Perubahan Budaya Organisasi Budaya Kuat Dan Budaya Lemah

mencerminkan posisi, kekuasaan, kompetitif, dan perfeksionis, Kreitner dan Kinicki, 2005 dalam Danang Sunyoto. 6 Sementara itu Wallach membagi tipe budaya organisasi menjadi 3, yaitu : budaya birokratis, budaya inovatif, dan budaya suportif. 1. Budaya birokratis ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang terstruktur, tertib, teratur, berurutan, dan memiliki regulasi yang jelas. Dalam budaya ini pengawasan dilakukan dengan ketat dalam bentuk penetapan standar aturan baku. Garis batas tanggung jawab serta otoritas jelas dan tegas. Wewenang dan tanggung jawab diturunkan berdasarkan level hierarki. 2. Budaya inovatif ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang penuh tantangan, memberikan tugas – tugas yang beresiko, dan membutuhkan kreativitas untuk menyelesaikannya. Semua anggota organisasi diberi tekanan dan stimulan untuk berkarya sekreatif mungkin, jalur komunikasi terbuka lebar, serta tidak banyak aturan tentang pelaksanaan tugas. Pengendalian dilakukan melalui supervisi dan konsultasi. 3. Budaya suportif menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam organisasi. Budaya ini ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang lebih bersahabat, peduli dengan sesama, saling percaya, dan adil. Budaya suportif merupakan lingkungan yang penuh dengan kehangatan, ramahtamah, dan saling memberikan kebebasan individual, sehingga oleh Wallach disebut dengan fuzzy place to work Falikhatun, 2003 7

1.5.6 Perubahan Budaya Organisasi

Sebuah organisasi menetapkan bahwa budaya organisasinya harus diubah. Misalnya karena perubahan lingkungan luar yang drastis, organisasi yang bersangkutan harus menyesuaikan dengan kondisi – kondisi ini atau tidak dapat bertahan. Tetapi, mengubah budaya lama dapat mengalami banyak kesulitan yang dapat diramalkan bisa berupa keterampilan, staf, hubungan – hubungan, 6 Danang Suyonto. Teori Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta : CAPS, halaman 153. 7 Danang Sunyoto. Teori Keorganisasian. Yogyakarta : CAPS, halaman 154. Universitas Sumatera Utara peran – peran dan struktur yang sudah berakar serta pihak – pihak seperti sarikat buruh, manajemen, atau bahkan para pelanggan yang masih mendukung dan terbiasa dengan budaya lama. Meskipun ada halangan dan hambatan, budaya itu dapat dikelola dan diubah. Usaha untuk mengubah budaya ini dapat mengambil banyak bentuk yang berbeda. Seperti mengembangkan rasa kebersamaan sejarah, menciptakan rasa kebersamaan, mempromosikan rasa kesamaan anggota, dan meningkatkan pertukaran pengalaman diantara anggota. Organisasi yang berusaha mengubah budaya mereka juga harus berhati – hati agar tidak meninggalkan akar budaya seluruhnya yang sudah terbentuk.

1.5.7 Budaya Kuat Dan Budaya Lemah

Beberapa budaya organisasi dapat dikatakan kuat sedangkan yang lainnya dapat dikatakan lemah. Budaya organisasi yang kuat adalah budaya organisasi yang ideal dimana kekuatan budaya mempengaruhi intensitas pelaku. Disamping faktor kepemimpinan, ada dua faktor besar yang juga ikut menentukan kekuatan budaya organisasi, yaitu kebersamaan dan intensitas. Kebersamaan dapat ditunjukkan dengan besarnya derajat kesamaan yang dimiliki oleh para anggota organisasi tentang nilai – nilai inti. Sedangkan intensitas adalah komitmen para anggota organisasi terhadap nilai – nilai inti budaya organisasi. Pada organisasi yang memiliki budaya organisasi yang kuat anggota – anggota loyal kepada organisasi, tahu dan jelas apa tujuan organisasi serta mengerti perilaku mana yang dipandang baik dan tidak baik. Nilai – nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti slogan, tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari – hari secara konsisten oleh orang – orang yang bekerja dalam perusahaan. Organisasi atau perusahaan memberikan tempat khusus kepada pegawai teladan perusahaan. Dijumpai banyak ritual, mulai yang sederhana sampai yang mewah. Memiliki jaringan yang kultural yang menampung certita – cerita tentang kehebatan para karyawan teladan. Jadi, budaya organisasi yang kuat membantu perusahaan memberi kepastian kepada seluruh individu yang ada dalam organisasi untuk berkembang bersama perusahaan dalam bersama –sama meningkatkan kegiatan usaha dalam menghadapi persaingan. Universitas Sumatera Utara Budaya organisasi yang kuat menunjukkan bahwa nilai – nilai inti organisasi dipegang teguh dan dijunjung bersama. Semakin banyak anggota organisasi yang menerima nilai – nilai inti dan semakin besar komitmen mereka terhadap nilai – nilai tersebut semakin kuat budaya organisasi. Budaya yang kuat tetapi bertahan terhadap perubahan dapat menjadi sesuatu yang buruk dari sudut pandang kompetitif dan kemampuan mendapatkan keuntungan, dibandingkan budaya yang lemah tetapi inovatif, Kreitner dan Kinicki ,2005 dalam danang sunyoto. 8 Budaya organisasi yang lemah adalah budaya organisasi yang kurang didukung secara luas oleh para anggotanya dan sangat dipaksakan, serta memberi pengaruh negatif pada organisasi karena akan memberi arah yang salah kepada para pegawainya. Selain itu, dalam organisasi memiliki budaya organisasi yang lemah mudah terbentuk kepada kelompok – kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi, dan anggota organisasi tidak segan – segan mengorbankan kepentingan organisasi untuk kepentingan kelompok atau kepentingan kelompok atau kepentingan sendiri. Jika hal ini terjadi pada perusahaan, maka tugas – tugasnya tidak dapat dilakukan dengan baik. Hal ini terlihat dari kurangnya motivasi atau semangat kerja, timbul kecurigaan – kecurigaan, komunikasi kurang lancar, lunturnya loyalitas atau kesetiaan pada tugas utamanya dan komitmen pegawai perusahaan. Akibatnya, perusahaan menjadi tidak efektif dan kurang kompetitif. Untuk memperkuat budaya organisasi, ada beberapa langkah kegiatan yang dapat dilakukan olehn pemimpin organisasi yang disebut pendiri, pemimpin puncak, dan para manajer, yaitu sebagai berikut : 1. Memantapkan nilai – nilai dasar budaya organisasi Pemimpin organisasi perlu memantapkan nilai – nilai dasar tersebut agar dapat dipakai sebagai pedoman berperilaku bagi karyawan. Dalam nilai – nilai budaya perlu dijelaskan apa yang merupakan perintanh atau anjuran, mana yang 8 Danang Suyonto. Teori Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta : CAPS, halaman 152. Universitas Sumatera Utara merupakan larangan, kegiatan apa yang bisa mendapatkan penghargaan dan kegiatan yang bisa mendapatkan hukuman, dan sebagainya. 2. Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi Arah pembinaan adalah agar nilai – nilai dasar yang menjadi budaya organisasi dapat dipahami, dihayati,dan dilaksanakan oleh anggota – anggota organisasi khususnya anggota baru. Pembinaan terhadap anggota organisasi dapat dilakukan melalaui bimbingan dan pelatihan. 3. Memberikan contoh teladan Dalam menanamkan dan memperkuat nilai – nilai budaya kepada anggota organisasi, pimpinan organisasi perlu memberikan keteladanan dan kejujuran dalam berperilaku dengan pedoman pada nilai – nilai budaya yang telah ditetapkan. Hal ini sangat berpengaruh dan dapat mempercepat penanaman dan perkuatan budaya organisasi kepada seluruh anggota organisasi. 4. Membuat acara – acara rutinitas Acara – acara rutinitas seperti rekreasi bersama dapat memberikan motivasi kepada anggota – anggota organisasi dengan keyakinan bahwa dia adalah bagian dari keluarga besar organisasi. Selain itu, secara tidak langsung merupakan perekat bagi anggota – anggota organisasi dalam menanamkan dan memperkuat budaya organisasi. 5. Memberikan penilaian dan pengahargaan Pemberian penghargaan kepada anggota - anggota organisasi dapat merangsang anggota untuk berperilaku sesuai dengan nilai – nilai budaya yang ditanamkan. 6. Tanggap terhadap masalah Masalah – masalah eksternal seperti persaingan, pelanggan, penguasaan pasar, peraturan pemerintah dan masalah – masalah internal seperti tuntutan Universitas Sumatera Utara pegawai atau karyawan, konflik dalam organisasi perlu diantisipasi dan ditanggapi melalui budaya organisasi. 7. Koordinasi dan kontrol Koordinasi dapat dilakukan melalui rapat – rapat resmi, atau koordinasi antar pejabat secara berjenjang. Dan untuk mengetahui perilaku anggota –anggota organisasi perlu dilakukan pengontrolan dan pengawasan secara berkala. Hasil pengawasan dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk memperkuat budaya organisasi. Makin kuat sebuah budaya organisasi, makin berkurang kebutuhan organisasi untuk mengembangkan aturan - aturan dan regulasi formal untuk memberi petunjuk tentang perilaku karyawan. Panduan tersebut akan diinternalkan dalam diri para karyawan ketika mereka menerima budaya organisasi. Budaya organisasi membantu mengarahkan sumber daya manusia pada pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi. Selain itu, budaya organisasi akan meningkatkan kekompakan tim antar departemen, divisi atau unit dalam organisasi sehingga mampu menjadi perekat yang mengikat orang dalam organisasi bersama – sama. Dengan budaya organisasi dapat diperbaiki perilaku dan motivasi sumber daya manusia, sehingga meningkatkan semangat organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. 1.5.2 Semangat Kerja Karyawan 1.5.2.1 Pengertian Semangat Kerja