15 Bonan Dolok
709,64 5
16 Sigompul
638,67 5
17 Nagasaribu IV
688, 58 7
18 Nagasaribu V
617,15 3
19 Nagasaribu III
906,75 5
20 Sigumpar
972,72 3
21 Parulohan
761,32 6
22 Habeahan
687,34 3
Sumber : Kantor Camat Lintong Nihuta 2002
Kondisi alam Lintongnihuta terdiri atas dataran yang luas, sawah, perkebunan dan ladang. Sebagian besar tanah di daerah ini digunakan sebagai areal pertanian baik
ladang, sawah dan kebun. Pada umumnya masyarakat di Lintongnihuta sebagian besar hidup dari pertanian. Hasil pertanian digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari hari masyarakat. Ladang biasanya ditanami tanaman kopi ,sayur sayuran, cabai tomat, ubi,dan lain lain, sedangkan sawah ditanami padi.
2.2 Keadaan Penduduk
Kecamatan Lintongnihuta adalah kecamatan kedua terbesar dari segi kepadatan penduduk berdasarkan data BPS dari tahun 2002 , berdasarkan data
dari kecamatan bahwa jumlah penduduk Lintongnihuta dengan jumlah
Universitas Sumatera Utara
penduduk 32.056 jiwa. Dimana jumlah penduduk Laki-laki berjumlah 15. 519 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 16.537 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk 1,24 dari data laju perkembangan penduduk dapat disimpulkan bahwa masyarakat Lintongnihuta termasuk ke golongan
masyarakat berkembang. Berikut adalah jumlah penduduk Lintongnihuta berdasarkan desa dan
jenis kelamin pada Tahun 2002. Tabel 2
No Nama Desa
Kepala keluarga
Keluarga tani
Jumlah Penduduk L
P Jumlah
1 Dolok Margu
376 319
1012 1159
2171 2
Hutasoit I 324
305 783
711 1494
3 Lobutua
207 185
889 943
1842 4
Nagasaribu I 453
392 784
821 1605
5 Nagasaribu II
308 288
699 714
1413 6
Pargaulan 328
291 838
914 1752
7 Sibuntuon
Parpea 538
351 1038
1061 2089
8 Sibuntuon
Partur 306
290 770
769 1539
9 Siharjulu
416 390
770 749
1519
Universitas Sumatera Utara
10 Siponjot
525 502
1012 1159
2171 11
Sitolu Bahal 313
229 689
728 1417
12 Tapian Nauli
440 411
766 831
1597 13
Nagasaribu III 333
301 619
741 1380
14 Nagasaribu IV 225
200 494
478 972
15 Nagasaribu V
228 191
482 487
969 16
Sigumpar 270
244 671
870 1541
17 Parulohan
155 133
823 821
1644 18
Habeahan 137
115 340
451 791
19 Sigompul
269 145
653 667
1320 20
Bonan Dolok 155
125 340
403 743
21 Hutasoit II
229 216
643 672
1315 22
Sitio II 269
240 558
641 1199
Jumlah 6786
5863 15.489
16.470 31939
Sumber : Kantor Camat Lintongnihuta tahun 2002
Tabel dibawah ini merupakan komposisi penduduk Kecamatan Lintongnihuta berdasarkan agama pada 2002
Tabel 3
No Agama
Jumlah 1
Agama Islam 35 jiwa
Universitas Sumatera Utara
2 Kristen Katholik
970 jiwa 3
Kristen Protestan 31.051 jiwa
Jumlah Total 32.056 jiwa
Sumber : Kantor Camat Lintongnihuta 2002
Penduduk Kecamatan Lintongnihuta di dominasi oleh Kristen Protestan, dan agama Hindu, Budha, Konghucu dan agama lain-lain tidak ada, hanya 3 agama itu
saja yaitu Islam, Katholik dan Protestan. Agama Protestan yang dianut oleh masyarakat Lintongnihuta disebabkan oleh masyarakat yang homogen yaitu satu garis
keturunan yaitu Suku Batak Toba, dan keturunan dari satu Ompu, yaitu Toga Sihombing.
