Morfologi Terumbu Karang Produktivitas Ekosistem Terumbu Karang

commit to user 16 permilº ∞ pada saat air surut Supriharyono, 1986 dalam Supriharyono, 2002 dan di laguna Turneffe atoll, British Honduras yang salinitasnya mencapai 70 º ∞ Smith, 1941 dalam Suprihartono, 2002. d. Kecepatan Arus Arus diperlukan dalam proses pertumbuhan karang untuk dapat menyuplai makanan berupa mikro plankton, dan berperan dalam proses pembersihan dari endapan-endapan meterial dan menyuplai oksigen yang berasal dari laut lepas. Oleh karenanya sirkulasi arus sangat berperan penting dalam proses transfer energi. Arus dan sirkulasi air berperan dalam proses sedimentasi, sedimentasi dari partikel lumpur padat yang di bawah oleh aliran permukaan surface run off akibat erosi dapat menutupi permukaan terumbu karang, sehingga tidak hanya berdampak negatif terhadap hewan karang tetapi berdampak pada biota yang hidup berasosiasi dengan habitat tersebut. Partikel lumpur yang bersedimentasi dapat menutup polip sehingga respirasi organisme terumbu karang dan proses fotosintesa oleh Zooxanthellae akan terganggu Dahuri, 2003.

III. Morfologi Terumbu Karang

Berdasarkan geomorfologinya, ekosistem terumbu karang di Indonesia dapat dibagi menjadi 4 tipe Ikawati, dkk, 2001 yaitu : a. Terumbu Karang Tepi atau Pantai Fringging Reef. Sesuai dengan namanya, terumbu karang tepi atau pantai tumbu sepanjang tepian pantai dengan kedalaman mencapai 40 meter, tingkat pertumbuhan terbaik di daerah yang cukup ombak, sedangkan diantara tepi sebelah luar dengan tepi daratan, terumbu karang cenderung mati kerena terjadi perubahan suhu, salinitas, serta adanya proses endapan sedimentasi dan gangguan aktifitas manusia. Pada pantai yang curam, terumbu karang tepi berkembang dibagian lereng di bawah permukaan air laut, sedangkan pada pantai yang landai pertumbuhannya relatif horisontal. commit to user 17 b. Terumbu Karang penghalang Barier Reef Terumbu karang penghalang berada pada jarak yang cukup jauh dari pantai dan dipisahkan dari pantai oleh goba lagone dengan kedalaman antara 45-47 meter dengan lebar puluhan kilometer, terumbu karang penghalang berakar pada kedalaman yang melebihi kedalaman maksimum. Beberapa terumbu karang penghalang terdapat di luar pantai tetapi umumnya terdapat di pulau-pulau gunung berapi. c. Terumbu Karang Cincin Atol Reef Terumbu karang cincin berada pada jarak yang lebih jauh dari pantai dengan kedalaman mencapai 45 meter bahkan ada yang mencapai 100 meter, berbentuk melingkar seperti cincin atau oval dan melingkari goba. Terumbu karang cincin bertumpuh pada dasar yang kedalamannya berada di luar batas toleransi pertumbuhan karang. d. Terumbu Karang Takat atau Gosong Terumbu Pacth Reef. Terumbu karang Takat merupakan terumbu karang yang berada diantara perpotongan terumbu karang atol cincin yang merupakan daerah lekukan patahan pada karang atol, dapat tumbuh pada kedalaman yang sama pada karang atol.

