Ruang Lingkup Pendidikan Islam
29
Sebagaimana yang telah penulis paparkan di atas, bahwa pendidikan agama itu meliputi aspek fisik dan psikis jasmani dan rohani. Hal ini mengindikasikan
bahwa ruang lingkup dari pendidikan Agama tersebut sangat integral dan komprehensif bagi kepentingan proses kehidupan umat manusia, baik untuk
kepentingan dunia maupun akhirat. Nasution berpendapat bahwa: “Raung lingkup pendidikan menurut konsep Islam berlaku seumur hidup dan memuat ajaran
tentang tata hidup yang luas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan.”
45
Untuk mencapai target dari ruang lingkup pendidikan Islam tersebut, maka harus diperhatikan beberapa aspek pendidikan Islam sendiri yang antara lain:
1. Pendidikan Jasmani. Tubuh tidak terlepas dari aspek kejiwaan, akal, ruh dan berhubungan erat
satu dengan yang lain. Pentingnya tubuh karena peranannya berhubungan langsung dengan aspek kepribadian manusia yang lain. Itulah sebabnya dalam
konsepsi pendidikan Islam, tubuh harus dijaga dan dirawat keadaannya sehingga tetap bersih dan sehat. Kebersihan dalam Islam merupakan perintah dari Allah
Swt dan bahkan kebersihan merupakan salah satu ciri orang yang beriman. Ja’far berpendapat, bahwa “Agama Islamlah yang pertama-tama memerintahkan
kebersihan kota-kota, jalan-jalan dan rumah-rumah dan dialah yang mula-mula melarang pengotoran lingkungan hidup.”
46
Selain persoalan bersih tersebut secara fisik, juga dalam menjaga kekuatan tubuh, Islam sangat menganjurkan agar manusia dalam mengkonsumsi makanan
harus memperhatikan masalah halal dan haram. Sehingga kondisi kesehatan tubuh benar-benar terjaga dan terpelihara dari segala bentuk kotoran yang dapat
mengakibatkan penyakit. 2.
Pendidikan Akal. Mahmud Yunus, menegaskan bahwa “Pendidikan akal berfungsi untuk
mendapat pengetahuan dan mecerdaskan akal pikiran serta cakap mempergunakan
45
Ibid, h. 27
46
Muhammad Ja’far, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Surabaya: Al-Ikhlash Prees, 1982, h. 9
30
ilmu yang diketahui oleh manusia.”
47
Bahkan akallah yang membedakan antara manusia dengan makhluk ciptaan Allah lainnya. Manusia dengan potensi akal
yang diberikan oleh Allah Swt dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifatullah di muka bumi. Tanpa akal fikiran, maka amanat Allah tersebut jelas tidak akan
dapat dilaksanakannya. 3. Pendidikan Aqidah.
Konsep pendidikan Islam membentuk manusia yang beraqidah agar dirinya tenang, terlepas dari komplikasi kejiwaan yang bukan-bukan, sehingga interaksi
dan interelasi sesama manusia berdasarkan lindungan dan pengayoman dari Allah Swt. Di samping itu pendidikan aqidah bertujuan untuk mengesahkan aqidah
untuk membentuk hamba Allah yang sholeh dan taat, memberikan ketenangan batin dan menjaga diri dari kesesatan aqidah Islamiyah serta membentuk
kecintaan kepada Allah dengan melaksanakan segala amalan ibadah yang diperintahkan oleh Allah Swt.
4. Pendidikan Akhlak. Akhlak merupakan dasar dari segala tindakan manusia. Artinya, baik atau
buruknya perbuatan manusia sangat dipengaruhi oleh kondisi akhlaknya. Untuk itu proses pendidikan akhlak ditujukan untuk:
a. Menumbuhkan sikap dan watak yang luhur dengan jalan iman dengan akhlak Alquran.
b. Membekali pengetahuan dan pengembangan kemauan manusiawi untuk memilih yang baik dan yang benar.
c. Menampilkan akhlak Alquran secara lengkap dan terpadu sesuai dengan keadaan.
d. Membina akhlak dengan cara amaliyah melalui lembaga sosial, keteladanan serta peribadatan, dan
e. Kepastian moral akhlaqy yang tidak berlebihan tapi wajar dan pasti. 5. Pendidikan Hati Nurani.
