) perubahan kebijakan kepala sekolah, (8) perubahan tujuan sekolah, (9) perluasan wilayah sekolah, (10) banyaknya kegiatan sekolah, (11) tingkat pengetahuan dan ketermpilan warga sekolah, (12) ketentuan dan aturan baru sekolah, dan (13) faktor eksternal seperti politik, kebudayaan, teknologi, sumber alam, dan demografi.


(41)

28 C. Indikator Prestasi Akademik Sekolah

Forum Nasional Akselerasi Sekolah (2004) menyatakan terdapat beberapa indikator dalam mengukur prestasi akademik sekolah. Indikator tersebut dibedakan menjadi empat dimensi, yaitu academic excellence (keunggulan akademik), developmental responsiveness (tanggap perkembangan), social equity (keadilan sosial), dan organizational structure (struktur organisasi). Forum tersebut merupakan persekutuan lebih dari 60 pendidik, peneliti, asosiasi nasional, dan petugas dari organisasi profesi dan yayasan bentukan departemen pendidikan di USA yang berkomitmen untuk memajukan prestasi akademik dan perkembangan yang sehat dari peserta didik. Lebih lanjut, forum tersebut menjabarkan dimensi beserta indikatornya sebagai berikut.

Pertama, dimensi academic excellence. Sekolah berprestasi tinggi secara akademis sangat baik. Mereka menantang semua siswa untuk menggunakan pikiran mereka dengan baik. Terdapat delapan indikator yang telah ditetapkan forum ini.

1. Semua siswa diharapkan untuk memenuhi standar akademik yang tinggi. 2. Kurikulum, pengajaran, penilaian, dan intervensi akademik yang tepat

selaras dengan standar yang tinggi.

3. Kurikulum menekankan pemahaman mendalam tentang konsep-konsep penting dan pengembangan keterampilan-keterampilan dasar.


(42)

29

4. Strategi pembelajaran meliputi berbagai kegiatan yang menantang dan menarik yang jelas terkait dengan standar level kelas, konsep, dan keterampilan yang diajarkan.

5. Guru menggunakan berbagai metode untuk menilai dan memantau kemajuan belajar siswa (misalnya, tes, kuis, tugas, pameran, proyek, tugas presentasi, dan portofolio).

6. Para tenaga pengajar dan jadwal utama menyediakan waktu kepada para siswa untuk memenuhi standar akademis yang ketat.

7. Guru mengetahui apa yang telah dipelajari siswa dan yang masih perlu dipelajari.

8. Petinggi-petinggi di sekolah disediakan waktu dan banyak kesempatan untuk meningkatkan prestasi siswa dengan bekerja sama dengan rekan-rekan untuk memperdalam pengetahuan mereka dan untuk meningkatkan praktik berdasarkan standar mereka.

Kedua, dimensi developmental responsiveness. Sekolah berprestasi tinggi peka terhadap tantangan perkembangan, baik perkembangan zaman maupun perkembangan peserta didik yang unik. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan Forum Nasional. 1. Staf dan pengajar menciptakan lingkungan menurut selera, yang mendukung perkembangan intelektual, etika, sosial, dan fisik masing-masing peserta didik.


(43)

30

2. Sekolah menyediakan akses layanan yang meliputi banyak hal untuk mendorong perkembangan kesehatan fisik, sosial, emosional, dan perkembangan intelektual.

3. Guru mendorong rasa ingin tahu, kreativitas, dan pengembangan keterampilan sosial dalam lingkungan yang terstruktur dan mendukung. 4. Sekolah dan guru membuat kurikulum yang bermakna secara sosial dan

relevan dengan kepentingan pribadi dan karir peserta didik.

5. Guru menggunakan pendekatan interdisipliner untuk memperkuat konsep-konsep penting, keterampilan, dan menunjukkan masalah di dunia nyata. 6. Siswa diberikan banyak kesempatan untuk mengeksplorasi beragam topik

dan minat untuk mengembangkan jati diri, belajar tentang kekuatan mereka, menemukan dan menunjukkan kompetensi mereka sendiri, dan merencanakan masa depan mereka.

7. Semua siswa memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan secara lisan, merefleksikan pengalaman, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan kegiatan kepemimpinan.

8. Para anggota staf sekolah mengembangkan kerjasama dengan keluarga untuk meningkatkan dan mendukung kesejahteraan anak-anak.

9. Anggota staf menyediakan kesempatan kepada semua siswa untuk mengembangkan keterampilan kewarganegaraan, menggunakan masyarakat sebagai ruang kelas, dan untuk melibatkan masyarakat dalam menyediakan sumber daya dan dukungan.


(44)

31

10.Sekolah menyediakan kegiatan ko-kurikuler sesuai usia untuk membina keterampilan sosial dan karakter, dan untuk mengembangkan minat di luar lingkungan kelas.

Ketiga, dimensi social equity. Sekolah berprestasi tinggi menunjukkan keadilan sosial, demokratis, dan adil. Setiap siswa disediakan dengan guru berkualitas terbaik, sumber-sumber acuan, kesempatan belajar, dan dukungan. Beberapa indikator yang dapat menunjukkan dimensi ini dijabarkan sebagai berikut.

1. Semaksimal mungkin semua siswa, termasuk siswa penyandang cacat maupun siswa berbakat, berpartisipasi dalam kelas heterogen dengan harapan akademik dan afektif tinggi.

2. Siswa diberikan kesempatan untuk menggunakan beragam pendekatan untuk mencapai dan menunjukkan kompetensi dan penguasaan standar. 3. Guru terus beradaptasi terhadap kurikulum, pengajaran, penilaian, dan

penjadwalan untuk memenuhi beragam perubahan kebutuhan siswa mereka.

4. Semua siswa memiliki akses yang sama terhadap penghargaan pengetahuan di semua kelas dan kegiatan di sekolah.

5. Siswa memiliki kesempatan untuk belajar tentang budaya dan mengapresiasi budaya orang lain dan budayanya sendiri.


(45)

32

7. Sekolah menyambut dan mendorong partisipasi aktif dari semua keluarga siswa dan memastikan bahwa semua keluarga merupakan bagian integral dari sekolah.

8. Sistem reward sekolah dirancang untuk menghargai keberagaman, kesopanan, layanan, dan kewarganegaraan demokratis.

9. Warga sekolah memahami dan mendukung latar belakang keluarga dan menghargai siswanya.

10.Aturan sekolah yang jelas, adil, dan diterapkan secara konsisten.

Keempat, dimensi organizational structure. Sekolah yang berprestasi tinggi merupakan organisasi-organisasi pembelajaran yang membangun norma-norma dan struktur-struktur yang terorganisir untuk mendukung dan mempertahankan mutu yang baik. Sekolah yang berprestasi tinggi mempunyai kriteria yang baik dalam struktur organisasinya.

1. Sebuah visi bersama dari sekolah unggulan seperti apa dan melakukan gerakan pada setiap aspek dari perubahan sekolah.

2. Kepala sekolah memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan peningkatan sekolah, termasuk mengetahui teknis pelaksanaan kerja dari hari ke hari, koordinasi, strategi perencanaan, dan komunikasi.

3. Sekolah adalah sebuah komunitas berlatih di mana pembelajaran, eksperimen, dan waktu serta kesempatan untuk refleksi adalah norma.


(46)

33

4. Sekolah dan pimpinan menyediakan sumber-sumber untuk memperbanyak isi pengembangan profesional yang terhubung untuk mencapai dan mempertahankan visi sekolah dan meningkatkan prestasi siswa.

5. Sekolah bukan sebuah pulau tersendiri. Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang lebih besar, yaitu, kabupaten, jaringan dan kemitraan masyarakat.

6. Staf sekolah memegang tanggung jawabnya sendiri untuk keberhasilan siswa.

7. Kabupaten dan staf sekolah memiliki dan menumbuhkan kemauan bersama untuk bertahan, percaya itu adalah urusan mereka untuk menghasilkan peningkatan prestasi dan meningkatkan perkembangan semua siswa.

8. Sekolah dan pemerintah kabupaten bekerja dengan perguruan tinggi dan universitas untuk merekrut, mempersiapkan dan mementori pemula, dan guru berpengalaman.

9. Sekolah memasukkan keluarga dan anggota masyarakat dalam mengatur dan mendukung pelaksanaan sekolah menuju prestasi tinggi.

Donelley (2007:7) juga berpendapat sama dengan forum tersebut. Ia menyatakan bahwa:

A shared vision doesn’t come easily. There are usually different views

and interests across groups of teachers and support staff, children and parents, other professionals and key members of the community. To develop a shared vision, a school must engage with all of these stakeholders in clarifying and agreeing its values and principles. It also needs to agree how these values and principles will influence all aspects of its work, the curriculum, the learning environment, the ethos of the school and the way that everyone is included and how they relate to each other:


(47)

34

demonstrating the principles and values in action. A school that achieves a common vision and values has a strong sense of direction and moral purpose.

Maksud dari pernyatan tersebut adalah Sebuah visi bersama tidak datang dengan mudah. Biasanya ada pandangan yang berbeda dan kepentingan berbagai kelompok guru dan staf pendukung, anak-anak dan orang tua, para profesional lain dan para anggota penting dari masyarakat. Untuk mengembangkan visi bersama, sekolah harus terlibat dengan semua stake holder dalam mengklarifikasi dan menyetujui nilai-nilai dan prinsip-prinsip. Hal ini juga perlu disepakati bagaimana nilai-nilai dan prinsip-prinsip akan mempengaruhi semua aspek pekerjaan, kurikulum, lingkungan belajar, etos sekolah dan cara bahwa setiap orang disertakan dan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain: menunjukkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai dalam tindakan. Sebuah sekolah yang mencapai visi dan nilai-nilai memiliki rasa yang kuat dari arah dan tujuan moral. D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan lima pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana prestasi akademik SD Muhammdiyah Domban 3 dipengaruhi oleh dukungan dan ketersediaan fasilitas dari orang tua wali dan masyarakat?

2. Bagaimana prestasi akademik SD Muhammadiyah Domban 3 dipengaruhi oleh sistem penerimaan siswa?

3. Bagaimana prestasi akademik SD Muhammadiyah Domban 3 dipengaruhi oleh kebijakan kepala sekolah?


(48)

35

4. Bagaimana prestasi akademik SD Muhammadiyah Domban 3 dipengaruhi oleh banyaknya kegiatan sekolah?

5. Bagaimana prestasi akademik SD Muhammadiyah Domban 3 dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan warga sekolah?


(49)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penggunaan metode kualitatif dikarenakan peneliti mempunyai tujuan untuk memperoleh pemahaman makna, mengembangkan teori, dan menggambarkan realitas yang kompleks (S. Nasution, 2003:13). Peneliti ingin memahami, menggambarkan, dan menjelaskan tentang realitas prestasi akademik sekolah di SD Muhammadiyah Domban 3. Sugiyono (2008:24-25) menyatakan bahwa pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis, dan penuh makna sehingga peneliti bermaksud memahami situasi secara mendalam, menemukan pola; hipotesis; dan teori, dan memastikan kebenaran data.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammdiyah Domban 3 yang beralamat di Dusun Tegal Domban, Kelurahan Margorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman. Sekolah tersebut sengaja dipilih sebagai tempat penelitian karena SD tersebut memiliki prestasi akademik yang tinggi menurut data dari UPT Kecamatan Tempel. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil, yaitu mulai tanggal 4 Agustus 2015 sampai dengan 7 Oktober 2015.


(50)

37 C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah SD Muhammadiyah Domban 3. S. Nasution (2003:10) menyatakan bahwa subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti. Jadi, tidak dipandang lebih rendah dari peneliti. Peneliti juga tidak menganggap dirinya lebih tahu. Peneliti datang untuk belajar, menambah pengetahuan dan pemahaman.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah orang sebagai narasumber dan dokumen sebagai data pendukung. Ada pun narasumber yang dipilih oleh peneliti adalah kepala sekolah, guru-guru, karyawan, masyarakat, orang tua siswa, dan siswa. Data pendukung dalam penelitian ini adalah dokumen terkait dengan subjek penelitian tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk memperoleh data (Sugiyono, 2008: 224). Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. 1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang diakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasionalis mengenai berbagai fenomena untuk mencapai tujuan tertentu (Zainal Arifin, 2011:231). Peneliti menggunakan observasi nonpartisipatif karena hanya mengamati kegiatan orang yang menjadi


(51)

38

sumber data tanpa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Nana Syaodih (2005:220) menyatakan bahwa observasi nonpartisipatif adalah pengamatan yang dilakukan pengamat dengan tidak turut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh teramat.

2. Wawancara

Kvale (1996) menyatakan “The qualitative research interview seeks to describe and the meanings of central themes in the life world of the subjects. The main task in interviewing is to understand the meaning of what the interviewees say.” Maksudnya adalah wawancara penelitian kualitatif berusaha untuk menggambarkan dan memaknai tema sentral dalam dunia kehidupan subyek. Tugas utama dalam wawancara adalah untuk memahami arti dari apa yang dikatakan narasumber.

Nana Syaodih (2005:222) menyatakan bahwa wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara tatap muka pertanyaan diberikan secara lisan, dan jawabannya pun diterima secara lisan. Zainal Arifin (2011:233) menyatakan bahwa wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan responden untuk mencapai tujuan tertentu. Sepemahaman dengan Zainal Arifin, Lexy J. Moleong (2012: 186) juga mengungkapkan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur karena pelaksanaannya lebih bebas. Safford (2011:80) menyatakan the


(52)

39

interviews were semi structured, specifying the general areas to be discussed but with no predetermined order of questions, beyond a standard introduction and closure. Maksud dari pernyataan tersebut adalah wawancara semi terstruktur menentukan bidang umum yang akan dibahas tetapi dengan urutan pertanyaan yang telah ditentukan, di luar standar pengenalan dan penutupan. Sama halnya dengan pendapat Safford, Zainal Arifin (2011: 233) menyebut wawancara semi terstruktur dengan wawancara campuran, yaitu wawancara yang pertanyaannya menuntut jawaban berstruktur dan bebas. Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana orang yang diwawancarai dimintai pendapat dan ide-ide (Sugiyono, 2008:233).

Dalam melakukan wawancara, peneliti memerlukan alat bantu agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik. Alat bantu tersebut antara lain pedoman wawancara, buku catatan, alat tulis, dan mp4 recorder. Dengan begitu, alat-alat tersebut dapat membantu meningkatkan keabsahan penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik untuk mempelajari dan menganalisis bahan-bahan tertulis atau dokumen (Zainal Arifin, 2011:243). Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan penyidik (Lexy J. Moleong, 2012: 216-217). Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya seseorang. Dokumen-dokumen tersebut dapat dijadikan pendukung dari hasil observasi atau


(53)

40

wawancara. Raptis (2010) menyatakan “documentation refers to the variety of written, audio, and visual artifacts that exist within natural,

nonlaboratory contexts...”. Maksud pernyataan Raptis ialah dokumentasi mengacu pada berbagai tulisan, audio, dan artefak visual yang ada dalam alam, konteks non laboratorium. Dokumen yang digunakan sebagai bahan dokumentasi dalam penelitian ini adalah SK Kepala Sekolah, data siswa, profil sekolah, dan gambar. Perlengkapan yang digunakan untuk melakukan dokumentasi adalah kamera dan flashdisk.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat ukur dalam penelitian atau penilaian. Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Sugiyono (2008:222) mengungkapkan bahwa peneliti sebagai humant instrument yang berfungsi untuk menetapkan fokus masalah, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Peneliti sebagai instrumen penelitian dibantu dengan instrumen panduan observasi, panduan wawancara, dan lembar catatan lapangan. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah panduan observasi, panduan wawancara dan lembar catatan lapangan.

Panduan observasi digunakan untuk membantu peneliti dalam memperoleh data tentang kelima aspek yang dapat mempengaruhi prestasi akademik subjek penelitian, meliputi: ketersediaan fasilitas dan dukungan dari masyarakat dan orang tua siswa, sistem penerimaan siswa, kebijakan kepala


(54)

41

sekolah, banyaknya kegiatan sekolah, dan tingkat pengetahuan dan keterampilan warga sekolah.

Panduan wawancara digunakan untuk membantu peneliti dalam melakukan tanya jawab secara langsung dengan siswa, guru kelas, guru PJOK, guru Agama, guru Seni Musik Seni Lukis, Kepala Sekolah, orang tua, dan masyarakat di SD Muhammadiyah Domban 3. Adapun dalam pelaksanaan wawancara, pertanyaan-pertanyaan akan dikembangkan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan mendalam tentang aspek yang dapat mempengaruhi prestasi akademik SD Muhammadiyah Domban 3.

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama terhadap data hasil penelitian adalah valid, reliabel, dan objektif (Sugiyono, 2008: 267). Uji keabsahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji kredibilitas dengan cara triangulasi. Lexy J. Moleong (2012: 330) menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data tersebut.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, teknik, dan bahan referensi. Patton (Lexy, 2012:330) menatakan triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan membandingkan dan mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Bahan referensi dalam penelitian ini


(55)

42

adalah bahan yang menjadi pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Adapun bahan referensi yang digunakan, yaitu rekaman wawancara dan foto-foto.