Jumlah penduduk keturunan asing di Kecamatan Lintongnihuta yang menetap hanya 2 orang saja, yaitu asal kewarganegaraan Swiss yang berdomisili di desa Tapian
Nauli, mereka bermata pencaharian sebagai pengusaha kopi. Kecamatan Lintongnihuta mayoritas dihuni oleh sub suku batak toba dan
marga yang mendominasi adalah marga sihombing yang dibagi atas 4 keturunan marga yaitu Silaban, Hutasoit, Nababan, Lumbantoruan. Namun sebagian kecil
dihuni oleh suku bangsa nias dan suku minang yang bermigrasi kedaerah ini untuk merubah nasib. Kehidupan antar suku di daerah ini saling menghargai dan mereka
Universitas Sumatera Utara
hidup rukun antar suku. Sarana fasilitas yang digunakan oleh masyarakat di
Kecamatan Lintongnihuta seperti sarana kesehatan Puskesmas, Posyandu, Polindes dan Poskedes Sarana Ibadah Gereja , sarana penerangan PLN, transportasi jalan
raya, angkutan darat, pendidikan SD, SMP, SMA,SMK, dan STM
Masyarakat Lintongnihuta mayoritas berprofesi sebagai petani sebagai sumber utama mata pencahariannya dan sebagian besar tinggal di desa, berikut adalah
tabel komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian. Tabel 4
No Pekerjaan
Persentase 1
Petani 91,15
2 PNS TNI POLRI
5,00 3
Pedagang Pengusaha 3, 85
Sumber kantor camat 2002. Berdasarkan data yang saya dapat di Kantor Camat diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mata pencaharian kecamatan Lintongnihuta adalah petani yaitu sebanyak 91,15 , hal tersebut didukung oleh kondisi geografis daerah ini sangat
potensial sebagai lahan pertanian, dimana daerah pegunungan cocok untuk daerah pertanian dan daerah lembahnya cocok untuk persawahan. Didaerah pegunungan
Universitas Sumatera Utara
mayoritas ditanami tanaman Kopi ada sebagian kecil kebun jeruk, Sebagai usaha sampingan selain bertani masyarakat Lintongnihuta juga memelihara jenis hewan
peliharaan seperti, kerbau, babi, anjing, bebek, dan ayam. Bukan hanya itu saja masyarakat juga melakukan penambangan kayu arang berguna sebagai tambahan
mata pencaharian hidup . Pada umumnya penambangan kayu arang ini menjadi mata pencaharian kedua yang dilakukan masyarakat setelah bertani untuk menambah
uang masuk masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penggunaan lahan pertanian dilintongnihuta masih relative rendah dilihat dari lahan yang masih
mengganggur berupa semak belukar dan ilalang, jika dibandingkan dengan daerah lain yang ada di kabupaten Humbang Hasundutan, Lintongnihuta berperan sebagai
penghasil kopi dan profesi sebagai PNS TNI POLRI sebanyak 5 dan Pedagan atau pengusaha 3,85.
Adapun luas potensi lahan dan pemanfaatan sumber daya, berikut adalah
tabel rincian luas wilayah Kecamatan menurut Desa dan jenis penggunaan tanah per desa Ha
Tabel 5
No Desa Tanah
sawah Tanah
kering Bangunan
pekarangan Lainnya
Jumlah
1 2
3 4
5 6
1 Hutasoit I
194,16 687,37
13,00 45,55
940,08
Universitas Sumatera Utara
2 Lobu Tua
264,24 571,67
8,79 22,62
867,32 3
Pargaulan 289,61
434,42 12,58
43,98 780,59
4 Nagasaribu I
347,73 312,94
9,86 18,00
689,13 5
Nagasaribu II 211,26
479,15 9,03
25,96 725,40
6 Siharjulu
395,98 788,37
12,40 38,88
1235,00 7
Sibuntuon Parpea
379,36 206,70
19,50 25,32
630,78
8 Sibuntuon
Partur 185,73
266,72 18,76
31,04 502,25
9 Sitolu Bahal
344,23 631,47
13,68 41,62
1031,00 10
Tapian Nauli 786,98
723,46 14,19
52,33 1576,96
11 Siponjot
287,84 298,70
13,57 32,77
632,88 12
Dolok Margu 314,16
903,78 14,36
29,47 1261,77
13 Sitio I
203,67 302,12
8.83 26,51
541,13 14
Hutasoit II 173,59
527,78 8,95
39,22 729,54
15 Bonan Dolok
256,08 399,00
7,05 47,51
709,04 16
Sigompul 274,28
321,85 8,88
33,66 638,67
17 Nagasaribu IV
192,43 460,93
11,74 23,48
688,58 18
Nagasaribu V 233,17
346,41 9,04
28,53 617,15
19 Nagasaribu III
216,00 655,82
13,87 21,06
906,75 20
Sigumpar 326,58
602,50 12,49
31,15 972,72 21
Parulohan 163,27
565,47 8,27
25,31 761,32
22 Habeahan
293,42 363,47
7,80 22,65
687,34
Universitas Sumatera Utara
Sumber kantor camat 2002
Karena 95,15 masyarakat Lintongnihuta adalah bertani, maka rincian luas penggunaan lahan pertanian sesuai data 2002 yang ada di kantor Camat, yang dibagi
atas tanaman palawija, holtikultura, perkebunan. Tabel tanaman Palawija
Tabel 6 No
Jenis Tanaman Luas Lahan
1 Padi sawah
1994 ha 2
Padi gobo 60 ha
3 Jagung
40 ha 4
Ubi jalar 97 ha
5 Ubi kayu
38 ha Jumlah
2229 ha Sumber kantor camat 2002
Jumlah 6333,07
10849,10 256,64 687,22
18126,03
Universitas Sumatera Utara
Tabel tanaman holtikultura Tbel 7
No Jenis tanaman Luas lahan
1 Cabe merah
103 ha 2
Cabe rawit 21 ha
3 Kentang
45 ha 4
Kubis 81 ha
5 Sawi
22 ha 6
Tomat 58 ha
7 Buncis
16 ha 8
Bawang daun 30 ha
Jumlah 376 ha
Sumber kantor camat 2002 Tabel tanaman Perkebunan
Tabel 8 No Jenis tanaman
Luas lahan
Universitas Sumatera Utara
1 Jeruk
21 ha 2
Kopi 2787 ha
Jumlah 2808
Sumber kantor camat 2002. Masyarakat batak terkenal dengan budaya Marsiadapari ataupun
Marsiruppa
20
20
Marsiruppa, artinya lebih dari gotong royong dimana jasa dibalas dengan jasa dalam waktu yang lama dan berlangsung secara terus menerus.
, nilai kekeluargaan yang tinggi, bagi masyarakat semua kelurga hanya dengan martutur atau menarik silsilah dari marga atau menekankan asas patrimunial
yang masih kental. Nilai kekeluargaan ataupun kepedulian akan sesama sejatinya karakter masyarakat Batak Toba pada khususnya, walaupun masyarakat tak terlepas
dari masalah adat dan konflik lainnya hal tersebut terlihat jika ada kemalangan, seperti melayat, pesta adat pernikahan dan kematian semua ikut ambil bagian dari
segi partisipasi kelangsungan adat seperti marhobas, penyerahan Ulos, tumpak uang. Kegiatan sosial lain yang tampak adalah musyawarah dalam menyelesaikan
masalah yang timbul dalam masyarakat. Musyawarah juga dapat dilihat pada waktu atau melaksanakan pesta adat yang biasanya disebut, Martongggo Raja, yaitu untuk
membicarakan persiapan pesta, hubungan sosial masyarakat terjadi secara
Universitas Sumatera Utara
kekelargaan, sehingga setiap masalah sebisa mungkin diselesaikan secara musyawarah.
