Tingkat Pendidikan Anak-anak penambang kayu arang

sehingga banyak orang berpendapat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang sarat akan permasalahan hidup. Atas dasar inilah maka salah satu bentuk upaya manusia di dalam masyarakat adalah membentuk wadah-wadah yang dapat dipakai sebagai media yang dapat menumbuhkan rasa persahabatan dan solidaritas diantara sesama warga masyarakat di tempat mereka tinggal. 44 Biasanya wadah-wadah sosial ini dibentuk berdasarkan kepentingan dari warga masyarakat. Oleh karena itu bentuk dan wadah yang dipakai sebagai media untuk memenuhi kepentingan tersebut menunjukkan corak yang beraneka ragam. Wadah sosial ini lebih kita kenal dengan istilah organisasi sosial. Organisasi sosial adalah penyusunan aktivitas dari dua orang atau lebih yang disesuaikan untuk menghasilkan kesatuan aktivitas yang merupakan suatu kerja sama. 45 Sejalan dengan itu, dalam hal tingkat pendidikan khususnya bagi anak penambang, untuk bekal kerja mencari kayu arang dilahan gambut latar belakang pendidikan seorang penambang tidaklah begitu penting artinya karena pekerjaan sebagai penambang merupakan pekerjaan yang lebih banyak mengandalkan otot dan Dengan adanya penambangan kayu arang di Nagasaribu dapat membuat masyarakat sadar akan adanya rasa tolong menolong dan saling membantu antar sesama seperti pada acara pernikahan, kelahiran dan kematian.