IV. Produktivitas Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem perairan dangkal yang paling ekstensif di bumi dan secara biologis merupakan ekosistem yang paling produktif di perairan laut tropis, disamping itu terumbu karang juga mampu berproduksi sendiri tanpa tergantung pada lingkungan sekitarnya, kondisi ini disebabkan oleh keberadaan Dinoplagellata alga Zooxantellae yang hidup bersimbiose dengan polip binatang karang yang memungkinkan binatang tersebut mampu memproduksi dan memfiksasi karbondioksida yang ada diperairan sekitarnya, Zooxanthellae mampu membantu mengawetkan unsur hara dengan mengakumulasi sisa-sisa metabolisme dari binatang induk karang. Unsur hara commit to user 18 ini terutama dimanfaatkan oleh Zooxanthellae pada saat lingkungan perairan sekitarnya kekurangan unsur hara Dareu, 1961 dalam Supriharyono, 2000. Terumbu karang merupakan sumber perikanan yang tinggi. Terdapat sekitar 132 jenis ikan yang ekonomis penting di Indonesia, 32 jenis diantaranya hidup di terumbu karang tidak termasuk jenis ikan hias. Terumbu karang yang sehat dalam kondisi baik dapat menghasilkan 25-45 ton km² pertahun Burke dkk, 2002. Produktivitas dalam suatu ekosistem terumbu karang dapat dibedakan menjadi produktivitas primer dan produktivitas sekunder. Produktivitas primer dapat diartikan sebagai kemampuan perairan ekosistem terumbu karang untuk menghasilkan karbonC yang diukur dalam satuan gram karbon permeter persegi pertahun Cm²th, sedangkan produktivitas sekunder diartikan sebagai kemampuan suatu perairan ekosistem terumbu karang untuk menghasilkan ikan persatuan luas perairan selama kurun waktu tertentu. Produktivitas primer ekosistem ini mencapai di atas 10.000 gram m²th Rither, 1995 dalam Suriharyono, 2000. Terumbu karang membentuk kerangka kapur yang terdiri dari CaCO3 dan di dalam polip karang terdapat zooxanthellae yang merupakan simbion karang, berupa algae bersel satu yang dapat membantu pembentukan karang kapur. Pembentukan karang kapur sangat penting dalam mengurangi jumlah karbon yang ada di udara dan dapat diubah menjadi CaCO3. Kemampuan karang mengambil karbon yaitu 111 juta ton tahun, ekivalen dengan 2 dari seluruh karbon yang ada. Diramalkan pada 50-1000 tahun yang akan datang karang dapat menyerap 4 dari jumlah karbon CO2 yang dilepas di udara, jika terumbu karang di dunia tidak mengalami kerusakan Menteri Lingkungan Hidup, 1993. Tingginya produktivitas primer ekosistem terumbu karang memungkinkan perairan ini menjadi pusat kehidupan biologis berbagai biota air, misalnya sebagai tempat pemijahan, spawning ground bagi berbagai spesies dari phylum alga , Poraminifera, Crustacea, Gastropoda, Lamelibanchiata, Echinodermata, Holothuridae dan ikan pisces. Pada umumnya organisme commit to user 19 terumbu karang merupakan komoditas perikanan ekonomis penting karena nilai jualnya sangat tinggi. Perkiraan perhitungan nilai produksi perikanan dari terumbu karang dan kulitas pemanfaatan serta pengelolaan oleh masyarakat disekitarnya bahwa terumbu karang yang masih asli dengan daerah perlindungan lautnya marine sanctuary dapat menghasilkan 24.000km²tahun, sedangkan terumbu karang dengan kondisi yang sangat baik tanpa daerah perlindungan laut di atasnya dapat menghasilkan 12.000km²tahun jika penangkapan dilakukan secara berkelanjutan sustainable Sukmara dkk., 2001. Dirjen perikanan dalam Supriharyono 2000, melaporkan bahwa hasil penangkapan ikan karang dari perairan Indonesia adalah 1,6 tonkm²th. Sedangkan Salm 1984, dalam Supriharyono, 2000, melaporkan bahwa ekspor ikan karang yang berasal dari Indonesia menghasilkan lebih dari 97 juta atau sekitar 16 dari total hasil ekspor ikan di Indonesia pada tahun 1979. Tingginya nilai ekspor tersebut dikarenakan ikan-ikan terumbu karang merupakan ikan ekonomis penting, antara lain ikan Kerapu Ephinephelus spp, Kakap Lujanus sp, Napoleon Napoleon spp, Spini lobster Panulirus spp, Rumput Laut, Alga, Penyu, Kima, Gurita Octopus spp, Kerang Mutiara Pinctada spp, tingginya keragaman spesies penghuninya karena variasi habitat yang terdapat di ekosistem terumbu karang, dan ikan merupakan jumlah terbanyak yang ditemui di terumbu karang sebagaimana dalam Nybakken 1988, mengatakan bahwa banyak dari karnivora ini tidak mengkhususkan makanannya pada satu sumber tertentu akan tetapi mengambil apa saja yang dapat bermanfaat dan berguna bagi mereka. Pada umumnya kelompok ikan-ikan terumbu karang terdiri dari jenis ikan yang tempat hidupnya di karang atau minimal menggunakan ekosistem terumbu karang sebagai habitat, tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tempat mencari makan. Menurut Adrin 1990 dalam Kuiter 992. March 2004, ikan karang terdiri dari 3 klasifikasi yaitu : commit to user 20 a. Klasifikasi Ikan target Ikan target adalah ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk dikonsumsi, populasi ikan ini menggunakan terumbu karang sebagai tempat pemijahan spawning ground dan sebagai tempat pengasuhan nursery ground , Bentuk badannya memanjang, agak pipih dan mempunyai gigi taring. Warnanya ada yang merah, putih kuning, kecoklatan dan perak. Makanannya adalah ikan, uang-udangan, plankton, bermacam hewan pada pasir dan patahan karang rubbel. Sering ditemukan pada air yang bersih dan pada tubir karang pada kedalaman 10 –100 meter. Ikan-ikan target ini biasa diwakili oleh filum Serranidae, acanthuridae, Mulidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Nemipteridae dan Caesionidae. b. Klasifikasi Ikan Indikator Ikan indikator adalah jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan daerah tersebut. Tubuhnya bulat dan pipih. Warna umumnya cemerlang dari kuning, putih dengan tompel hitam dan pola bergaris pada mata. Umumnya berpasangan dan ada sebagian yang bergerombol. Gerakannya lamban atau lemah gemulai. Ikan ini makan di atas karang seperti kupu-kupu. Makanannya berupa polip karang, algae, cacing dan invebterata lain. Ikan-ikan indikator ini diwakili oleh famili Chaetodontinade, Pomachantidae, Zachlidae dan beberapa jenis famili Acanthuridae . c. Klasifikasi Ikan Mayor Ikan Mayor adalah jenis ikan ber ukuran kecil dengan karakteristik pewarnaan yang beragam dan sangat menarik, sehingga biasanya digunakan sebagai ikan hias dengan nilai jual yang cukup tinggi. Ikan-ikan ini sepanjang siklus hidupnya berada pada ekosistem terumbu karang. Badannya pipih dan nampak bulat dari samping. Makanannya adalah plankton, invetebrata dan alga. Sebagian dari ikan ini ada yang bersimbiosis dengan anemon, warna umumnya commit to user 21 biru, kuning pada bagian belakangnya dan perak, ikan-ikan ini diwakili oleh famili Pomacentridae, Apogonidae, Labridae, Balistidae, Scaridae.

V. Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang