Deskripsi Prestasi Akademik Hasil Penelitian

60 memberikan contoh dan demonstrasi agar konsep tersampaikan dan dipahami dengan baik. Di kelas awal, guru selalu memberikan contoh- contoh untuk menanamkan konsep. Di kelas atas, guru terkadang memberikan contoh, terkadang juga meminta siswa mencari konsep sendiri. Jika konsep yang dicari secara mandiri tidak sesuai dengan tujuan pembelajarannya, maka guru akan mengarahkan dan membimbing ke konsep yang benar. Sebagai contoh, Bu De mengajarkan materi FPB dan KPK di kelas V. Pada mulanya, Bu De mengarahkan siswa untuk memahami dulu faktorisasi prima. Setelah itu, Bu De baru memberikan contoh tentang FPB dan KPK. Untuk menunjang akademik yang baik perlu adanya pengembangan keterampilan. Sebisa mungkin, dalam pembelajaran terdapat keterampilan membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, dan meneliti agar siswa benar-benar paham konsep yang diajarkan. Guru memberikan keterampilan yang sesuai dengan materi. Misalnya, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi berpidato, siswa diminta memperagakan berpidato. Pada mata pelajaran matematika materi bangun ruang, siswa diminta membuat bangun ruang. Tidak hanya keterampilan tangan yang ditonjolkan, guru juga memberikan pengajaran intensif pada keterampilan berhitung dan menulis. Bahkan di kelas III ada jam pelajaran khusus keterampilan menulis. Berbagai keterampilan dan strategi pembelajaran digunakan secara beragam. Dengan digunakannya KTSP, guru lebih leluasa dalam 61 mengambil langkah proses pembelajaran. Guru bisa mendesain sendiri kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas dengan menarik dan menantang. Sebagai contoh, di kelas IV pada materi pertumbuhan, guru meminta siswa untuk menanam biji kacang hijau. Siswa diminta merawat dan mengamati selama beberapa minggu. Hal ini tentu menantang dan menarik minat siswa untuk belajar tentang pertumbuhan tanaman. Selain itu, selama percobaan ini siswa secara tidak langsung telah diberikan konsep tentang pertumbuhan. Siswa juga diajarkan dan dibiasakan keterampilan merawat tanaman. Guru menggunakan berbagai metode untuk menilai dan memantau kemajuan belajar siswa misalnya, tes, kuis, tugas, pameran, proyek, tugas kinerja, dan portofolio. Di SD Muhammadiyah Domban 3, guru memantau kemajuan belajar siswa dengan tes, kuis, tugas kinerja, dan portofolio. Tes dilakukan rutin dengan adanya Menu Pagi, yaitu setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis. Terkadang tes juga dilakukan diakhir pelajaran. Kuis juga diterapkan untuk menilai kemajuan siswa. Tugas kinerja banyak digunakan guru terutama pada mata pelajaran IPA. Selain itu, tugas portofolio dilaksanakan di setiap akhir bab. Dari situ, guru mengetahui apa yang telah dipelajari siswa dan yang masih perlu dipelajari. Siswa-siswa yang masih perlu belajar disediakan waktu khusus oleh guru untuk dibimbing. Guru memberikan waktu untuk siswa memenuhi standar akademik yang ketat di SD ini. Di luar jam pelajaran intrasekolah, guru memberikan bimbingan khusus kepada siswa-siswa 62 yang kurang paham. Siswa juga berinisiatif bertanya kepada guru jika belum paham baik saat di kelas, saat jam istirahat, maupun setelah pulang sekolah. Ada kasus menarik di sekolah ini. Berdasarkan penuturan Bu Yu, pernah ada siswa sampai dengan kelas V masih belum bisa berhitung matematika. Dengan kerja keras wali kelas, yaitu Bu De, membimbing siswa tersebut sampai paham dan mahir di mata pelajaran matematika. Bu De menuturkan bahwa beliau memprivat siswa tersebut di rumah setiap hari. Saat UN pun hasilnya siswa yang biasanya pandai matematika bisa terkalahkan oleh siswa tersebut. Hal ini banyak dipengaruhi oleh ketekunan Bu De dalam mengajari matematika sampai siswa tersebut mahir dan pandai. Tak hanya ketekunan guru dalam membimbing siswa, jadwal utama di SD Muhammadiyah Domban 3 memberikan waktu kepada siswa untuk memenuhi standar akademis yang ketat. Jadwal untuk mata pelajaran pokok UN, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA diberikan 