Alat-alat Bahan-bahan Kesimpulan PENDAHULUAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat-alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: - Alat Stahl - Autoklaf Yamato SN20 - Batang Pengaduk - Beaker Glass 500 ml Pyrex - Cawan Petri - GC-MS Shimadzu - Gelas Erlenmeyer 250 ml Pyrex - Gelas Ukur 100 ml Pyrex - Hot Plate stirrer Cimarec2 - Inkubator Fisher Scientific - Jarum Ose - Jangka Sorong - Jarum Suntik - Labu destilasi 1000 ml Pyrex - Neraca Analitis Mettler AE 2000 - Oven - Pinset - Pipet tetes - Spatula - Spinch - Tabung Reaksi Pyrex - Thermo scientific maxQ shaker Fisher Scientific

3.2. Bahan-bahan

- Alkohol 70 - Aluminium foil - Aquadest - Bakteri Pseudomonas aeruginosa - Bakteri Listeria monocytogenes - Cawan Petri - Daun sirih Merah Segar - Dimetil Sulfoksida DMSO - Kapas - Kassa - Kertas Cakram Oxoid - Mueller Hinton Agar MHA p.a Oxoid - Na 2 SO 4 anhidrous p.a Merck - Nutrien Agar NA p.a Oxoid

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Penyediaan Sampel

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun sirih merah segar yang diperoleh dari Perumnas Batu 6, Pematang Siantar. Daun sirih merah dibersihkan, dicuci kemudian dipotong kecil-kecil.

3.3.2. Isolasi Minyak Atsiri Daun Sirih Merah dengan Alat Stahl

Sebanyak 150 gram daun sirih merah segar dipotong kecil-kecil dan dimasukkan kedalam labu alas 1000 mL ditambahkan aquadest sebanyak 500 mL, dihubungkan dengan alat penyuling Stahl, dan dididihkan selama ± 4-5 jam hingga menghasilkan minyak atsiri yang mana destilat yang dihasilkan jernih. Kemudian dipisahkan dengan corong pisah. Destilat yang diperoleh merupakan campuran minyak dengan air. Kemudian lapisan minyak ditambahkan Na 2 SO 4 anhidrous untuk mengikat air yang mungkin masih tercampur dengan minyak atsiri, lapisan minyak didekantasi dan dimasukkan kedalam botol vial, disimpan dilemari pendingin dalam botol dan ditutup rapat. Minyak yang diperoleh dianalisis kandungan kimianya menggunakan alat GC- MS dan diuji aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa dan listeria monocytogenes.

3.3.3. Analisis Minyak Atsiri Daun sirih Merah dengan GC-MS

Cuplikan dimasukkan kedalam gerbang suntik pada sebuah alat GC-MS. Selanjutnya kondisi disesuaikan dengan kondisi masing-masing bagian peralatan seperti dibawah ini kemudian diamati kromatogram yang dihasilkan oleh recorder dan mass recorder serta mass spektra masing-masing senyawa. Kondisi GC-MS yang di gunakan analisa komponen kimia minyak atsiri daun daun sirih merah segar tersebut adalah sebagai berikut : GCMS – QP2010S SHIMADZU Kolom : AGILENT HP 5MS Panjang : 30 meter Gas Pembawa : Helium Pengion : EI [GC-2010] Column Oven Temperature : 50. o C Injection Temperature : 300 o C Injection Mode : Split Flow Control Mode : Pressure Pressure : 13.0 kPa Total Flow : 83.9 mLmin Column Flow : 0.55 mLmin Linear Velocity : 26.8 cmsec Purge Flow : 3.0 mLmin Split Ratio : 147.4 Equilibrium Time : 1.0min [GCMS-QP2010] Ion Source Temperature : 250 o C Interface Temperature : 300 o C Solvent Cut Time : 1.60min Detector Gain Mode : Relative Detector Gain : +0,00kV [MS] Start Time : 1.80min End time : 80min ACQ Mode : Scan Event Time : 0.50sec Scan Speed : 1250 Start mz : 28 End mz : 600

3.3.4. Pengujian Sifat antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah

3.3.4.1. Pembuatan Media Nutrien Agar NA

Sebanyak 7 gram media nutrient agar dimasukkan kedalam gelas lalu dilarutkan dengan 250 ml aquadest dan dipanaskan hingga larut. Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit.

3.3.4.2. Pembuatan Stok Kultur Bakteri

Sebanyak 3 ml nutrient agar steril dimasukkan kedalam tabung reaksi yang steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi miring membentuk sudut 30 – 40 o C. Biakan bakteri Pseudomonas aeruginosa diambil dari strain utama dengan jarum ose steril lalu diinkubasikan pada permukaan media nutrient agar miring dengan cara menggores, kemudian diinkubasi pada suhu 35±2 o C selama 18-24 jam. Hal yang sama juga dilakukan pada biakan bakteri Listeria monocytogenes.

3.3.4.3. Penyiapan Inkulum Bakteri

Sebanyak 3,25 gram Brain Heart Broth BHB dilarutkan dengan 250 ml aquades dalam gelas dan dipanaskan hingga semua larut, kemudian disterilkan di autoklaf 121 o C selama 15 menit dan didinginkan. Lalu koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa diambil dari stok kultur menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan kedalam 10 ml media Brain Heart Broth BHB steril dalam tabung reaksi dan diinkubasikan pada suhu 35±2 o C selama 24 jam. Hal yang sama juga dilakukan untuk koloni bakteri Listeria monocytogenes.

3.3.4.4. Pembuatan Variasi Konsentrasi Minyak Atsiri Daun sirih Merah

Piper ornatum N. Minyak atsiri daun sirih merah diencerkan dengan pelarut DMSO dengan masing –masing dalam konsentrasi 5, 10, 20 dan 30 vv.

3.3.4.5. Uji Aktifitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah

Sebanyak 1 ml inkolum Pseudomonas aeruginosa dimasukkan kedalam cawan petri, kemudian dituang media nutrient agar sebanyak 15 ml pada suhu 45-50 C dihomogenkan sampai media dan bakteri tercampur rata, kemudian dibiarkan sampai media memadat. Diletakkan kertas cakram yang telah direndam dengan minyak atsiri daun sirih merah dengan berbagai konsentrasi kedalam cawan petri yang telah berisi bakteri, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35±2 C selama 24 jam. Selanjutnya diukur zona bening yang ada disekitar kertas cakram menggunakan jangka sorong. Dilakukan dengan cara yang sama terhadap bakteri Listeria monocytogenes.

3.4. Bagan Penelitian

3.4.1 Isolasi Minyak Atsiri Daun Sirih Merah Dengan Stahl

Dimasukkan kedalam labu Stahl 1 liter Ditambahkan air suling 500 ml Dirangkai alat Stahl Dipanaskan selama ±4-5 jam hingga air bersama minyak atsiri Dimasukkan kedalam botol vial Ditambahkan Na 2 SO 4 Anhidrous Didekantasi Minyak Atsiri Diukur volumenya

3.4.2. Analisis Minyak Atsiri Daun Sirih Merah dengan GC-MS

Cuplikan Diinjeksikan kedalam GC-MS Diamati Kromatogram yang dihasilkan Hasil 350 g Daun Sirih Merah Segar yang telah diiris Lapisan Minyak Lapisan Air Analisa GC-MS Uji Antibakteri 3.4.3. Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah 3.4.3.1. Pembuatan Media Nutrient Agar NA, Media Agar Miring dan Stok Kultur Bakteri Dilarutkan dengan 250 ml aquadest dalam Gelas Erlenmeyer Dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit Dituangkan sebanyak 3 ml kedalam tabung reaksi Dibiarkan pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi miring membentuk sudut 30-45 o C Diambil biakan bakteri Pseudomonas aeruginosa dari strain utama dengan jarum ose lalu digoreskan pada media nutrient agar NA yang telah memadat Diinkubasi pada suhu 35 o C selama 24 jam Dilakukan hal yang sama untuk bakteri Listeria monocytogenes. 7 g media Nutrient Agar NA Media Nutrient Agar NA steril Stok Kultur Bakteri Pseudomonas aeruginosa