H. Teknik Analisis Data

Pemerolehan data pada penelitian kualitatif didapat dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik analisis data. Data yang diperoleh adalah data kualitatif meski tidak menutup kemungkinan data kuantitatif sehingga teknik analisis data belum ada pola yang jelas. Sugiyono (2008: 244) mengemukakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum di lapangan, saat di lapangan, dan setelah dari lapangan. Analisis dilakukan selama penelitian dan dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir penelitian karena dilakukan untuk mengembangkan hipotesis dan teori berdasarkan data yang diperoleh (S. Nasution, 2003: 35).

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman. Dalam teknik analisis ini terdapat tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data (Sugiyono, 2008:246). Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008: 246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam


(56)

43

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Selanjutnya model interaktif dalam analisis data ini ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 1. Komponen dalam analisis data (interactive model) 1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan tidaklah sedikit. Oleh karena itu, data tersebut perlu dicatat dengan teliti dan rinci. Lamanya peneliti berada di lapangan berbanding lulrus dengan jumlah data yang diperoleh. Dengan demikian, data yang diperoleh harus segera dianalisis melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya sehingga tersusun sistematis dan mudah dikendalikan (S. Nasution, 2003: 129). Pada tahap reduksi data, peneliti dapat membuang data-data yang tidak dipakai sehingga akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Data Collection

Drawing/ Verification

Data Display Data


(57)

44 2. Data Display (Penyajian Data)

Data yang sudah direduksi kemudian disajikan. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart, dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008:249), yang paling sering untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif.

Saat data disajikan, datat tersebut sudah diklasifikasikan menurut pokok permasalahannya. Dengan begitu akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan langkah selanjutnya.

3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)

Setelah data disajikan, tahap selanjutnya yaitu menarik kesimpulan dan verifikasi data. Dari semula penelitian, peneliti mengambil kesimpulan yang bersifat tentatif, kabur, dan diragukan. Kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian berlangsung (S. Nasution, 2003:130). Kesimpulan tersebut akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Sebaliknya, apabila terdapat bukti-bukti kuat yang mendukung kesimpulan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2008:252).


(58)

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dengan kepala sekolah, guru, karyawan, orang tua siswa, siswa, dan masyarakat di SD Muhammadiyah Domban 3, catatan lapangan, dan dokumentasi, didapatkan hasil penelitian tentang faktor yang mempengaruhi kesuksesan prestasi akademik SD Muhammadiyah Domban 3 sebagai berikut.

1. Deskripsi Objek Penelitian a. Kondisi Fisik Sekolah

SD Muhammadiyah Domban 3 terletak di dusun Tegal Domban, Margorejo, Tempel, Sleman. SD Muhammadiyah Domban 3 merupakan lembaga pendidikan formal yang didirikan pada tahun 1968. SD Muhammadiyah Domban 3 bernaung di bawah Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Kabupaten Sleman. Secara rinci kondisi fisik sekolah dijelaskan sebagai berikut.

1) Ruang Kepala Sekolah dan Ruang Penerimaan Tamu

Di ruangan tersebut dilengkapi dengan meja dan kursi untuk kepala sekolah, satu set meja dan kursi untuk tamu, lemari berisi berkas- berkas penting sekolah, piala- piala kejuaraan, serta cinderamata. Kondisi ruangan ini sudah tertata dengan bersih dan rapi.

2) Ruang Guru

Di ruang ini terdapat beberapa meja dan kursi yang disediakan untuk guru, namun belum tercukupi di satu ruang tersebut sehingga


(59)

46

terdapat beberapa guru yang menempati ruang lain. Selain itu tersedia pula satu set komputer dan dua printer, lemari untuk menyimpan dokumen- dokumen, lemari untuk menyimpan alat Tapak Suci dan HW, dan rak menyimpan mukena guru. Ruang ini sudah tertata dengan baik, namun masih belum memadai karena keterbatasan luas ruangan tersebut sehingga terlihat sempit.