6 jam per minggu. Ada juga tambahan jam pelajaran les siang dan Menu Pagi jam ke-nol. Kepala sekolah dan guru menyediakan waktu dan banyak kesempatan untuk meningkatkan prestasi siswa melalui berbagai cara. Guru-guru di SD Muhammadiyah Domban 3 sering bertukar informasi pada saat istirahat. Terkadang mereka membicarakan kesulitan dalam mengajar siswa tertentu. Kemudian guru yang lain memberi solusi. Cara 63 yang lain adalah bekerja sama dengan sesama guru untuk memperdalam pengetahuan dan meningkatkan keterampilan mengajar. Tak hanya itu, ada juga kegiatan KKG se-kecamatan Tempel yang dilaksanakan sekali dalam satu bulan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan guru, bertukar informasi dan pengalaman mengajar, dan meningkatkan kualitas mengajar sehingga bisa optimal dalam mengajar di kelas masing- masing. b. Tanggap Perkembangan developmental responsiveness Sekolah berprestasi tinggi peka terhadap tantangan perkembangan, baik perkembangan zaman maupun perkembangan peserta didik yang unik. Sekolah menyediakan layanan internet wifi untuk keperluan akademik. Penggunaan wifi hanya sebatas guru saja. Para siswa belum boleh diperkenankan menggunakan wifi secara cuma-cuma karena sekolah belum bisa memproteksi internet. Sekolah khawatir akan pengaruh buruk internet ke siswa jika internetnya belum diproteksi. Sementara waktu, internet hanya digunakan guru untuk pembelajaran, misalnya memutar video yang berhubungan dengan pembelajaran. Pada pelajaran TIK Teknologi Informasi dan Komunikasi juga digunakan internet hanya sebatas pengenalan untuk siswa agar siswa bisa ikut mengikuti perkembangan teknologi. Staf dan guru di SD Muhammadiyah Domban 3 menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung perkembangan intelektual, etika, sosial, dan perkembangan fisik peserta didik. Guru memberikan materi 64 kepada siswa secara adil. Siswa yang belum dapat memahami materi karena belum mampu mengikuti, diberikan soal khusus, waktu khusus, dan bimbingan khusus agar bisa mengejar ketertinggalan. Seperti terlihat di kelas IB. Siswa Tr belum lancar membaca. Kemudian Bu Yu memberikan waktu tambahan dan bimbingan khusus dalam mengerjakan soal sehingga dia bisa segera menyamai penguasaan materi dengan siswa lain. dari hal tersebut nampak staf dan guru menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan intelektual dengan diberikannya kegiatan intra yang bermakna. Staf dan guru juga turut menciptakan lingkungan sekolah yang sadar etika. Para siswa diajarkan etika menyapa, etika belajar, etika makan, dan sebagainya. Untuk menunjang hal tersebut, di dinding luar kelas juga telah dipasang papan berisikan cara beretika yang baik. Salah satunya di dinding kelas VI, terdapat papan etika berdoa. Kemudian di dinding luar kelas II B ada papan etika makan. SD Muhammadyah Domban 3 juga menyediakan layanan yang komprehensif untuk mendorong kesehatan fisik, sosial, emosional, dan perkembangan intelektual. Akses layanan untuk kesehatan fisik berupa disediakannya UKS, adanya jam pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, serta senam pagi rutin setiap Jumat. Akses layanan di bidang sosial yang disediakan berupa penciptaan suasana yang nyaman pada relasi antarsiswa, antarguru, dan antara guru dengan siswa. Warga sekolah dibiasakan untuk melakukan 5s, yaitu senyum, salam, sapa, sopan, dan 65 santun. Sebelum KBM dimulai, guru menyambut siswa di halaman sekolah sambil mengecek dan membenahi penampilan siswa. Pada segi emosional, sekolah menyediakan akses layanan berupa pemberian bimbingan dan motivasi dari guru dan kepala sekolah dibantu orang tua siswa untuk meningkatkan minat belajar siswa. Layanan di bidang perkembangan intelektual disediakan untuk siswa melalui kegiatan intra dan ekstra. Pada kegiatan intra, KBM dimulai pukul 07.00-11.25 untuk kelas I dan jam 07.00-13.00 untuk kelas II-VI. Sekolah juga melaksanakan jam ke-nol untuk siswa kelas II-VI pada jam 06.30-07.00 WIB. Kegiatan siang hari ada les dan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler dilaksanakan setelah pulang sekolah sesuai jadwal dan maksimal berakhir pukul 16.30 WIB. Guru mengembangkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan keterampilan sosial dalam lingkungan yang mendukung guna melatih siswa peka terhadap perkembangan zaman. Saat pembelajaran, siswa diberikan gambar, pertanyaan, atau sebuah permasalahan untuk memancing rasa ingin tahu terhadap materi yang dipelajari. Seperti yang sering dilakukan Pak Yo, dalam pembelajaran intra maupun les, Pak Yo menampilkan gambar atau video melalui slide show. Kemudian Pak Yo memberikan pertanyaan atau pun permasalahan kepada siswa untuk diselesaikan sehingga siswa timbul rasa ingin tahu terhadap materi yang akan diajarkan. 66 Guru juga mendorong kreativitas siswa dengan mengintegrasikan keterampilan dalam materi ajar. Seperti terlihat di kelas IV, terdapat papan karya siswa yang menampilkan hasil karya siswa. Ada juga mind map yang dibuat oleh siswa. Selain itu, kebiasaan membuang sampah pada tempatnya juga merupakan bentuk latihan keterampilan sosial. Siswa yang mempunyai keterampilan sosial yang baik dapat memprediksi akibat buruk bila membuang sampah sembarangan. Emosinya bisa mengendalikan untuk terbiasa melakukan hal baik membuang sampah pada tempatnya. Siswa juga selalu sadar bahwa sebagai manusia dilarang berbuat kerusakan di muka bumi, dan secara ekologis telah mampu mencintai lingkungan. Tak jarang, guru menggunakan alat peraga juga agar siswa bisa ikut mengembangkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan keterampilan sosialnya. Sekolah dan guru membuat kurikulum yang bermakna secara sosial dan relevan dengan kepentingan pribadi dan karir peserta didik. Guru menciptakan suasana pembelajaran dan menyusun materi sesuai dengan keadaan di lingkungan. Para siswa dituntut untuk berbicara tentng isu-isu sehari-hari di tempat tinggal mereka dan di dunia mereka. Guru sebagai perancang kegiatan siswa, membuat kurikulum dengan disesuaikan kondisi sekolah dan daerah, relevan dengan kepentingan pribadi siswa dan karirnya. Sebagai contoh, Bu Yu merancang pembelajaran dengan memberi tugas kepada siswa untuk mengamati proses pemilihan lurah di Margorejo. Pemberian tugas ini dimaksudkan agar siswa juga berinteraksi dengan lingkungan sosial di rumah. 67 Guru menggunakan pendekatan interdisipliner untuk memperkuat konsep-konsep penting, keterampilan, dan menyampaikan pesan masalah di dunia nyata. Sebagai contoh, Bu Ya memberikan materi tentang anggota tubuh yang termasuk dalam mata pelajaran IPA. Kemudian, Bu Ya menyelipkan juga matematika di dalamnya, yaitu menghitung jumlah jari. Dalam hal ini Bu Ya mengintegrasikan mata pelajaran matematika melalui berhitung 1-20. Bu Ya meminta siswa untuk mendeskripsikan anggota tubuh teman semeja. Ini termasuk ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Lalu untuk pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, Bu Ya menyelipkan materi tentang pentingnya merawat anggota tubuh. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi beragam topik dan minat untuk mengembangkan jati diri siswa, untuk belajar tentang kekuatan mereka, menemukan dan menunjukkan kompetensi mereka sendiri, dan merencanakan masa depan mereka. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan secara lisan, merefleksikan pengalaman, dan berpartisipasi dalam keputusan dan kegiatan kepemimpinan. Sebagai contoh, saat pembelajaran Matematika kelas V, banyak siswa yang bertanya kepada Bu De tentang materi FPB dan KPK. Siswa pun diminta untuk merefleksikan kembali pengalaman mereka dalam mempelajari materi FPB dan KPK. Partisipasi siswa di kelas juga bagus. Siswa ikut dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam pembelian buku paket Bahasa Jawa. Kemudian dalam kegiatan kepemimpinan, siswa dibiasakan dan diacak untuk menjadi 68 pemimpin dalam kelompok sehingga semua siswa dapat merasakan menjadi pemimpin. Selain itu, kegiatan kepemimpinan juga diajarkan dalam ekstrakurikuler HW Hisbul Wathan. Untuk meningkatkan dan mendukung