3.4.3.2. Inokulum Penyiapan Bakteri

Dilarutkan dengan 250 ml aquadest kedalam Gelas Erlenmeyer Dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit Dimasukkan sebanyak 10 ml kedalam tabung reaksi Diambil koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa dari stok kultur bakteri dengan jarum ose Disuspensikan kedalam Brain Heart Broth BHB Diinkubasi pada suhu 35±2 o C selama 24 jam Dilakukan hal yang sama untuk bakteri Listeria monocytogenes. 3,25 g media Brain Heart Broth BHB Media Brain Heart Broth BHB Inokulum Bakteri Pseudomonas aeruginosa

3.4.3.3. Uji Aktivitas Antibakteri

Dimasukkan kedalam cawan petri steril Ditambah dengan 15 ml media Nutrient agar NA dengan suhu 45-50 o C Dihomogenkan sampai media dan bakteri tercampur rata Dibiarkan sampai media memadat Dimasukkan kertas cakram yang telah direndam dengan ekstrak daun sirih merah dengan berbagai konsentrasi kedalam cawan petri yang telah berisi bakteri Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35 o ±2 o C Diukur diameter zona bening disekitar cakram dengan jangka Sorong bening Dilakukan hal yang sama untuk bakteri Listeria monocytogenes. 1 ml inokulum bakteri Pseudomonas aeruginosa Hasil BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Penentuan Kadar Minyak Atsiri Minyak atsiri daun sirih merah diperoleh dengan metode hidrodestilasi menggunakan alat Stahl. Proses ini dilakukan secara triplo. Dari hasil destilasi daun Sirih Merah segar sebanyak 150 g diperoleh rata-rata 2,2 g minyak atsiri kadar minyak atsiri daun sirih merah sebesar 1,46. Dari perlakuan proses destilasi secara triplo seperti table 4.1 berikut. Tabel 4.1 Hasil Hidrodestilasi Minyak Atsiri daun sirih merah No Sampel g Minyak Atsiri g Persentase 1 150 2,0 1,35 2 150 2,5 1,66 3 150 2,3 1,53 Rata-rata 150 2,2 1,46 sampel gram Kromatogram hasil analisis GC menunjukkan terdapatnya 12 puncak senyawa Gambar 4.1 yang menunjukkan adanya 12 senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri tersebut Tabel 4.2 Gambar 4.1. Kromatogram Hasil Analisa GC Minyak Atsiri Daun Sirih Merah