3) Ruang Tata Usaha

Ruangan ini belum tersedia. Untuk urusan tata usaha, karyawan TU masih mengerjakan tugasnya di ruang guru. Di tempat tersebut hanya disediakan meja dan kursi untuk satu orang pegawai tata usaha. 4) Ruang Kelas I A dan B

Ruang kelas I A dan B terletak di ujung utara. Di dalam masing- masing ruang kelas, terdapat 1 papan tulis whiteboard, 24 meja dan kursi, 1 set meja dan kursi untuk guru, 1 jam dinding, 1 lemari buku dan arsip, papan daftar piket, papan administrasi kelas, 1 set rak sepatu, dan foto gambar-gambar pahlawan. Di sudut ruangan terdapat alat kebersihan, seperti: sapu, kemoceng, dan sekop sampah. Sementara, tempat sampah berada di luar kelas.

5) Ruang Kelas II A dan B

Ruang kelas II A dan B terpisah oleh beberapa ruangan. Kelas II B terletak di selatan kelas I B atau di samping kantor guru. Kelas II B terletak di dekat kantor Kepala Sekolah, agak jauh dengan kelas II B. Di dalam masing- masing kelas terdapat 1 papan tulis whiteboard,


(60)

47

papan administrasi kelas, 14 meja, 28 kursi, 1 set meja dan kursi untuk guru, 1 jam dinding, 1 lemari buku dan arsip, 1 rak buku dan arsip, papan daftar piket, dan papan untuk memajang hasil karya siswa. Di sudut ruangan terdapat alat kebersihan, seperti: sapu, kemoceng, sekop sampah, serbet, dll. Ruang kelas II sudah layak sebagai ruang kelas karena ruangan tersebut sudah terlihat bersih dan rapi. Ruang kelas juga lebih luas atau tidak sempit.

6) Ruang Kelas III A dan B

Ruang kelas III berada di komplek lain dari sekilah. Ruang kelas III berada di rumah warga yang letaknya tak jauh dari sekolah, yaitu 200 meter dari sekolah. Antara ruang kelas IIIA dan III B hanya disekat oleh papan triplek sehingga suara guru di masing-masing kelas saling terdengar. Di dalam masing- masing kelas terdapat 1 papan tulis whiteboard, 10 meja, 20 kursi, dan 1 set meja dan kursi untuk guru. Tempat sampah dan sapu ijuk berada di luar kelas.

7) Ruang Kelas IV

Ruang kelas IV berada di bagian belakang sekolah. Letaknya di barat kelas IA. di kelas IV terdapat 1 papan tulis white board, 15 meja, 30 kursi, 1 set meja dan kursi untuk guru, 1 jam dinding, 1 lemari buku dan arsip, papan administrasi kelas, 1 rak sandal, 1 rak karya siswa, empat set peralatan membatik, dan 1 set meja untuk memajang hasil karya siswa. Di sudut ruangan terdapat alat kebersihan, seperti:


(61)

48

sapu, kemoceng, sekop sampah, dan serbet. Sedangkan tempat sampah berada di luar kelas.

8) Ruang Kelas V

Ruang kelas V berada sebelah selatan ruang guru. Di dalamnya terdapat 1 papan tulis whiteboard, 15 meja, 30 kursi, 1 set meja dan kursi untuk guru, 1 jam dinding, 1 lemari buku dan arsip, papan administrasi kelas, 1 rak sandal, 1 rak karya siswa, dan 1 set rak untuk memajang hasil karya siswa. Di sudut ruangan terdapat alat kebersihan, seperti: sapu, kemoceng, sekop sampah, serbet, dll. Ruang kelas V sudah layak sebagai ruang kelas karena ruangan tersebut nyaman dan bersih meskipun ruang kelas terlihat penuh dan sempit. 9) Ruang Kelas VI

Ruang kelas VI berada di sebelah selatan ruang kelas V. Di kelas VI terdapat 1 papan tulis white board, 1 papan tulis blackboard untuk pengumuman, papan administrasi kelas, 10 meja, 20 kursi, 1 set meja dan kursi untuk guru, 1 jam dinding, 1 lemari buku dan arsip, dan 1 papan untuk memajang hasil karya siswa. Di sudut ruangan terdapat alat kebersihan, seperti: sapu, kemoceng, sekop sampah, serbet, dll. Tersedia pula 1 set rak sepatu di dalam ruangan.

Ruang kelas IV sudah layak sebagai ruang kelas karena ruangan tersebut sudah terlihat bersih dan rapi. Ruangan tersebut juga tidak terlalu sempit bagi siswa.


(62)

49 10)Mushola Sekolah

Mushola sekolah awalnya berada di dekat kelas VI. Menempati sebuah ruangan kecil. Pada tahun ajaran baru 2015/2016, mushola baru sudah bisa digunakan, yaitu berada di luar sekolah sebelah barat laut. Jaraknya 10 meter dari sekolah. Mushola baru ini mampu menampung lebih banyak siswa karena lebih luas. Di dalam mushola hanya terdapat karpet sajadah. Perlengkapan seperti Quran mapun mukena belum ada. Siswa dan guru membawa sendiri peralatan sholatnya. Di komplek mushola, terdapat tempat wudhu dengan delapan kran air dan dua kamar mandi. Di samping kamar mandi terdapat gudang.

11)Perpustakaan

Perpustakaan terletak di timur kelas I. Di dalam ruang perpustakaan terdapat buku- buku pelajaran, buku cerita, dll, 6 rak buku meja dan kursi untuk pegawai perpustakaan, dan satu karpet. Ruangan perpustakaan masih menjadi satu dengan ruang KIT IPA dan kopsis. Porsi tempatnya lebih luas perpustakaan. Untuk membedakan, penyekatnya adalah rak buku.

12)UKS

Ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS) berada di sebelah ruang kelas II A. Di dalamnya terdapat 2 kasur, 2 tempat tidur, 2 bantal, 1 set meja dan kursi periksa, 1 set meja kursi tamu, 1 papan struktur pengurus, poster- poster kesehatan, 1 cermin, seperangkat kotak P3K,


(63)

50

1 stetoskop, 1 tensi meter, 1 timbangan berat badan, dan 1 alat pengukur tinggi badan. Ruang UKS ini sudah tertata dengan baik, namun belum ada penjaga atau petugas piketnya.

13) Laboratorium IPA

SD Muhammadiyah Domban 3 belum mempunyai laboratorium IPA. Peralatan KIT IPA diletakkan di samping ruang perpustakaan menjadi satu dengan kopsis.

14) Ruang Aula

SD Muhammadiyah Domban 3 belum mempunyai ruang aula. Jika ada pertemuan atau acara-acara besar, sekolah menyulap kelas I A, I B, dan II B menjadi aula. Masing-masing kelas sudah ada pintu besi untuk menyekat jika digunakan sebagai kelas, dan bisa digunakan sebagai aula jika di buka.

15) Kantin Sekolah

Kantin sekolah berada di sebelah ruang kelas IV. Kantin sekolah dikelola oleh penjaga sekolah dan masyarakat sekitar atas izin dari kepala sekolah. Kondisi kantin belum berbentuk ruangan, masih di luar ruangan. Hanya disediakan meja untuk meletakkan makanan dan minuman jajanan kantin.

16) Kamar Mandi/Toilet

Kamar mandi siswa sebanyak 4 kamar yang terdiri dari 2 kamar mandi di barat kelas V dan 2 kamar mandi di selatan kelas IV. Kamar mandi untuk guru berjumlah 2 kamar yang terletak di belakang ruang


(64)

51

guru. Kamar mandi tersebut juga bisa digunakan untuk siswa mengingat fasilitas yang terbatas. Di kamar mandi tidak ada bak mandi, hanya terdapat ember besar untuk menampung air.

17) Dapur Sekolah

Dapur sekolah berada di belakang ruang guru. Di dalam ruangan ini terdapat peralatan dapur, seperti seperangkat kompor, gelas, piring, sendok, ceret, dll. Peralatan ini guna untuk memenuhi kebutuhan sekolah seperti membuatkan minum setiap hari untuk semua guru, membuatkan minum ketika ada rapat di sekolah.

18) Taman Apotek Hidup

Taman ini terletak di belakang kelas V. Tanaman yang ditanam berbagai macam. Namun belum semua berada di pot. Hampir semua tanaman masih berada di polybag.

b. Potensi/Jumlah Siswa

Sebagai salah satu sekolah swasta unggulan di Tempel, SD Muhammadiyah Domban 3 memiliki banyak siswa yang terbagi dalam 9 kelas. Data kondisi siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Jumlah Siswa SD Muhammadiyah Domban 3 Tahun Ajaran 2015/2016 Kelas Jumlah

Rom.bel

Jumlah Siswa

L P Jumlah

I 2 26 23 49

II 2 26 28 54

III 2 16 24 40

IV 1 17 11 28

V 1 17 13 30

VI 1 8 11 19


(65)

52 c. Potensi/Jumlah Guru dan Karyawan

SD Muhammadiyah Domban 3 memiliki banyak guru seperti yang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3. Guru dan karyawan SD Muhammadiyah Domban 3

No Nama Jabatan Status Tingkat

Pendidikan

1 Sw, S.Pd Kepala Sekolah PNS S1

2 Ya, S.Pd Guru Kelas I GTY S1

3 Yu, A.ma Guru Kelas I GTY D2

4 Ng, S.Ag Guru Kelas II GTY S1

5 Is, S.Pd Guru Kelas II GTT S1

6 Nu, S.Pd.Si Guru Kelas III GTY S1

7 Am, S.Pd Guru Kelas III GTT S1

8 Dy, S.Pd Guru Kelas IV GTY S1

9 De, S.Pd.Si Guru Kelas V GTY S1

10 Yo,S.T, S.Pd.SD Guru Kelas VI GTY S1

11 Za, S.Ag Guru Agama Islam PNS S1

12 Jo, A.ma. Guru Penjaskes GTY D2

13 Su Guru SBK GTY SMSR

14 Nin, S.Pd Guru Bahasa Inggris GTT S1

15 An, S.Pd.SD Guru Bahasa Jawa GTT S1

16 Tet, S.P Petugas Perpustakaan PTY S1

17 Wid Penjaga Sekolah PTY SMP

d. Fasilitas KBM

Pembelajaran bukan hanya sekadar guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, namun kegiatan pembelajaran harus dapat menciptakan suasana belajar yang membuat siswa nyaman untuk belajar sehingga sebagai pendidik harus kreatif dalam mengupayakan terciptanya suasana lingkungan belajar yang memberi peluang siswa terlibat secara aktif.

SD Muhammadiyah Domban 3 masih menerapkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) untuk semua kelas. Untuk menunjang


(1)

292

Dokumen 6. Keputusan Kepala Sekolah tentang Struktur Kurikulum Peningkatan Mutu


(2)

293 Lampiran 12. Surat Izin Penelitian


(3)

(4)

(5)

296 Lampiran 13. Daftar Nilai Bahasa Indonesia

DAFTAR NILAI HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA KELAS IA

No Nama Latihan 1

1 Afrin Munisa 80

2 Alfian Putra Pratama 75

3 Alfredo Wahyu Priatama 72

4 Alifa Khoirunnisa 70

5 Annida Edelweise Nakeysha Arifia 72

6 Antonio Abie Samsurya 78

7 Ata Nazifa Fakhrani 74

8 Azzam Adly Al Latief 92

9 Bilqis Aurelia Budiana 78

10 Chika Nabila Widodo 84

11 Daffa Micho Saputra 76

12 Dimas Abhirama 78

13 Faj‟ri Nurul Ain 74

14 Fakhri Aziz Rasendriya 76

15 Fanny Yanuar 76

16 Farel Putra Sejati 81

17 Haidir Bintang Al Farrel 78

18 Muhammad Fakhri Akbar 82

19 Naila Syifa Nabila 80

20 Nihel Mumtaz Zahra 84

21 Nor Khoerul Melysa 80

22 Rasya Radithya 72

23 Shafira Nasywa Diva Aulia 76

24 Shafira Ratri Pramudita 74

25 Sheila Yuanis 80

Jumlah 1942


(6)

297

DAFTAR NILAI HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA KELAS IB

No Nama Latihan 1

1 Afinda Asfa Widyawati 72

2 Agitya Fairuz Dzakiyya 78

3 Ahmad Akbar Oktario 80

4 Aira Alfida Safira 78

5 Anisa Ratih Puspitasari 72

6 Arinda Dwi Maharani 74

7 Aulia Devinta Salsabila 80

8 Bagus Hamadi 72

9 Daffa Iftikharuddin Pintoko 76

10 Erfani Putra Ardiyanta 76

11 Fachri Jati Mahatma 86

12 Galang Rakha Nabil 78

13 Haidar Muhammad Fauzi Arrafi 74

14 Isnan Khoirudin 74

15 Kifano Nefral Ramadhan 72

16 Muhammad Dzaki Rifqiansyah 84

17 Muhammad Ismail 84

18 Nagita Zenia Pradita 88

19 Naila Sekarsari Hartanto 78

20 Nanda Ragil Ramadhan 78

21 Qulu Qaulan Sadida 84

22 Rama Dwi Arka Saputra 94

23 Sanditya Tama Kusuma Darma Wantah 80

24 Zain Kholifatul Ma‟rufah 75

Jumlah 1887