kesejahteraan para siswa, kepala sekolah; guru-guru; dan staf mengembangkan kerjasama dengan orang tua siswa dan masyarakat sekitar. Hal tersebut biasa dilakukan dalam kegiatan pengajian rutin tiga bulanan. Kemudian, masyarakat juga diperbolehkan untuk berjualan di kantin sekolah dengan syarat makanan dan minuman yang dijual adalah makanan dan minuman yang sehat. Tak hanya membantu berjualan di kantin, masyarakat juga membantu dalam pembangunan mushola, pegadaan toilet, dan penyediaan ruang kelas. Dukungan lainnya juga melalui bantuan dana sukarela dari wali murid maupun masyarakat. Guru menyediakan kesempatan kepada semua siswa untuk mengembangkan keterampilan kewarganegaraan, menggunakan masyarakat sebagai ruang kelas, dan untuk melibatkan masyarakat dalam menyediakan sumber daya dan dukungan. Hal tersebut seperti yang dilakukan Bu Yu saat ada pemilihan kepala desa Margorejo. Bu Yu menugaskan siswa mengamati jalannya pemilu dan aktivitas apa saja yang ada saat pemilu berlangsung. Hal ini tentu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan masyarakat sebagai ruang kelas. Masyarakat pun secara tidak langsung telah terlibat dalam menyediakan 69 sumber daya dan dukungan untuk keberlangsungan kegiatan akademik di sekolah. Sekolah menyediakan kegiatan ko-kurikuler sesuai usia siswa untuk membina keterampilan sosial dan karakter, dan untuk mengembangkan minat di luar lingkungan kelas. Kegiatan tersebut antara lain: diadakannya jam pelajaran tambahan les siang, jam ke-nol yang biasa disebut Menu Pagi, pemberian tugas mengamati aktivitas di masyarakat, melakukan wawancara dengan masyarakat, dan outbond. Outbond biasanya dilakukan untuk kelas atas di akhir semester. Berdasarkan wawancara dengan Pak Yo,tahun ajaran yang lalu, kelas VI outbond di pemancingan di daerah Tempel. c. Keadilan Sosial Social Equity Keadilan sosial yang terlihat di SD Muhammadiyah Domban 3 adalah pemberian kesempatan sama kepada siswa untuk berpartisipasi. Semaksimal mungkin semua siswa, termasuk siswa penyandang cacat maupun siswa berbakat, berpartisipasi dalam kelas heterogen dengan harapan akademik dan perilakunya tinggi. Di SD Muhammadiyah Domban 3, semua siswa yang mendaftar diterima, baik penyandang cacat maupun berbakat, baik dari daerah setempat maupun dari luar daerah, dan dari keluarga mampu maupun kurang mampu. Hal ini dimaksudkan agar siswa belajar bertoleransi dan bersosial dengan siswa yang berbeda. Dari hal ini, siswa belajar menghargai perbedaan. Dengan adanya kelas heterogen, siswa memiliki kesempatan untuk mempelajari dan menghargai budaya 70 orang lain dan budaya mereka sendiri. Selain itu, siswa juga bisa bertambah wawasannya karena saling bertukar informasi atas perbedaan tersebut sehingga bisa memacu untuk berprestasi tinggi dan berperilaku yang baik. Semua warga sekolah tahu dan mengenal setiap siswa dengan baik. Dengan saling mengenal, siswa menjadi mempunyai banyak relasi. Kemampuan sosialnya pun bisa berkembang dan meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa warga sekolah memahami dan mendukung latar belakang keluarga dan menghargai siswa. Di sisi lain, siswa diberikan kesempatan untuk menggunakan beragam pendekatan untuk mencapai dan menunjukkan kompetensi dan penguasaan standar. Guru memberikan kebebasan kepada siswa mengeksplorasi diri sesuai minat dan bakat siswa. Guru memberikan kesempatan seluasnya kepada siswa untuk mencari informasi atau pengetahuan di luar yang diajarkan guru, boleh melalui buku, majalah, surat kabar, maupun media elektronik. Guru pun memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling belajar diantara sesama. Guru mengimbau siswa yang sudah paham untuk membantu temannya yang belum paham. Hal ini sudah terlihat di SD Muhamadiyah kelas IV, V, dan VI. Guru terus beradaptasi terhadap kurikulum, pengajaran, penilaian, dan penjadwalan untuk memenuhi beragam kebutuhan siswa. Bahkan, guru rela memberikan pengajaran kepada siswa di luar jam pelajaran demi meningkatkan prestasi siswanya. Guru membimbing siswa