Hasil pengujian minyak atsiri daun sirih merah terhadap pertumbuhan bakteri gram positif Listeria monocytogenes serta pertumbuhan bakteri gram negatif Pseudomonas
aeruginosa setelah inkubasi 1x24 jam dapat dilihat pada table 4.3.
Tabel 4.3. Hasil pengukuran diameter zona bening pada kultur bakteri gram positif Listeria monocytogenes serta pertumbuhan bakteri gram negatif
Pseudomonas aeruginosa.
Diameter Daerah Hambatan mm Konsentrasi Bakteri Gram Negatif Bakteri Gram Positif
Pseudomanas aureginosa Listeria monocytogenes 5 - -
10 9,2 - 20 10,4 8,7
30 11,3 9,4 Semakin tinggi konsentrasi maka zona bening akan semakin lebar
4.2. Pembahasan
4.2.1. Minyak Atsiri dari Hasil Destilasi dengan Alat Stahl
Dari sebanyak 450 g daun sirih merah segar diperoleh minyak atsiri daun sirih merah sebanyak 2,2 g bb dengan persentase sebesar 1,46 yang diperoleh dari
perhitungan berikut: kadar minyak atsiri =
����� ������ ������ ����� ���� ���� ℎ ���� ℎ
=
2,2 gram 150 gram
x 100
= 1,46
Minyak atsiri daun sirih merah yang diperoleh berwarna beningjernih, berbau khas.
4.2.2. Analisis Minyak Atsiri Daun Sirih Merah
Hasil analisis GC-Ms terhadap minyak atsiri daun sirih merah menunjukkan bahwa didalam minyak atsiri tersebut terdapat 8 senyawa yang dapat diinterprestasi yaitu:
1. α – Tuyan
Puncak dengan RT 8,483 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C
10
H
16
. Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 136 diikuti puncak-
puncak fragmentasi pada me 121, 105, 93, 77,65, 41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library Wiley, yang lebih mendekati
adalah senyawa monoterpen yaitu α – Tuyan sebanyak 2,86 dengan spektrum
seperti gambar 4.3 dan pola fragmentasi α – Tuyan secara hipotesis ditunjukkan pada
gambar 4.4 a
b
Gambar 4.3. Spektrum Massa α – Tuyan
Keterangan : a= Spektrum massa hasil analisis GC-MS b= Spektrum standard library Wiley
Gambar 4.4 . Pola Fragmentasi Senyawa α-Tuyan
2. α-Pinen
Puncak dengan RT 8.683 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C
10
H
16
. Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 136 diikuti puncak-
puncak fragmentasi pada me 121, 105, 93, 77, 67, 53, 39. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library wiley 229, yang lebih
mendekati adalah senyawa golongan monoter pen yaitu α-Pinen sebanyak 2,49
dengan spektrum seperti gambar 4.5 dan pola fragmentasi α-Pinen secara hipotesis
ditunjukkan pada gambar 4.6. a
b
Gambar 4.5 . Spektrum Massa α-Pinen
Keterangan: a= Spektrum massa hasil analisis GC-MS b= Spektrum standard library Wiley
Gambar 4.6 . Pola fragmentasi senyawa α-Pinen
3. Sabinen Puncak Kromatogram dengan waktu retensi 10,300 menit merupakan
senyawa golongan monoterpen dengan rumus molekul C
10
H
16
. Spektrum massa menunjukkan puncak ion molekul pada me 136 diikuti fragmen- fragmen pada me
121, 105, 93, 77, 69, 43 dan 41. Dengan membandingkan spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library wiley, yang lebih mendekati adalah golongan
monoterpen yaitu sabinen sebanyak 43,57 dengan spektrum seperti gambar 4.7. Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa sabinen tersebut secara hipotesis seperti
pada gambar 4. a
b
Gambar 4.7. Spektrum massa sabinen
Keterangan: a. Spektrum massa hasil analisis GC-MS b. Spektrum Standart Library Wiley
Gambar 4.8. Pola Fragmentasi Senyawa Sabinen
4. β-Mirsen
Puncak dengan RT 10.950 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C
10
H
16
. Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 136 diikuti puncak-
puncak fragmentasi pada me 121,107, 93, 79, 69, 53, 41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library Wiley, yang lebih
mendekati adalah golongan monoterpen yaitu senyawa β-Mirsen sebanyak 23,77
dengan spektrum seperti gambar 4.9 dan pola fragmentasi β-Mirsen secara hipotesis
ditunjukkan pada gambar 4.10 a
b
Gambar 4.9. Pola Fragmentasi yangmungkin dari senyawa β-Mirsen
Keterangan : a = Spektrum massa hasil analisis GC-MS b = Spektrum standard library Wiley
