32 7. Sekolah menyambut dan mendorong partisipasi aktif dari semua keluarga
siswa dan memastikan bahwa semua keluarga merupakan bagian integral dari sekolah.
8. Sistem reward sekolah dirancang untuk menghargai keberagaman, kesopanan, layanan, dan kewarganegaraan demokratis.
9. Warga sekolah memahami dan mendukung latar belakang keluarga dan menghargai siswanya.
10. Aturan sekolah yang jelas, adil, dan diterapkan secara konsisten. Keempat, dimensi organizational structure. Sekolah yang berprestasi
tinggi merupakan organisasi-organisasi pembelajaran yang membangun norma- norma dan struktur-struktur yang terorganisir untuk mendukung dan
mempertahankan mutu yang baik. Sekolah yang berprestasi tinggi mempunyai kriteria yang baik dalam struktur organisasinya.
1. Sebuah visi bersama dari sekolah unggulan seperti apa dan melakukan gerakan pada setiap aspek dari perubahan sekolah.
2. Kepala sekolah memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan peningkatan sekolah, termasuk mengetahui
teknis pelaksanaan kerja dari hari ke hari, koordinasi, strategi perencanaan, dan komunikasi.
3. Sekolah adalah sebuah komunitas berlatih di mana pembelajaran, eksperimen, dan waktu serta kesempatan untuk refleksi adalah norma.
33 4. Sekolah dan pimpinan menyediakan sumber-sumber untuk memperbanyak
isi pengembangan profesional yang terhubung untuk mencapai dan mempertahankan visi sekolah dan meningkatkan prestasi siswa.
5. Sekolah bukan sebuah pulau tersendiri. Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang lebih besar, yaitu, kabupaten, jaringan dan
kemitraan masyarakat. 6. Staf sekolah memegang tanggung jawabnya sendiri untuk keberhasilan
siswa. 7. Kabupaten dan staf sekolah memiliki dan menumbuhkan kemauan
bersama untuk bertahan, percaya itu adalah urusan mereka untuk menghasilkan peningkatan prestasi dan meningkatkan perkembangan
semua siswa. 8. Sekolah dan pemerintah kabupaten bekerja dengan perguruan tinggi dan
universitas untuk merekrut, mempersiapkan dan mementori pemula, dan guru berpengalaman.
9. Sekolah memasukkan keluarga dan anggota masyarakat dalam mengatur dan mendukung pelaksanaan sekolah menuju prestasi tinggi.
Donelley 2007:7 juga berpendapat sama dengan forum tersebut. Ia menyatakan bahwa:
“A shared vision doesn’t come easily. There are usually different views and interests across groups of teachers and support staff, children and
parents, other professionals and key members of the community. To develop a shared vision, a school must engage with all of these
stakeholders in clarifying and agreeing its values and principles. It also needs to agree how these values and principles will influence all aspects of
its work, the curriculum, the learning environment, the ethos of the school and the way that everyone is included and how they relate to each other:
34 demonstrating the principles and values in action. A school that achieves a
common vision and values has a strong sense of direction and moral purpose.
” Maksud dari pernyatan tersebut adalah Sebuah visi bersama tidak datang
dengan mudah. Biasanya ada pandangan yang berbeda dan kepentingan berbagai kelompok guru dan staf pendukung, anak-anak dan orang tua, para profesional
lain dan para anggota penting dari masyarakat. Untuk mengembangkan visi bersama, sekolah harus terlibat dengan semua stake holder dalam mengklarifikasi
dan menyetujui nilai-nilai dan prinsip-prinsip. Hal ini juga perlu disepakati bagaimana nilai-nilai dan prinsip-prinsip akan mempengaruhi semua aspek
pekerjaan, kurikulum, lingkungan belajar, etos sekolah dan cara bahwa setiap orang disertakan dan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain:
menunjukkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai dalam tindakan. Sebuah sekolah yang mencapai visi dan nilai-nilai memiliki rasa yang kuat dari arah dan tujuan moral.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan lima pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana prestasi akademik SD Muhammdiyah Domban 3 dipengaruhi oleh dukungan dan ketersediaan fasilitas dari orang tua wali dan
masyarakat? 2. Bagaimana prestasi akademik SD Muhammadiyah Domban 3
dipengaruhi oleh sistem penerimaan siswa? 3. Bagaimana prestasi akademik SD Muhammadiyah Domban 3
dipengaruhi oleh kebijakan kepala sekolah?
35 4. Bagaimana prestasi akademik SD Muhammadiyah Domban 3
dipengaruhi oleh banyaknya kegiatan sekolah? 5. Bagaimana prestasi akademik SD Muhammadiyah Domban 3
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan warga sekolah?
36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penggunaan metode kualitatif dikarenakan peneliti
mempunyai tujuan untuk memperoleh pemahaman makna, mengembangkan teori, dan menggambarkan realitas yang kompleks S. Nasution, 2003:13.
Peneliti ingin memahami, menggambarkan, dan menjelaskan tentang realitas prestasi akademik sekolah di SD Muhammadiyah Domban 3. Sugiyono
2008:24-25 menyatakan bahwa pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis, dan
penuh makna sehingga peneliti bermaksud memahami situasi secara mendalam, menemukan pola; hipotesis; dan teori, dan memastikan kebenaran
data.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammdiyah Domban 3 yang beralamat di Dusun Tegal Domban, Kelurahan Margorejo, Kecamatan
Tempel, Kabupaten Sleman. Sekolah tersebut sengaja dipilih sebagai tempat penelitian karena SD tersebut memiliki prestasi akademik yang tinggi menurut
data dari UPT Kecamatan Tempel. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil, yaitu mulai tanggal 4 Agustus 2015 sampai dengan 7 Oktober 2015.
37
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah SD Muhammadiyah Domban 3. S. Nasution 2003:10 menyatakan bahwa subjek yang diteliti dipandang
berkedudukan sama dengan peneliti. Jadi, tidak dipandang lebih rendah dari peneliti. Peneliti juga tidak menganggap dirinya lebih tahu. Peneliti datang
untuk belajar, menambah pengetahuan dan pemahaman.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah orang sebagai narasumber dan dokumen sebagai data pendukung. Ada pun narasumber yang dipilih oleh
peneliti adalah kepala sekolah, guru-guru, karyawan, masyarakat, orang tua siswa, dan siswa. Data pendukung dalam penelitian ini adalah dokumen terkait
dengan subjek penelitian tersebut.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk memperoleh data
Sugiyono, 2008: 224. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang diakukan
dengan jalan pengamatan dan pencatatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasionalis mengenai berbagai fenomena untuk mencapai
tujuan tertentu Zainal Arifin, 2011:231. Peneliti menggunakan observasi nonpartisipatif karena hanya mengamati kegiatan orang yang menjadi
38 sumber data tanpa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Nana
Syaodih 2005:220 menyatakan bahwa observasi nonpartisipatif adalah pengamatan yang dilakukan pengamat dengan tidak turut serta dalam
kegiatan yang dilakukan oleh teramat. 2. Wawancara
Kvale 1996 menyatakan “The qualitative research interview seeks to describe and the meanings of central themes in the life world of
the subjects. The main task in interviewing is to understand the meaning of what the interviewees say.
” Maksudnya adalah wawancara penelitian kualitatif berusaha untuk menggambarkan dan memaknai tema sentral
dalam dunia kehidupan subyek. Tugas utama dalam wawancara adalah untuk memahami arti dari apa yang dikatakan narasumber.
Nana Syaodih 2005:222 menyatakan bahwa wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara tatap muka pertanyaan
diberikan secara lisan, dan jawabannya pun diterima secara lisan. Zainal Arifin 2011:233 menyatakan bahwa wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan responden untuk
mencapai tujuan tertentu. Sepemahaman dengan Zainal Arifin, Lexy J. Moleong 2012: 186 juga mengungkapkan bahwa wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur
karena pelaksanaannya lebih bebas. Safford 2011:80 menyatakan the