secara intensif baik dilakukan di sekolah saat istirahat dan sepulang sekolah, maupun di 71 rumah. Guru merancang jadwal dengan menyesuaikan kebutuhan siswa. Sebagai contoh, di kelas III, terdapat jam keterampilan menulis. Hal ini dimaksudkan agar siswa mempunyai keterampilan menulis karena menulis dan membaca adalah dasar seseorang untuk berwawasan luas. Tak jarang guru mengganti jadwal pelajaran karena mata pelajaran tertentu dirasa kurang matang pemahaman siswa terhadap materinya. Hal tersebut tidak dipermasalahakan selama guru dan siswa mampu mencapai target. Ada juga jam pengembangan diri, yang digunakan guru untuk mengulang atau mendalami materi yang sekiranya belum tuntas. Aturan sekolah dibuat jelas, adil, dan diterapkan secara konsisten. Aturan di SD Muhammadiyah Domban 3 ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis. Aturan tidak tertulis misalnya penggunaan seragam. Hari senin dan selasa, siswa menggunakan seragam merah putih lengkap dengan dasi dan topi. Hari rabu dan kamis, siswa menggunakan pakaian coklat-krem. Hari jumat dan sabtu, siswa menggunakan seragam HW. Aturan larangan ditempel di dinding luar kelas VI. Terdapat dua puluh larangan di sekolah, yaitu berpakaian tidak sesuai aturan, datang terlambat tanpa alasan tepat, membuat model rambut tidak sesuai aturan, berkuku panjang, mengecat kuku, membuang sampah sembarangan, mengambil atau menggunakan barang orang lain tanpa izin pemilik, membolos, berkelahi, mencontek, mengganggu teman, berkata kotorjorokkasar, membawa mainan yang tidak relevan dengan pelajaran, membawa uang saku dan perhiasan berlebihan, membawa; menyimpan; dan menggunakan 72 rokok dan napza, membawa barang yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, membawa handphone, memalak, membuat gambar di tubuh, memakai perhiasan bagi siswa putra, dan mencorat-coret atau merusak fasilitas sekolah. Bagi siapa pun yang melanggar aturan tersebut, guru tidak pandang bulu untuk memberikan sanksi. Pemberian sanksi dan teguran dapat dilihat pada lampiran gambar 32. Sekolah menyambut dan mendorong partisipasi aktif dari semua keluarga siswa. Sekolah memastikan bahwa semua keluarga siswa merupakan bagian integral dari sekolah. Di SD Muhammadiyah Domban 3, hal tersebut ditunjukkan dengan partisipasi orang tua siswa dalam rapat sekolah, pengajian, maupun kegiatan pembelajaran. Para orang tua siswa memberikan kritik dan saran kepada sekolah pada saat rapat untuk kemajuan sekolah. Dalam pengajian rutin sekolah pun, para orang tua siswa ikut serta menjadi panitia. Perpisahan akhir tahun juga melibatkan partisipasi orang tua siswa dengan menjadi panitia kegiatan perpisahan. Partisipasi orang tua siswa dalam pembelajaran ditunjukkan dengan penyediaan ruang kelas, kepedulian terhadap kemajuan siswa, dan memberikan fasilitas belajar kepada masing-masing siswa. Pada dasarnya, sekolah selalu melibatkan orang tua siswa dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar pendidikan yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah Domban 3 bisa berjalan dengan maksimal. 73 d. Struktur Organisatoris organizational structure Sekolah yang berprestasi tinggi mempunyai kriteria yang baik dalam struktur organisasinya. Sekolah yang berprestasi mempunyai langkah dan rencana nyata melakukan gerakan pada setiap aspek dari perubahan sekolah melalui misi. Misi SD Muhammadiyah Domban 3 dapat dilihat pada lampiran 7 dokumen 2. Kepala sekolah memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan untuk peningkatan sekolah. Kepala sekolah tahu bagaimana teknis pelaksanaan kerja dari hari ke hari. Kepala sekolah berkoordinasi dengan guru dan staff, mempunyai perencanaan strategis, dan berkomunikasi dialogis mengenai kegiatan yang dilaksanakan guna meningkatkan kualitas dan prestasi sekolah. Bu Sw sebagai kepala sekolah selalu berusaha meningkatkan pelayanan dan fasilitas di sekolah. Bu Sw mengecek sekolah setiap hari apakah ada masalah, ada kekurangan, atau terlaksana tidak kegiatannya. Menurut pengakuan Pak Yo, Bu Sw selalu