Gambar 4.10. Pola Fragmentasi yang mungkin dari senyawa β-Mirsen
5. γ-Terpinen
Puncak dengan RT 13.308 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C
10
H
16
. Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 136 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada me 121, 105, 93, 77, 65, 41. Dengan
membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library, yang lebih mendekati adalah golongan monoterpen yaitu
senyawa γ-Terpinen sebanyak 2,88 dengan spektrum seperti gambar 4.11 dan pola fragmentasi
γ-Terpinen secara hipotesis ditunjukkan pada gambar 4.12
a
b
Gambar 4.11. Spektrum massa γ-Terpinen
Keterangan a = Spektrum massa hasil analisis GC-MS b = Spektrum standard library NIST
Gambar 4.12. Pola Fragmentasi yang mungkin dari senyawa γ-Terpinen
6. L-Linalool
Puncak dengan RT 14,867 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C
10
H
18
O. Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 154 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada me 136, 121, 107, 93, 71, 69, 41. Dengan
membandingkan spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library wiley, yang lebih mendekati adalah golongan monoterpen yaitu Linalool sebanyak 9,39 dengan
spektrum gambar 4.13. Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa L-Linalool tersebut secara hipotesis seperti pada gambar 4.14
a
b
Gambar 4.13. Spektrum massa L-Linalool
Keterangan : a= Spektrum massa hasil analisis GC-MS b= Spektrum standard library Wiley
Gambar 4.14. Pola Fragmentasi yang mungkin dari senyawa L-Linalool
7. 4-Terpeniol
Puncak dengan RT 17.417 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C
10
H
18
0. Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 154 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada me 136, 121, 111, 93, 71, 69, 43, 41. Dengan
membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library Wiley 229, yang lebih mendekati adalah senyawa monoterpen yaitu 4-Terpeniol sebanyak
4,65 dengan spektrum seperti gambar 4.15 dan pola fragmentasi 4-Terpeniol secara hipotesis ditunjukkan pada gambar 4.16
a
b
Gambar 4.15 Spektrum Massa 4-Terpeniol Keterangan : a= Spektrum massa hasil analisis GC-MS
b= Spektrum standard library Wiley
Gambar 4.16 Pola Fragmentasi yang mungkin dari senyawa γ-Terpinen
8. Trans-Kariofilen Puncak dengan RT 24,533 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C
15
H
24.
Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 204 diikuti puncak- puncak fragmentasi pada me 189, 175, 161, 148, 133, 120, 107, 93, 79, 69, 55, 41.
Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan seskuiterpen yaitu Trans-Kariofilen
sebanyak 4,02 dengan spektrum seperti gambar 4.17 dan pola fragmentasi Trans- Kariofilen secara hipotesis ditunjukkan pada gambar 4.18
a
b
Gambar 4.17 Spektrum massa senyawa Trans-Kariofilen Keterangan : a = Spektrum massa hasil analisis GC-MS
b = Spektrum Standart Library Wiley
Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa Trans-Kariofilen tersebut secara hipotesis pada gambar 4.4
H
3
C
CH3 CH
2
CH
3
+ e -2 e
CH
2
H
3
C
H
3
C CH
3
CH
3
H
3
C
H
3
C CH
2
me = 93 C
7
H
9
C
2
H
4
me = 161 CH
2
H
2
C C
5
H
8
CH
2
me =79 C
3
H
2
me = 41 me = 204
me = 189 M = 204
Gambar 4.18 Pola Fragmentasi senyawa Trans-Kariofilen
Ngaisah Siti, 2010 memperoleh komponen kimia Daun Sirih merah kering asal Magelang melalui proses destilasi Stahl sebanyak 6 sen
yawa yaitu α-Tuyan 2,42, α-Pinen 3,16, Kamfen 0,49, Sabinen 74,73, β-Mirsen 17,12,
Trans-kariofilen 1,88. Dalam Hal ini disebabkan karena kandungan minyak atsiri dari tumbuhan sangat dipengaruhi oleh: tempat tumbuh, musim, perbedaan
tempatdaerah, pengambilan sampel, perlakuan pasca panen misalnya pengeringan dan penyimpanan, serta kondisi operasional alat yang digunakan dalam mendeteksi
komponen tersebut khususnya kolom yang digunakan Olonisakin et al., 2006.
4.2.4. Uji Aktifitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah