Latar Belakang Masalah Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE 4. Dr. Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, MT

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Tablet sebagai obat resep farmasi banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sekitar 40 resep tablet dikontribusikan untuk produksi obat generik. Jika penyerapan obat generik terbatas, maka dikhawatirkan penjualan obat tablet akan terus merosot. Secara umum, harga pokok penjualan HPP obat tablet lebih kecil dibandingkan obat non generik. Ada sebanyak 40 produk obat tablet generik dari sekitar 150 produknya yang memiliki harga pokok penjualan HPP di bawah harga obat non generik. Sepanjang 2013, penjualan Indofarma sebagai emiten farmasi milik negara menurun.PT Indofarma Tbk INAF merevisi proyeksi penjualan sepanjang tahun ini sebesar 16,66 menjadi Rp 1,2 triliun dari sebelumnya Rp 1,4 triliun. Direktur Utama PT Indofarma, Elfiano Rizaldy mengatakan, beban pokok penjualan Universitas Sumatera Utara perseroan sepanjang tahun ini membengkak 1,46 menjadi Rp 4447,05 miliar. Hingga akhir tahun diperkirakan penjualan obat Rp 1,2 triliun. Menurut Elfiano 2013, meningkatnya nilai tukar dolar Amerika terhadap rupiah membuat perseroan harus mengerem penjualan obat. Hal ini dikarenakan, dalam awalrencana kerja acuan kurs Rp 9.500 per dolar AS, namun saat ini nilai tukar rupiah sudah menyentuh di kisaran Rp 12 ribu per dolar AS.Dengan penurunan perolehan penjualan ini, maka dipastikan mempengaruhi target laba bersih perseroan hingga akhir 2013. Sebelumnya, perseroan membidik laba sebesar Rp 85 miliar. Kinerja perseroan per September mengalami rugi bersih sebesar Rp 61,16 miliar. Padahal, perseroan sempat meraup laba Rp 20,03 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Tercatat, salah satu penyebab penurunan kinerja tersebut adalah beban pokok penjualan yang membengkak sebesar 1,4 dari Rp 440,6 miliar menjadi Rp 447,05 miliar. Namun, penjualan bersih Indofarma justru turun sekitar 8,6 dari Rp 701,5 miliar menjadi Rp 640,8 miliar. Berdasarkan statistik pasar modal dalam negeri 2013, lemahnya nilai tukar rupiah membuat harga bahan baku naik dan pengeluaran perseroan lebih besar. Impor bahan baku obat 90 persen lebih,renovasi pabrik farmasi, kenaikan Upah Minimum Provinsi UMP berdampak terhadap penurunan produksi obat. Penurunan penjualan berdampak signifikan pada beban operasional dan keuangan perusahaan. Hingga akhir September 2013, INAF mencatatkan rugi bersih Rp 61,16 miliar. Universitas Sumatera Utara Salah satu upaya mengatasi penurunan produksi perusahaan adalah dengan melakukan pengukuran produktivitas.Pengukuran produktivitas sebagai dasar perencanaan sangat penting di dalam perusahaan. Hal ini disebabkan tuntutan perusahaan mengembangkan daya saing terhadap perusahaan lain selain peningkatan produktivitas. Pengukuran produktivitas perlu dilakukan untuk merancang suatu sistem produktivitas yang lebih baik dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan, serta upaya peningkatan produktivitas untuk menentukan strategi perusahaan di masa yang akan datang. Ada beberapa metode untuk pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan indeks produktivitas antara lain Total Productivity Model, metode Marvin E. Mundel, metode American Productivity Center APC, model Hines, Metode Craig-Harris, model Kendrick-Creamer. Penelitian ini menggunakan metode Total Productivity Model.Model ini cocok digunakan untuk industri manufaktur untuk mengukur produktivitas perusahaan dan produktivitas parsial faktor-faktor produksi. PT Mutiara Mukti Farma MUTIFA yang bergerak di bidang produksi farmasi. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Besar Namorambe Km 8,5 No. 68, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. PT MUTIFA menghasilkan produk obat berupa tablet dengan nama Antalgin. Perusahaan ini berupaya meningkatkan produktivitas dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin kompetitif.Upaya untuk meningkatkan produktivitas ini adalah melalui pengukuran. Universitas Sumatera Utara Pengukuran produktivitas penting bagi perusahaan sebagai dasar rencana kinerja masa yang akan datang.Proses produksi merupakan cara menambah nilai value suatu barang dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin, peralatan, material, metode, dan modal. PT Mutiara Mukti Farma membutuhkan bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, mesin, peralatan, tenaga kerja serta manajemen yang baik untuk melakukan pembuatan obat, namun dalam melaksanakan operasional perusahaan mengalami penurunan produktivitas.Penurunan ini dapat dilihat dari dataTabel 1.1 dan Tabel 1.2. Tabel 1.1. Data Produksi Tablet Antalgin Tahun 2009-2013 URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013 OUTPUT TANGIBLE DALAM RUPIAH 1.PRODUKSI 2,861,500,000 2,268,000,000 2,910,000,000 2,310,000,000 2,550,000,000 2.PRODUK 12 JADI 1,070,972,500 1,808,274,900 1,604,275,800 1,757,325,650 1,514,751,150 3.DIVIDEN 25000000 25000000 25000000 25000000 25000000 4.BUNGA SURAT BERHARGA 50000000 50000000 50000000 50000000 50000000 5.PENDAPATAN LAIN TOTAL 4,007,472,500 4,151,274,900 4,589,275,800 4,142,325,650 4,139,751,150 INPUT TANGIBLE 1.TENAGA KERJA 2,496,960,000 2,496,960,000 2,496,960,000 2,496,960,000 2,496,960,000 2.MATERIAL 10862345 10214576 19875720 10200824 11867990 3.MODAL 203340000 298315110 242063900 298740015 322569007 4.ENERGI 477500275 472455792 462010682 458371985 459616164 5.PENGELUARAN LAIN DINAS,PAJAK,DLL 100000000 100000000 100000000 100000000 100000000 TOTAL 3,288,082,620 3,478,595,478 3,312,210,302 3,205,472,824 3,276,613,161 Sumber : PT Mutiara Mukti Farma 2013 Tabel 1.2. Hasil Perhitungan Produktivitas Tablet Antalgin Tahun 2009-2013 Universitas Sumatera Utara Tahun Input Total Output Total Produktivitas Total Rp Indeks Produktivitas Jumlah Rp Jumlah Rp 2009 3.208.082.620 4.007.472.500 1,249 1,000 2010 3.478.595.478 4.151.274.900 1,193 0,955 2011 3.486.274.302 4.589.275.800 1,316 1,053 2012 3.315.472.824 4.142.325.650 1,249 1,000 2013 3.276.613.161 4.139.751.150 1,263 1,011 Sumber :Pengolahan Data PT Mutiara Mukti Farma 2013 Sumber :Pengolahan DataPT Mutiara Mukti Farma 2013 Gambar 1.1.Grafik Produktivitas Obat Tablet Antalgin Berdasarkan Gambar 1.1 terlihat bahwa sejak tahun 2010 terjadi penurunan produksi obat. Penurunan drastis yang signifikan terjadi dari tahun 2011menuju 2012, selanjutnya naik perlahan-lahan sampai tahun 2013; dalam hal ini perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja perusahaan.

1.2. Perumusan Masalah