menanyakan kebutuhan dalam KBM kepada setiap guru. Menurut pengalaman beliau juga, Bu Sw mencarikan kekurangan buku, yaitu buku-buku penunjang pembelajaran. Bu Sw berkoordinasi dengan guru dan staf mengenai semua hal yang berkaitan dengan sekolah. Seperti penuturan Bu Tet, Bu Sw sering mengadakan rapat dengan para guru dan staf membahas tentang perkembangan pelaksanaan pendidikan di sekolah. Menurut penuturan Bu Yu, penerapan fullday pada awal tahun ajaran ini dirasakan terlalu cepat 74 bagi siswa baru. Bu Yu mengeluhkan kepada Bu Sw bahwa banyak siswa yang belum siap untuk fullday sehingga di kelas malah mengantuk, bosan, bahkan ada yang tidur. Kemudian dengan musyawarah dan koordinasi antara kepala sekolah dengan guru dan staf, diputuskan bahwa fullday ditiadakan karena belum siap. KBM kelas I berakhir pada jam 11.25 WIB dan dilanjutkan sholat dzuhur berjamaah, lalu dipulangkan. Bu Sw juga membuat perencanaan setiap harinya, misalnya merencanakan penambahan guru PAI dan guru Bahasa Inggris. Bu Sw pun berkoordinasi dan selalu berkomunikasi, meminta saran dan pendapat dari guru dan staf untuk mencari guru tambahan. Selama belum mendapatkan guru tambahan, Bu Sw meminta kerelaan para guru untuk meluangkan waktunya mengisi jam mata pelajaran tertentu sampai Bu Sw mendapatkan guru. Peneliti pernah melihat Bu Sw sedang merencanakan anggaran untuk keperluan sekolah yang lain di kemudian hari. Berdasarkan pengamatan peneliti, Bu Sw sangat komunikatif dengan semua warga sekolah baik guru, staf, maupun siswa. Bahkan, Bu Sw juga komunikatif dengan orang tua murid dan masyarakat sekitar. Komunikasi juga terlihat saat jam istirahat. Para guru memanfaatkan jam istirahat tidak hanya untuk istirahat makan minum, tetapi juga saling bertukar informasi dengan sesama guru mengenai permasalahan pendidikan di sekolah ini. Komunikasi sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat terjalin pada rapat komite maupun pengajian karena dalam pengajian tersebut sebelumnya disampaikan terlebih dahulu program 75 sekolah dan pelaksanaan pendidikan di sekolah sehingga ada keterbukaan dari sekolah kepada orang tua siswa dan masyarakat. Pada struktur organisatoris, tenaga pengajar memegang tanggung jawabnya sendiri untuk keberhasilan siswa. Sesuai peraturan yang berlaku, tenaga penagajar bukan lagi guru mata pelajaran melainkan guru kelas yang harus menguasai semua mata pelajaran. Di SD Muhammadiyah Domban 3 sudah menerapkan guru kelas, tidak ada guru mata pelajaran kecuali Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Para pengajar bertanggung jawab atas keberhasilan siswanya sendiri-sendiri. Sebagai contoh, Bu Yu membimbing dengan tekun salah satu siswa yang belum lancar membaca agar lancar membaca. Hal ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab pengajar akan keberhasilan siswa. Contoh lain, Bu De mendatangi siswa untuk mengajar privat matematika karena siswa tersebut sangat kurang di mata pelajaran matematika. Untuk meningkatkan prestasi siswa, perlu juga dilakukan perbaikan pada kualitas mengajar guru. Para guru di SD Muhammadiyah Domban 3 mendapatkan dukungan profesionalitas melalui KKG yang diselenggarakan kelompok guru di kecamatan setempat. Selain itu, kepala sekolah menyediakan fasilitas untuk studi banding ke sekolah lain. Selama Bu Sw menjabat baru dilaksanakan studi banding sebanyak dua kali, yaitu di SD Muhammadiyah Bodon dan SD Muhammadiyah Godean. Bu Sw juga mendatangkan narasumber, yaitu kepala sekolah SD Muhammadiyah 76 Condongcatur yang notabene menjadi sekolah unggulan, untuk berbagi informasi dan strategi agar SD Muhammadiyah Domban 3 juga bisa menjadi sekolah unggulan. Sekolah dan pemerintah kabupaten bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk merekrut, mempersiapkan, dan mementori pemula dan guru berpengalaman. Kerjasama terlihat pada pengadaan diklat untuk para guru. Misalnya, diklat Bahasa Indonesia, diklat matematika, dan lain-lain. Ada juga program dari dinas untuk tugas belajar. Jadi, guru diberikan kesempatan untuk melanjutkan sekolah lagi supaya meningkatkan kualitas dirinya yang juga berguna untuk mengajar peserta didik dengan kualitas unggul. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat. Anggota masyarakat merupakan bagian dari keluarga sekolah juga. Sekolah melibatkan anggota masyarakat dalam menetapkan dan mendukung pelaksanaan pendidikan di sekolah agar berprestasi tinggi. SD Muhammadiyah Domban 3 mengadakan pengajian setiap tiga bulan sekali. Sebelum acara pengajian tersebut dimulai, pihak sekolah menyampaikan program sekolah dan perkembangan sekolah. Orang tua dan masyarakat yang hadir dimintai kritik, saran, dan pendapat mengenai program sekolah dan perkembangan sekolah demi kemajuan sekolah. Hal ini dimaksudkan agar terjalin hubungan yang baik antara sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat. Dengan adanya acara tersebut, sekolah meminta bantuan dan kerjasamanya untuk ikut mendukung pelaksanaan pendidikan di SD 77 Muhammadiyah Domban 3. Dengan begitu, sekolah bisa memaksimalkan kerjanya dan berkinerja tinggi dalam melaksanakan pendidikan. Sekolah bekerjasama dengan sekolah lain untuk bisa menjaga keunggulannya. Supaya sekolah bisa terus berlanjut, SD Muhammadiyah menjalin kerjasama dengan TK ABA Tegal Domban. Mereka bekerjasama dalam hal transfer siswa. Jadi, para siswa di TK ABA Tegal Domban setelah lulus dari TK diarahkan untuk bersekolah di SD Muhammadiyah Domban 3. Meskipun begitu, pihak TK tidak memaksakan kepada siswa harus bersekolah di SD Muhammadiyah Domban 3. Dari hal tersebut, SD Muhammadiyah Domban 3 sudah mempunyai pemasok tetap siswa. Kerjasama lainnya adalah dengan sekolah menengah pertama. Meskipun SD swasta, tetapi sekolah bekerjasama dengan SMP negeri. SD Muhammadiyah Domban 3 bekerjasama dengan SMP N 1 Tempel karena sekolah yang berdekatan. Akan tetapi, sekolah tidak menutup kemungkinan bekerjasama dengan SMP swasta. Sekolah juga tidak memaksakan siswa untuk melanjutkan ke SMP N 1 Tempel.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik sekolah

Penelitian ini berusaha mengungkapkan faktor yang mempengaruhi kesuksesan prestasi akademik di SD Muhammadiyah Domban 3. Keberhasilan prestasi akademik di sekolah dilihat lima aspek, yakni a ketersediaan fasilitas dan dukungan dari masyarakat dan orang tua siswa, b sistem penerimaan siswa, c kebijakan kepala sekolah, d banyaknya 78 kegiatan sekolah, dan e tingkat pengetahuan dan keterampilan warga sekolah. Hasil temuan tentang faktor tersebut, dijabarkan sebagai berikut.

a. Ketersediaan fasilitas dan dukungan dari masyarakat dan orang

tua siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa di SD Muhammadiyah Domban 3 fasilitasnya belum memadai. Hal tersebut dapat dilihat dari fasilitas ruangan kelas maupun ruang yang lain yang belum cukup tersedia dapat dilihat di lampiran gambar 1, 2, 3, dan 4. Sebagai contoh, ruangan laboratorium IPA. Selama ini, praktikum IPA dilakukan di kelas karena belum mempunyai laboratorium IPA. Sebagai contoh, praktikum kelas 4 tentang pertumbuhan kacang hijau gambar 25. Pada dasarnya, sekolah kekurangan lahan untuk membuat ruangan laboratorium. Alat-alat KIT IPA pun hanya diletakkan satu ruangan dengan kopsis dapat dilihat di lampiran gambar 3. Senasib dengan laboratorium IPA, ruang komputer juga belum memadai. Ruang komputer masih menjadi satu dengan ruang perpustakaan dapat dilihat di lampiran gambar 4. Komputer yang dipunyai pun hanya tersedia tiga unit. Jadi, siswa bergantian memakai saat praktik. Akan tetapi saat ini ketiga komputer tersebut dalam keadaan tidak berfungsi dengan baik sehingga tidak digunakan lagi. Praktikum juga tidak bisa dilaksanakan. Guru memberikan materi melalui buku pegangan yang siswa punyai. 79 Fasilitas lain yang belum memadai adalah ruang kelas. Ruang kelas III A dan III B pada awalnya masih menjadi satu. Begitu juga dengan kelas II A dan II B. Kemudian, ada salah satu wali murid yang menawarkan untuk menjadikan rumahnya sebagai kelas. Pada tanggal 5 Agustus 2015 para siswa kelas III bisa menempati rumah tersebut sebagai kelas karena sudah ditata seperti kelas. Suasana kelas tidak seperti di gedung utama. Antara kelas III A dan III B disekat oleh triplek. Di kelas juga hanya tersedia meja kursi, papan tulis, dan alat tulis tanpa kelengkapan kelas seperti kelas lain pada umumnya. Fasilitas ini merupakan inisiatif dan kesukarelaan salah satu wali murid serta bentuk dukungan dalam kegiatan akademik di sekolah. “Fasilitas sangat diperlukan sekali, Mbak. Kalau nggak ada fasilitas, kita juga kesulitan pembelajarannya.” Tutur Pak Za. “Nggak enak, Bu kalau dijadikan satu. Kelasnya jadi rame banget.” Tambah siswa A. Ada lagi bentuk dukungan dan penyediaan fasilitas dari masyarakat dan orang tua wali, yaitu dengan uang. Dalam bentuk uang, orang tua wali membayarkan infak bulanan sukarela. Hal tersebut dapat dilihat dari observasi I, VII, X, XII, XIII, XIV, dan XV. Infak tersebut dibayarkan tiap bulannya sesuai kemampuan. Sekolah memberikan jenjang Rp20.000,00; Rp25.000,00; Rp30.000,00; dan Rp50.000,00. Orang tua siswa disuruh memilih mampu yang berapa. Seperti penjelasan Pak Za, “ Orang tua memilih. Sukarela, ada yang 30 ada yang 20 ada yang 25... Infaknya dipakai beli fasilitas juga.” 80 Ada juga yang tidak memberi infak karena memiliki KPS Kartu Perlindungan Sosial. Infak yang terkumpul digunakan untuk melengkapi fasilitas belajar di sekolah, di samping dana BOS. Selain itu, infak juga disisihkan untuk memberikan imbalan kepada guru- guru yang memberikan tambahan pelajaran. Bantuan lain yang diberikan orang tua wali dan masyarakat adalah menyumbangkan tenaga untuk membangun mushola dan toilet, serta menyediakan jajanan kantin sekolah. Salah satu tukang memaparkan, “Tenaganya ada yang dari luar ada dari warga juga. Ya kalau untuk kemaj uan sekolah pasti kami bantu.” Bantuan tenaga untuk membangun mushola dan toilet terlihat dalam observasi I-XV. Untuk membangun mushola yang tinggal finishing bagian luar, masyarakat yang turut membantu ada tiga orang. Di lain tempat, ada dua orang yang membangun toilet di dekat kelas IV. Bantuan lain dari masyarakat adalah dengan berjualan di kantin sekolah. Ibu penjual di kantin menurutkan, “Yang jualan di sini saya sama ada satu warga lagi, tapi belum dateng... Dibolehin jualan sama Bu Sw biar anak-anak nggak jajan keluar.” Kantin ini terletak di sebelah barat kelas IV. Bu Sw menjelaskan, “Kalau jajan di luar berbahaya. Makanannya belum tentu bersih. Apalagi sekolah dekat jalan rame.” Kantin dikelola oleh masyarakat atas seizin kepala sekolah. Yang dijual adalah berbagai jajanan khas anak-anak dan jajanan pasar. Selain itu, Bu SW sebagai kepala sekolah juga memberi 81 saran untuk berjualan nasi sehingga guru maupun siswa bisa membeli makan di kantin.

b. Sistem penerimaan siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem penerimaan siswa di SD Muhammadiyah Domban 3 dilaksanakan secara wajar sesuai Peraturan Bersama Mendikbud dan Menag No.4 Tahun 2011 tentang PPDB pada TKRABA dan SekolahMadrasah. Pendaftaran di sekolah ini cukup menyebutkan nama saja. Pendaftar yang mempunyai akta kelahiran atau kartu keluarga diminta menunjukkan fotokopinya serta membawa KPS Kartu Perlindungan Sosial agar bisa didaftarkkan sebagai penerima beasiswa. Pada tahun ajaran 20152016, sekolah kembali membuka dua rombongan belajar dengan masing-masing kelas targetnya 25 siswa. Jumlah pendaftar yang didapat ada 49 orang. Sekolah menerima semua pendaftar yang ingin bersekolah di SD Muhammadiyah Domban 3. Untuk siswa baru kelas 1, tidak ada seleksi untuk masuk di SD Muhammadiyah Domban 3, baik itu seleksi membaca, menulis, maupun berhitung. Pada penelitian ini, terdapat siswa kelas 1A dan 1B yang belum lancar membaca masing-masing dua siswa dan tiga siswa. Hasil belajar Bahasa Indonesia Bab Diri Sendiri siswa kelas 1A maupun 1B berada di atas KKM, yaitu 77,68 dan 78,63. Ketelatenan guru dan pendampingan yang terus menerus terhadap siswa yang belum lancar, membuat siswa tersebut mampu bersaing dengan siswa lain yang sudah lancar membaca. Hal ini