3.3 Tingkat Pendidikan Anak-anak penambang kayu arang

44 Ibid. Hal. 80 45 B. Simanjuntak, Perubahan Sosial Kultural, Bandung : Tarsito, 1980, hal. 19 Universitas Sumatera Utara pengalaman, maka setinggi apapun tingkat pendidikan penambang tersebut itu tidaklah memberikan pengaruh terhadap kecakapan mereka dalam menambang. Persoalan dari arti penting tingkat pendidikan ini biasanya baru mengedepankan jika seorang penambang ingin berpindah ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Dengan pendidikan yang rendah jelas kondisi itu akan mempersulit penambang memilih atau memperoleh pekerjaan lain selain mejadi penambang Kalaupun anak-anak mereka bersekolah, maka dianggap sudah cukup kalau bisa melek huruf saja. Asal bisa baca tulis bisa mengenal nilai nominal uang, itu sudah cukup. Dari beberapa Sekolah Dasar yang ada di Nagasaribu, hal yang sering terjadi adalah kalau anak-anak penambang ini sudah agak besar misalnya kelas V SD dan sudah bisa baca tulis, mereka mau meninggalkan bangku sekolah mereka karena disebabkan pengaruh lingkungan dimana pada musim itu sangat mudah menambang. Faktor yang paling menghambat kelanjutan pendidikan anak-anak penambang adalah tidak menetapnya pendapatan keluarga yang sangat besar variasinya, jangankan untuk uang sekolah dan biaya sekolah lainnya, untuk makanpun hampir- hampir tak mencukupi. Rumah yang mereka tempati sangat jauh dari keterlayakan. Papan yang minim kurang untuk menutupi dinding rumah. Selain itu, banyak penyakit yang disebabkah karena perumahan masyarakat penambang yang tidak sehat. Padahal untuk pembiayaan sekolah kelanjutannya sangat perlu. Kebiasaan menabung pada penambang hampir tidak ada. Universitas Sumatera Utara Berawal dari seorang tetangga yang meyekolahkan anaknya hingga ke jenjang yang lebih tinggi, dan hasilnya hidup anaknya ini pun lebih baik dari orangtuanya. Hal ini menjadi motivasi bagi banyak orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Pola pikir masyarakat yang seperti itu perlahan-lahan mulai terkikis seturut dengan berkembangnya zaman. Pada tahun 2002 sudah semakin banyak anak-anak penambang yang masuk Sekolah Dasar negeri di Nagasaribu Lintongnihuta. Semakin tahun semakin banyak jumlah anak-anak penambang yang sekolah. Sekolah-sekolah pun semakin banyak berdiri disini. Semangat dari anak-anak untuk sekolah semakin meningkat. Meskipun jarak dari rumah dengan sekolah jauh dapat menempuh waktu kurang dari 30 menit, bahkan angkutan umum yang masih sedikit tidak menjadi hambatan bagi anak-anak untuk dapat bersekolah. Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Secara umum pendidikan merupakan upaya terus menerus untuk memajukan budi pekerti karakter, kekuatan batin, pikiran dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Adapun tujuan dari pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Hal ini karenakan Dari dulu hingga sekarang masalah pendidikan memang menjadi masalah Universitas Sumatera Utara untuk pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. 46 Masyarakat Lintongnihuta terkenal dengan minat sekolah yang lumayan tinggi jika dibanding dengan daerah lain, istilah anakkon hi do hamoraaon di au, naingkon do sikola satimbo-timbona, nasa ni natolap gogoki anakku harta paling bergarga bagi hidupku, harus sekolah setinggi mungkin, semampuku akan kulakukan itu. Semiskin-miskin keluarga, rata-rata bisa menguliahkan anaknya ke perguruan Pendidikan akan berpengaruh pada mata pencaharian dan tingkat penghasilan seseorang, hal ini juga berpengaruh pada pendidikan anak anak dari masyarakat desa nagasaribu yang bekerja sebagai penambang sebelum tahun 1992 pendidikan dari anak anak masyarakat nagasaribu tamatan Sekolah Dasar bahkan banyak juga yang tidak tamat sekolah, sehingga hanya dengan tamatan seperti ini tidak banyak pekerjaan yang bisa dilakukan masyarakat, ujung-ujungnya mereka akan bekerja penambang kayu arang sebagai kerja sampingan untuk menambah ekonomi terhadap kebutuhan keluarga terutama dibidang menaikkan pendidikan, Pendidikan adalah salah satu jalur penting untuk memperoleh status sosial yang tinggi, bagi orang batak pendidikan dipandang sebagai jalur mobiitas sosial untuk mencari pangkat. 46 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 Universitas Sumatera Utara tinggi, begitu juga dengan daerah Nagasaribu yang telah melahirkan banyak kaum intelektual yang telah bekerja dibergai bidang profesi 47 Nama . Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat desa nagasaribu yang kerja sampingan yaitu melakukan penambangan kerja bekerja dapat dilihat tingkat pendidikan formal yang telah dicapainya. Tingkat pendidikan menjadi salah satu syarat penting dalam proses pelamaran suatu pekerjaan. Dari pengamatan yang ditemukan di lapangan, rata rata pendidikan anak anak masyarakat yang bekerja dipenambangan kayu arang yaitu sebagai berikut. Pendidikan anak anak masyarakat penambang Pada tahun 2002 Jumlah Anak SD SMP SMA PERGURUAN TINGGI Ibu Edo 5 orang 2 orang 1 orang 1 orang 1 orang Ibu Hasril 4 orang 2 orang 1 0rang 1 orang Bapak Agus 6 orang 3 orang 1 orang 1 orang Ibu Sarah 7 orang 2 orang 2 orang 1 orang 2 orang Bapak Ida 6 orang 1 orang 2 orang 2 orang 1 orang 47 Wawancara Ariska Sihombing, Nagasaribu, 21 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara Jumlah 28 orang 10 orang 7 orang 6 orang 4 orang Data diperoleh dari hasil wawancara dengan informan. Dari hasil data diatas dapat kita lihat bahwa pendidikan meningkat setelah dilakukannya penambangan kayu arang di desa Nagasaribu, hal ini sangat mempengaruhi perubahan terhadap dampak pendidikan. Untuk ke jenjang yang lebih tinggi yakni ke perguruan tinggi, para penambang kayu arang ini juga sudah ada beberapa yang menyekolahkan anaknya sekalipun harus merantau ke luar Medan. Jika pada musim-musim tertentu arang sangat mudah didapatkan terutama musim kemarau, hal ini sangat menolong mereka untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Tidak lagi seperti dulu, kini penambang kayu arang nelayan sudah menabung uangnya jika pada saat musim kemarau pendapatan arang sangat banyak. Ada yang menabung di Bank, CU, dan ada juga yang membeli emas sebagai simpanannya. Kelak akan di jual apabila anaknya ingin masuk sekolah. Dengan gambaran ini jelaslah bahwa penduduk di daerah ini dan sekitarnya sudah berpikiran maju.

3.4 Tingkat Pendapatan Masyarakat Nagasaribu