4.1.2. Hasil Analisis dengan GC-MS

Minyak atsiri yang dihasilkan secara hidrodestilasi dianalisis dengan gas Chromatography-Mass Spectroscopy GC-MS. Kromatogram GC dari minyak atsiri daun sirih merah segar. Hasil hidrodestilasi diperoleh 12 puncak senyawa gambar 4.1, Senyawa hasil Analisis GC-MS Minyak Atsiri Daun Sirih Merah sebanyak 12 senyawa seperti pada table 4.2, dan senyawa dari hasil interpretasi yang dapat diindentifikasi sebanyak 8 buah senyawa berdasarkan standart library Willey dan NIST 2 seperti pada table 4.3. Tabel 4.2. Senyawa Hasil Analisis GC-MS Minyak Atsiri Daun Sirih Merah No RT Massa Relatif Rumus Nama Senyawa Area menit Senyawa Molekul 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 10,300 10,950 14,867 17,417 24,533 13,308 8,483 8,683 11,760 12,226 26,252 25,491 136 136 154 154 204 136 136 136 136 136 204 204 C 10 H 16 C 10 H 16 C 10 H 18 O C 10 H 18 O C 15 H 24 C 10 H 16 C 10 H 16 C 10 H 16 C 10 H 16 C 10 H 16 C 15 H 24 C 15 H 24 α-Sabinen β-Mirsen L-Linalool 4-Terpineol Trans- Kariofilen γ –Terpinen α-Tuyan α-Pinen α-Terpinen Limonen Germacrene-D 43,57 23,77 9,39 4,65 4,02 2,88 2,86 2,49 1,96 1,94 1,70 0,77 Pada Tabel 4.3. Hasil interpretasi yang dapat diindentifikasi sebanyak 8 buah senyawa komponen utama berdasarkan standart library Willey dan NIST 2. No RT Massa Relatif Rumus Nama Senyawa Area Menit Senyawa Molekul 1 2 3 4 5 6 7 8 10,300 10,950 14,867 17,417 24,533 13,308 8,483 8,683 C 10 H 16 C 10 H 16 C 10 H 18 O C 10 H 18 O C 15 H 24 C 10 H 16 C 10 H 16 C 10 H 16 α-Sabinen β-Mirsen L-Linalool 4-Terpineol Trans-Kariofilen γ –Terpinen α-Tuyan α-Pinen 136 136 154 154 204 136 136 136 43,57 23,77 9,39 4,65 4,02 2,88 2,86 2,49

4.1.3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Aktivitas antibakteri daun sirih merah menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan beberapa bakteri yaitu Listeria monocytogenes. dan Pseudomonas Aeruginosa berdasarkan metode difusi agar seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.2 : a Pseudomonas aeruginosa b Listeria monocytogenes. Gambar 4.2. Zona hambat dari minyak atsiri daun sirih merah terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Listeria monocytogenes. Hasil pengujian minyak atsiri daun sirih merah terhadap pertumbuhan bakteri gram positif Listeria monocytogenes serta pertumbuhan bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa setelah inkubasi 1x24 jam dapat dilihat pada table 4.3. Tabel 4.3. Hasil pengukuran diameter zona bening pada kultur bakteri gram positif Listeria monocytogenes serta pertumbuhan bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa. Diameter Daerah Hambatan mm Konsentrasi Bakteri Gram Negatif Bakteri Gram Positif Pseudomanas aureginosa Listeria monocytogenes 5 - - 10 9,2 - 20 10,4 8,7 30 11,3 9,4 Semakin tinggi konsentrasi maka zona bening akan semakin lebar

4.2. Pembahasan

4.2.1. Minyak Atsiri dari Hasil Destilasi dengan Alat Stahl

Dari sebanyak 450 g daun sirih merah segar diperoleh minyak atsiri daun sirih merah sebanyak 2,2 g bb dengan persentase sebesar 1,46 yang diperoleh dari perhitungan berikut: kadar minyak atsiri = ����� ������ ������ ����� ���� ���� ℎ ���� ℎ = 2,2 gram 150 gram x 100 = 1,46 Minyak atsiri daun sirih merah yang diperoleh berwarna beningjernih, berbau khas.

4.2.2. Analisis Minyak Atsiri Daun Sirih Merah

Hasil analisis GC-Ms terhadap minyak atsiri daun sirih merah menunjukkan bahwa didalam minyak atsiri tersebut terdapat 8 senyawa yang dapat diinterprestasi yaitu: 1. α – Tuyan Puncak dengan RT 8,483 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C 10 H 16 . Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 136 diikuti puncak- puncak fragmentasi pada me 121, 105, 93, 77,65, 41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library Wiley, yang lebih mendekati adalah senyawa monoterpen yaitu α – Tuyan sebanyak 2,86 dengan spektrum seperti gambar 4.3 dan pola fragmentasi α – Tuyan secara hipotesis ditunjukkan pada gambar 4.4 a b Gambar 4.3. Spektrum Massa α – Tuyan Keterangan : a= Spektrum massa hasil analisis GC-MS b= Spektrum standard library Wiley Gambar 4.4 . Pola Fragmentasi Senyawa α-Tuyan 2. α-Pinen Puncak dengan RT 8.683 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C 10 H 16 . Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 136 diikuti puncak- puncak fragmentasi pada me 121, 105, 93, 77, 67, 53, 39. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library wiley 229, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan monoter pen yaitu α-Pinen sebanyak 2,49 dengan spektrum seperti gambar 4.5 dan pola fragmentasi α-Pinen secara hipotesis ditunjukkan pada gambar 4.6. a b Gambar 4.5 . Spektrum Massa α-Pinen Keterangan: a= Spektrum massa hasil analisis GC-MS b= Spektrum standard library Wiley Gambar 4.6 . Pola fragmentasi senyawa α-Pinen 3. Sabinen Puncak Kromatogram dengan waktu retensi 10,300 menit merupakan senyawa golongan monoterpen dengan rumus molekul C 10 H 16 . Spektrum massa menunjukkan puncak ion molekul pada me 136 diikuti fragmen- fragmen pada me 121, 105, 93, 77, 69, 43 dan 41. Dengan membandingkan spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library wiley, yang lebih mendekati adalah golongan monoterpen yaitu sabinen sebanyak 43,57 dengan spektrum seperti gambar 4.7. Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa sabinen tersebut secara hipotesis seperti pada gambar 4. a b Gambar 4.7. Spektrum massa sabinen Keterangan: a. Spektrum massa hasil analisis GC-MS b. Spektrum Standart Library Wiley Gambar 4.8. Pola Fragmentasi Senyawa Sabinen 4. β-Mirsen Puncak dengan RT 10.950 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C 10 H 16 . Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 136 diikuti puncak- puncak fragmentasi pada me 121,107, 93, 79, 69, 53, 41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library Wiley, yang lebih mendekati adalah golongan monoterpen yaitu senyawa β-Mirsen sebanyak 23,77 dengan spektrum seperti gambar 4.9 dan pola fragmentasi β-Mirsen secara hipotesis ditunjukkan pada gambar 4.10 a b Gambar 4.9. Pola Fragmentasi yangmungkin dari senyawa β-Mirsen Keterangan : a = Spektrum massa hasil analisis GC-MS b = Spektrum standard library Wiley Gambar 4.10. Pola Fragmentasi yang mungkin dari senyawa β-Mirsen 5. γ-Terpinen Puncak dengan RT 13.308 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C 10 H 16 . Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 136 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada me 121, 105, 93, 77, 65, 41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library, yang lebih mendekati adalah golongan monoterpen yaitu senyawa γ-Terpinen sebanyak 2,88 dengan spektrum seperti gambar 4.11 dan pola fragmentasi γ-Terpinen secara hipotesis ditunjukkan pada gambar 4.12 a b Gambar 4.11. Spektrum massa γ-Terpinen Keterangan a = Spektrum massa hasil analisis GC-MS b = Spektrum standard library NIST Gambar 4.12. Pola Fragmentasi yang mungkin dari senyawa γ-Terpinen 6. L-Linalool Puncak dengan RT 14,867 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C 10 H 18 O. Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 154 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada me 136, 121, 107, 93, 71, 69, 41. Dengan membandingkan spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library wiley, yang lebih mendekati adalah golongan monoterpen yaitu Linalool sebanyak 9,39 dengan spektrum gambar 4.13. Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa L-Linalool tersebut secara hipotesis seperti pada gambar 4.14 a b Gambar 4.13. Spektrum massa L-Linalool Keterangan : a= Spektrum massa hasil analisis GC-MS b= Spektrum standard library Wiley Gambar 4.14. Pola Fragmentasi yang mungkin dari senyawa L-Linalool 7. 4-Terpeniol Puncak dengan RT 17.417 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C 10 H 18 0. Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 154 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada me 136, 121, 111, 93, 71, 69, 43, 41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library Wiley 229, yang lebih mendekati adalah senyawa monoterpen yaitu 4-Terpeniol sebanyak 4,65 dengan spektrum seperti gambar 4.15 dan pola fragmentasi 4-Terpeniol secara hipotesis ditunjukkan pada gambar 4.16 a b Gambar 4.15 Spektrum Massa 4-Terpeniol Keterangan : a= Spektrum massa hasil analisis GC-MS b= Spektrum standard library Wiley Gambar 4.16 Pola Fragmentasi yang mungkin dari senyawa γ-Terpinen 8. Trans-Kariofilen Puncak dengan RT 24,533 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C 15 H 24. Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 204 diikuti puncak- puncak fragmentasi pada me 189, 175, 161, 148, 133, 120, 107, 93, 79, 69, 55, 41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan seskuiterpen yaitu Trans-Kariofilen sebanyak 4,02 dengan spektrum seperti gambar 4.17 dan pola fragmentasi Trans- Kariofilen secara hipotesis ditunjukkan pada gambar 4.18 a b Gambar 4.17 Spektrum massa senyawa Trans-Kariofilen Keterangan : a = Spektrum massa hasil analisis GC-MS b = Spektrum Standart Library Wiley Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa Trans-Kariofilen tersebut secara hipotesis pada gambar 4.4 H 3 C CH3 CH 2 CH 3 + e -2 e CH 2 H 3 C H 3 C CH 3 CH 3 H 3 C H 3 C CH 2 me = 93 C 7 H 9 C 2 H 4 me = 161 CH 2 H 2 C C 5 H 8 CH 2 me =79 C 3 H 2 me = 41 me = 204 me = 189 M = 204 Gambar 4.18 Pola Fragmentasi senyawa Trans-Kariofilen Ngaisah Siti, 2010 memperoleh komponen kimia Daun Sirih merah kering asal Magelang melalui proses destilasi Stahl sebanyak 6 sen yawa yaitu α-Tuyan 2,42, α-Pinen 3,16, Kamfen 0,49, Sabinen 74,73, β-Mirsen 17,12, Trans-kariofilen 1,88. Dalam Hal ini disebabkan karena kandungan minyak atsiri dari tumbuhan sangat dipengaruhi oleh: tempat tumbuh, musim, perbedaan tempatdaerah, pengambilan sampel, perlakuan pasca panen misalnya pengeringan dan penyimpanan, serta kondisi operasional alat yang digunakan dalam mendeteksi komponen tersebut khususnya kolom yang digunakan Olonisakin et al., 2006.

4.2.4. Uji Aktifitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah

Hasil Uji antibakteri dari minyak atsiri daun sirih merah mampu menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan listeria monocytogenes. Hal ini ditunjukkan dengan adanya zona bening terhadap bakteri Pseudomonas aureginosa dan listeria monocytogenes sekitar kertas cakram setelah diencerkan dalam DMSO dengan variasi konsentrasi minyak atsiri yaitu konsentrasi 5 tidak menunjukkan zona halo atau zona bening sedangkan konsentrasi 10 pada bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas dengan zona hambat 9,2 mm Sensitif, dan pada bakteri listeria monocytogenes konsentrasi 10 tidak menunjukkan zona halo zona bening, Konsentrasi 20 pada bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas dengan zona hambat 10,4 mm Sensitif, dan pada bakteri listeria monocytogenes pada konsentrasi 20 memiliki zona hambat yaitu 8,7 mm Kurang sensitif, Konsentrasi 30 pada bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki zona hambat sebesar 11,3 mmSensitif, dan pada bakteri listeria monocytogenes memiliki zona hambat sebesar 9,4 mm Sensitif. Dari data hasil uji menunjukkan bahwa Dinding sel bakteri gram negatif mengandung peptidoglikan jauh lebih sedikit daripada gram positif Sehingga permeabilitas bakteri gram positif lebih rendah dibandingkan permeabilitas bakteri gram negatif. Dengan permeabilitas yang rendah maka zat aktif dari minyak atsiri akan mengalami kesulitan untuk menembus membran sel bakteri gram positif sehingga efek bakterinya kurang optimal peptidoglikan pada sel bakteri yang sedang tumbuh dan menyebabkan kematian sel. Ajizah 2004 dimana semakin kecil konsentrasi maka semakin sedikit jumlah zat aktif yang terkandung didalamnya, sehingga semakin rendah kemampuan dalam menghambat pertumbuhan suatu bakteri Sehingga, aktivitas antibakteri minyak atsiri daun sirih merah tergantung dari konsentrasi yang digunakan. Menurut Kusuma 2010 mengemukan bahwa ketentuan kekuatan daya antibakteri adalah: 1. Diameter zona hambat 8 mm kurang sensitif 2. Diameter zona hambat 9 -14 mm Sensitif 3. Diameter zona hambat 15 – 19 mm Sangat sensitif 4. Diameter zona hambat 20 mm Luar biasa sensitif Senyawa metabolik sekunder golongan fenol dan minyak atsiri terjadi penghambatan terhadap pertumbuhan koloni bakteri diduga disebabkan karena kerusakaan yang terjadi pada komponen struktural membran sel bakteri Wulandari, 2006. Komponen minyak atsiri yang mengandung percabangan gugus fenol maupun 63lcohol dapat melarutkan fosfolipid. Kondisi asam oleh adanya fenol dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa, dan Listeria monocytogenes Jawetz et.al., 1996.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Komponen kimia daun sirih merah yang terkandung didalamnya adalah