21
Masyarakat Lintongnihuta didominasi oleh Batak Toba, dimana menarik garis keturunan secara patrilineal seperti pelaksanaan adat sebagian besar di dalam
keluarga lelaki, dan anak laki-laki adalah penerus keturunan, dimana anak laki-laki di spesialkan pada umumnya. Sistem sosial adalah sistem yang menata hubungan
manusia , dimana sistem sosial lebih diutamakan pada sistem kekerabatan yang ada pada masyarakat batak toba yaitu Dalihan Na Tolu
22
. Sistem sosial adalah sistem yang menata hubungan manusia, dimana sistem sosial disini lebih dikhususkan pada
sistem kekerabatan yang ada pada masyarakat batak toba adalah dilambangkan dengan Dalihan Natolu yang arti secara harafiah adalah tungku Nan tiga yaitu tiang
tempat memasak. Dalihan Natolu terdiri dari tiga unsur yaitu Hula –hula, Boru dan dongan Tubu
23
21
Wawancara , Parade Nababan, Desa Nagasaribu, tanggal 24 Februari 2016.
22
Dalihan natolu Merupakan lembaga adat bagi suku batak toba.
23
Wawancara ,Hotma Nababan ,Nagasaribu, tanggal 25 Februari 2016
. Inilah yang menjadi dasar pengaturan partuturan bagi masyarakat batak toba.
1. Kelompok Hula –hula adalah kelompok pemberi istri yang dalam kehidupan masyarakat hula hula memiliki status yang paling tinggi dan dihormati.
2. Kelompok boru adalah perempuan dari golongan dongan sabutuha termasuk suami dan keluarga semarga suaminya. Boru juga disebut kelompok penerima istri.
Universitas Sumatera Utara
3. Kelompok dongan tubu adalah semua kaumlakilaki yang semarga atau sepihak yang semarga dalam hubungan bapak yang berasal dari satu nenek moyang.
Dalam hubungan sosialnya digambarkan dengan “somba marhula hula,elek marboru dohot manat mardongan tubu, ketiga unsur ini sekaligus menjadi dasar
struktur kekerabatan dalam masyarakat Batak Toba tidak akan berarti jika berdiri sendiri akan tetapi harus kerja sama yang satu dengan yang lain.
Marga merupakan lambang identitas keturunan yang berfungsi untuk menentukan tarombo atau silsilah keluarga bagi masyarakat dalam kehidupan sehari
hari. Identitas seseorang dapat diketahui dengan menyebutkan marga, dengan mudah masyarakat akan mengetahui posisinya di dalam hubungan sosial dengan orang lain
baik laki laki maupun perempuan. Laki laki dan perempuan yang semarga tidak boleh saling menikah, karena masyarakat Lintongnihuta sangat menghargai adat. Dalam
pelaksanaan adat masyarakat bergotong royong pada upacara adat tersebut agar dapat terlaksana dengan baik.
Ulos dan jambar merupakan lambang dalam pelaksanaan adat. Dalam upacara adat dliaksanakan pembagian ulos dan jambar yang diberikan kepada kerabat
sesuai dengan status sosialnya, ulos dan jambar ini bagi masyarakat memiliki makna tersendiri, selain pesta pernikahan dan pesta adat kematian masyarakat juga
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan pesta mangopoi jabu memasuki rumah, mangokkal holi menggali tulang, dan lain sebagainya.
24
Pertambangan rakyat merupakan rangkaian kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh rakyat dengan memakai peralatan dan cara yang sederhana untuk
memenuhi kebutuhan hidupanya sehari hari. Kegiatan usaha pertambangan adalah
suatu kegiatan besar yang berada ditengah masyarakat, dimana tentunya kegiatan ini akan berinteraksi dengan masyarakat setempat dimana lokasi pertambangan itu
berada. Keterlibatan masyarakat sangat penting oleh karena banyak aspek yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pertambangan, mulai dari pemerataan ekonomi
hingga mempertimbangan kelestarian lingkungan serta dampak yang mungkin akan dirasakan oleh masyarakat. Di desa Nagasaribu banyak ditemukan masyarakat pada
umumnya bekerja sebagai penambang kayu arang namun tidak meninggalkan mata pencaharian utama yaitu bertani. Hal ini didasari karena beberapa faktor. Faktor
utamanya adalah masalah ekonomi keluarga. Demi memenuhi kebutuhan hidup, Dalam hubungan sosialnya ketiga unsur diatas yang sekaligus menjadi dasar
struktur kekerabatan dalam masyarakat batak toba tidak akan berarti jika berdiri sendiri akan tetapi harus didasarkan pada kerja sama yang satu dengan yang lain.
2.3 Latar Belakang Penambang