47
Mahmud Yunus, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Hidakarya, 1990, h. 21
31
Pendidikan Islam sangat memperhatikan terhadap suasana perasaan dan keadaan hati nurani seseorang. Perlu dilatih dan diarahkan kemampuannya
membaca diri, menemukan diri yang bersikap akhlaki untuk berkarya dan mengabdi dengan memperoleh kesesuaian dan keselarasan dan keseimbangan
lahir dan batin. Merupakan kekuatan kejiwaan yang menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan dan memenuhi hajat keperluan seseorang selalu mendapat
bimbingan akal menujua keridhoan Allah Swt. Itulah sebabnya perlu ditumbuhkan rasa kecintaan, kerapian, cita-cita dan optimisme sehingga dapat terlepas dari
kompleks kejiwaan, was-was dan keraguan, merasa tetap bersama dengan Tuhan serta membangkitkan dorongan untuk berkarya dan berusaha.
6. Pendidikan Rasa Keindahan. Tujuan dari pendidikan keindahan ialah mendidik anak-anak supaya
mengasihi keindahan, menghargai yang bagus dan suka kepada yang cantik serta teratur dan benci kepada yang jelek dan tidak teratur. Maka dengan demikian
anak-anak akan melakukan yang indah-indah, mengerjakan yang bagus-bagus dan melaksanakan pekerjaan dengan teratur, disiplin serta bersih. Untuk menanamkan
pendidikan keindahan ke dalam jiwa anak-anak haruslah dimulai dari rumah tangga yang teratur, baik, tersusun rapi perkakas rumah tangga, kondisi bersih dan
menyegarkan sehingga enak jika dipandang. Di sini patut ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan
keindahan atau kesenian itu, bukanlah mendidik anak-anak atau pemuda menjadi ahli seni semua. Akan tetapi dimaksudkan supaya mereka semua mendapat
didikan juga dari segi kesenian. Mereka mempunyai perasaan halus, menilai segala sesuatu, menyusun dan mengaturnya dengan cara yang bagus dan indah.
7. Pendidikan Sosial. Pendidikan
sosial menurut
konsepsi pendidikan
Islam sangat
memperhatikan usaha terbentuknya pengembangan dan kemajuan sosial serta menjadikan mereka masyarakat hamba-hamba Allah yang sholeh. Dalam
pendidikan akhlak perlu diperhatikan beberapa aspek, antara lain:
32
a. Memperhatikan perkembangan anak dan remaja sebagai generasi penerus dengan bekal pendidikan yang baik.
b. Memperhatikan keluarga dan rumah tangga bahagia dan sejahtera sebagai wadah pendidikan pertama dan utama.
c. Menghasilkan suasana tingkat ekonomi yang lebih merata atas dasar pembangunan manusia produktif yang sholeh.
d. Berusaha menciptakan terbentuknya manusia universal karena ia anggota masyarakat.
Berdasarkan analisa di atas, jelaslah bahwa ruang lingkup pendidikan Islam sangat luas yang meliputi pembinaan hidup fisik dunyawiyah dan kehidupan
rohani ukhrowiyah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas, Arifin menyebutkan bahwa:
Agama dalam masyarakat manusia bukan hanya sebagai fenomena sosial melainkan lebih dari itu yaitu sebagai daya dorong kehidupan motivator, sebagai
élan vitale-nya ataupun sebagai pattern of reference manusia dalam kehidupan sosial dan individual.
48
Oleh karena itu, agama bukan produk pemunculan getaran hati manusia sendiri akan tetapi ia adalah perwujudan dari kehendak Tuhan yang dijabarkan
dalam bentuk petunjuk dan bimbingan untuk kehidupan manusia di alam nyata ini dan untuk di alam akhirat kelak. Dalam kehidupan kultural manusia, agama dapat
dibedakan menjadi 2 dua macam aspek, yakni agama sebagaimana yang tercermin dalam doktrin atau ajaran dan agama yang telah menjadi privasi pribadi
atau sikap dan pendirian manusia. Kedua aspek tersebut merupakan suatu referensi potensial yang saling ber-
resonansi dalam proses kulturisasi yang berlangsung secara interaktif antara potensi subjektif dengan potensi objektif. Proses tersebut berakhir dengan
terbentuknya suatu kepribadian manusia yang mampu memberikan corak terhadap perilakunya dalam kehidupan. Pengetahuan, pengalaman serta pengamalan
48
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama, Semarang: CV. Toha Putra, 1985, h. 165
33
tentang ajaran agamanya merupakan suatu keterpaduan yang nampak jelas dalam perilaku sosial dan budayanya.