0,073. Senyawa yang memberikan efek toksik yaitu favonoid, dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas akut yang menyebabkan
pecahnya membran sel sehingga terjadi kematian sel Scheuer, 1994. Senyawa alkaloid dalam patah tulang dapat menghambat daya makan
antifedant. Hal ini yang mengakibatkan gagal mendapatkan stimulus rasa, sehingga tidak mampu mengenali makanannya jadi ulat akan mengalami
mati kelaparan Cahyadi, 2009.
2. Data pengamatan Mortalitas Ulat Grayak
Dari hasilpengamatan yang telah dilakukan pengaruh ekstrak tanaman patah tulang terhadap mortalitas ulat grayak dilakukan selama 4
hari. Pada penelitian ini daun dan batang tanaman cabai dicelupkan pada larutan ekstrak dilakukan satu kali sehari. Daun dan batang yang
digunakan sebanyak 5 g untuk masing-masing toples, tiap toples ada 10 ekor ulat grayak. Ulat grayak yang digunakan memiliki berat 0,2 g – 0,6 g
dan diletakkan pada tiap toples secara acak. Sedangkan untuk pengambilan data dilakukan selama 24 jam. Mortalitas ulat grayak pada pengamatan 24
jam setelah aplikasi adalah sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.2: Data Hasil Pengamatan Mortalitas Ulat Grayak 24 Jam Setelah Aplikasi
Konsentrasi Log
10
Konsentrasi Rata-rata
Mortalitas Terkoreksi
Nilai Probit Nilai Lc
50
- -
-
5,3 3
0,48 18
4,08 4
0,60 22
4,23 5
0,70 48
4,95 6
0,77 60
5,25
Keterangan: Rumus Mortalitas Terkoreksi:
Mortalitas Terkoreksi =
jumlah mortalitas perlakuan− mortalitas kontrol ulangan yang sama −jumlah ulat yang mati pada kontrol
Pengamatan 24 jam setelah aplikasi pada konsentrasi 0 atau kontrol rata-rata presentase mortalitas terkoreksi ulat grayak sebesar 0. Sedangkan
pada konsentrasi 30 sebesar 18, konsentrasi 40 sebesar 22, konsentrasi 50 sebesar 48, dan konsentrasi 60 sebesar 60. Dari data
tersebut pada konsentrasi 0 atau kontrol dan konsentrasi 30 sampai 60 mengalami peningkatan mortalitas ulat grayak. Hal ini disebabkan pada
konsentrasi tinggi terdapat kandungan senyawa aktif yang tinggi pula. Adanya kandungan senyawa aktif pada konsentrasi 30 sampai 60 larutan
bioinsentisida sedangkan pada konsentrasi 0 atau kontrol tidak terdapat senyawa aktif sehingga pada konsentrasi kontrol tidak terjadi mortalitas. Dari
pengamatan, mortalitas ulat yang paling tinggi terdapat pada konsentrasi 60. Pada tabel diatas terdapat nilai probit, nilai probit diperoleh dari tabel
lampiran 1. Untuk memperoleh nilai probit ini memasukkan nilai rata-rata mortalitas terkoreksi kemudian dicocokkan dengan nilai probit pada
presentase. Nilai probit pada konsentrasi 0 sebesar 0, konsentrasi 30 sebesar 4,08, konsentrasi 40 sebesar 4,95, konsentrasi 50 sebesar
4,95, dan konsentrasi 60 sebesar 5,25. Hasil yang telah diperoleh dibuat grafik yang menunjukkan hubungan
antara konsentrasi ekstrak tanaman patah tulang dengan presentase kematian ulat grayak.
Gambar 4.1: Grafik Hubungan Antara Konsentrasi dan Presentase Kematian Ulat Grayak pada 24 Jam Setelah Aplikasi
Dari grafik hubungan antara log
10
konsentrasi sumbu x dengan nilai probit sumbu y. Pada grafik 4.1 didapatkan persamaan y = 4,274x + 1,902
dan R
2
= 0,917. Grafik pada gambar diatas digunakan untuk mencari nilai LC
50
dengan mensubtitusikan angka 50 sebagai y lihat lampiran 1. Sehingga didapat nilai LC
50
= 5,31. Nilai LC
50
berarti mortalitas pada ulat grayak mencapai 50 pada saat konsentrasi ekstrak tanaman patah tulang
mencapai 5,31. Nilai R
2
merupakan koefiseien determinasi. Menurut Ghozali Imam 2009 Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan sebuah model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai pada grafik 4.1 R
2
= 0,917yang artinya bahwa variabel konsetrasi ekstrak tanaman patah tulang terhadap mortalitas ulat grayak. Besarnya angka
koefisein determinasi R
2
= 0,917 sama dengan 91,7. Angka tersebut berarti bahwa konsentrasi ekstrak tanaman patah tulang terhadap mortalitas ulat
grayak. Sedangkan sisanya 100 - 91,7 = 2,9 dipengaruhi oleh variabel lain. Besarnya pengaruh variabel lain ini disebut sebagai error e.
Pada tabel 4.2. Pada pengamatan yang telah dilakukan konsentrasi 0 atau kontrol tidak terjadi mortalitas pada ulat terlihat bahwa ekstrak tanaman
patah tulang Euphorbia tirucalli pada 24 jam setelah aplikasi presentase mortalitas ulat grayak Spodoptera litura berkisar 18 - 60. Dari data
tersebut terlihat bahwa perlakuan yang telah dilakukan mengalami peningkatan mortalitas.
B. Pembahasan