Faktor Analisis Hubungan Pemilih Dengan Kandidat Dalam Pemilukada

commit to user 21 perbedaannya melalui alasan pemilih memilih pasangan kandidat. Alasan memilih karena kemampuan kandidat dan programisu yang ditawarkan menunjukkan ciri dari pemilih rasional. Sedangkan alasan karena kepribadian kandidat, didukung partai pilihan dan kesamaan latar belakang menunjukkan ciri pemilih tradisional.

3. Faktor Analisis Hubungan Pemilih Dengan Kandidat Dalam Pemilukada

Ada berbagai macam faktor yang dapat menjadi analisis hubungan pemilih dengan kandidat dalam Pemilukada. Faktor-faktor tersebut dapat disarikan dari berbagai macam pendekatan dalam menganalisis perilaku pemilih voter behaviour . Dengan mulai berkembangnya penelitian tentang studi perilaku pemilih, banyak hasil penelitian yang mencoba menyelidiki hubungan faktor preferensi pemilih dengan pemilih partai politik atau kandidat tertentu dalam Pemilukada khususnya faktor internal yang berupa karakteristik sosial pemilih Prasetyo, 2009:29. Acuan analisis dapat menggunakan karakteristik pemilih yang dijadikan variabel dalam penelitian ini. Adapun karakteristik pemilih dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor Demografis, meliputi : 1 Jenis Kelamin Secara psikologis ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam mengambil suatu keputusan. Ada pertimbangan yang berbeda antara keduanya yang dapat diteliti. Perilaku pemilih berdasarkan jenis kelamin akan sangat menarik untuk dikaji dalam Pemilukada. Peran perempuan semakin lama semakin sejajar dengan laki-laki termasuk peranan dalam bidang politik khususnya dalam menentukan pilihan terhadap kandidat. 2 Umur Umur merupakan salah satu indikator perkembangan manusia baik secara fisik maupun psikologinya. Umur seseorang mempengaruhi commit to user 22 keputusan untuk menentukan pilihan terhadap kandidat. Pemilih dengan umur yang relatif tua cenderung memiliki sifat yang konservatif dan sulit untuk menerima perubahan ataupun hal-hal yang baru. Sebaliknya, umur yang relatif muda cenderung menginginkan hal-hal yang baru dan mudah menerima perubahan. 3 Status Marital Manusia secara fitrah memiliki rasa kebutuhan terhadap lawan jenis, termasuk dalam hal pernikahan. Seseorang yang telah menikah akan memiliki pemikiran dan sikap yang berbeda dengan orang yang belum menikah termasuk dalam bidang politik. Perbedaan status kedua fase tersebut terhadap pilihan kandidat menarik untuk dikaji. b. Faktor Pendidikan Dalam buku ” Higher Education for America Democracy ” yang dikutip Noorsyam,dkk 1981:3 dinyatakan sebagai berikut : ”Education is an institution of civilized society, but the purposes of education are not the same in all societies. An educational system finds its the guiding principles and ultimate goals in the aims and philosophy of the social order in which in functions.” Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya baik rohani pikir, karsa, rasa, cipta dan budinurani maupun jasmani panca indera serta ketrampilan-ketrampilan Noorsyam dkk, 1981:6. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar. Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang baik dan berbudi pekerti yang luhur menurut cita-cita dan nilai-nilai masyarakat serta untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu sarana untuk memperoleh pendidikan adalah melalui pendidikan formal. Pendidikan formal adalah struktur dari suatu sistem pengajaran yang kronologis dan berjenjang. Lembaga pendidikan dimulai dari pra sekolah commit to user 23 sampai dengan perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal merupakan pengajaran sistematis di luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok masyarakat untuk memenuhi keperluan khusus. Perbedaan tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi cara pandang dan sikap terhadap suatu masalah yang dihadapi. Dalam politik, pendidikan seseorang sangat mempengaruhi dalam menentukan pilihannya. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung menggunakan pikiran-pikiran yang rasional dalam memilih. Berbeda dengan orang yang berpendidikan rendah cenderung mengesampingkan hal-hal yang rasional. c. Faktor Ekonomi, meliputi : 1 Pekerjaan Manusia dituntut untuk bekerja agar kebutuhan ekonominya dapat tercukupi dengan baik. Jenis pekerjaan seseorang dapat mencerminkan tingkat kemampuan, ketrampilan dan pola pikir. Dari ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi seseorang untuk memilih kandidat. 2 Penghasilan Kondisi ekonomi yang berbeda dapat dilihat dari penghasilan yang diperoleh seseorang. Adanya perbedaan penghasilan seseorang akan dapat mempengaruhi cara bertindak dan berfikir dalam menghadapi suatu masalah tertentu. d. Faktor Agama Dalam ideologi Pancasila dinyatakan : ”Ketuhanan Yang Maha Esa”, ini menunjukkan bahwa agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi, dan budaya. Menurut William Liddle, ” Religion is believed to be an important sociological factor in voting behavior. Lijphart 1977 found that religion commit to user 24 played a more important role in shaping party vote choice in Belgium, Canada, South Africa and Switzerland than did language or class. In the United States, recent studies find an upsurge of religious traditionalism among voters Layman 1997; Layman and Carmines 1997. In Indonesia, as elaborated below, religious orientation in particular the cleavage between pious and nominal Muslims has long been claimed to be the main determinant of party choice. Moreover, as a new democracy Indonesia might be particularly susceptible to religious voting because weaker, uninstitutionalized political parties are less able to play a mediating role between voters’ most basic loyalties and the national political process ”. Liddle, http:democracy.stanford.eduSyllabiTokaVBPPPE.htm , 19 Juli 2010. Agama merupakan salah satu faktor penting yang menentukan motivasi seseorang untuk menentukan pilihannya. Faktor sentimen agama masih sering muncul pada masyarakat pemilih di Indonesia. e. Faktor Pengalaman Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu melalui proses belajar formal dan dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa yang dihadapi. Pengalaman mengikuti Pemilukada dapat menjadikan seseorang lebih siap dan hati-hati dalam memilih kandidat.

4. Partai Politik Dalam Pemilukada