Sabinen 43,57, β-Mirsen 23,77, L-Linalool 9,39, 4-Terpineol 4,65, Trans- Kariofilen 4,02, γ-Terpinen 2,88, α-Tuyan 2,86, dan α-Pinen 2,49, kadar minyak atsiri daun sirih merah yang diperoleh dengan metode hidrodestilasi adalah 1,46

2. Minyak atsiri daun Sirih Merah Piper ornatum N memiliki aktivitas sebagai

antibakteri terhadap bakteri Pseudeumonas aureginosa. Zona hambat antibakteri yang terkandung dalam minyak atsiri daun sirih merah termasuk dalam kategori “Sangat sensitif” yaitu kisaran 10-20 mm tetapi pada bakteri zona hambat minyak atsiri daun sirih merah terhadap bakteri listeria monocytogenes termasuk dalam kategori “sensitif” yaitu kisaran 5-10 mm.

5.2. Saran

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Daun Sirih Hutan (Piper crocatum Ruiz & Pav) Yang Segar Dan Simplisia Secara Gas Chromatography-Mass Spectrometry

6 80 106

Penentuan Komponen Senyawa/Minyak Atsiri Dan Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi N-Heksana, Etil Asetat Dan Metanol Kulit Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii)

2 89 68

Karakterisasi Simplisia, Isolasi serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Lada Hitam dan Lada Putih (Piper nigrum L.) Secara GC-MS

24 174 100

Analisa Komponen Kimia Minyak Atsiri Dan Uji Pestisida Nabati Hasil Isolasi Daun Sirih Hutan (Piper aduncum L) Pada Larva Lalat Buah (Bactrocela carambolae) Jambu Biji

6 56 80

Analisis komponen kimia fraksi minyak atsiri daun sirih (piper batle Linn.) dan daun uji aktivitas antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri gram negatif

1 5 33

Analisis komponen kimia fraksi minyak atsiri daun sirih piper bettle Linn) dan uji aktivitas antibakeri terhadap beberapa jenis bakteri gram positif

1 23 78

IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) ASAL MAGELANG

3 28 116

AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) DAN MINYAK ATSIRI Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) dan Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi (Cymbopogon Nardus (L.) Rendle) Asal

0 3 12

Kajian Aktivitas Antibakteri dan Identifikasi Komponen Aktif Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.).

0 1 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daun Sirih Merah (Piper ornatum N). - Analisis Komponen Kimia Dan Uji Aktifitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper ornatum N) Asal Pematang Siantar

0 0 18