Faktor Antropogenik Masyarakat Telaah Pustaka I. Ekosistem Terumbu Karang

commit to user 25

VI. Faktor Antropogenik Masyarakat

Pengetahuan adalah suatu daya di dalam hidup manusia. Dengan pengetahuan manusia mengenal peristiwa dan permasalahan, menganalisis, mengurai, mengadakan interpretasi dan menentukan pilihan – pilihan. Dengan daya pengetahuan ini menusia mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupannya. Bersandar kepada daya pengetahuan itulah manusia membentuk sikap dan nilai hidup, menentukan pilihan serta tindakan. Pengetahuan merupakan unsur dasar budaya, sebab dengan adanya pengetahuan manusia dapat membudayakan alam, diri dan masyarakatnya Pranaka, 1987 dalam Hussein 2000. Menurut Poedjawijatna 1982, Pengetahuan adalah hasil dari tahu, pengetahuan disesuaikan dengan objeknya. Persesuaian antara pengetahuan dan objeknya itulah yang disebut kebenaran objek atau kebenaran logika. Dikatakan pula bahwa apabila seseorang mengetahui benar akan objeknya, maka ia mempunyai kepastian dan dalam kepastian itu ia bersikap tidak sangsi. Sari 1988, mengatakan bahwa dari pengertian tentang pengetahuan ini dapat disimpulkan bahwa sikap seseorang ditentukan oleh pengetahuan yang diperolehnya. Seseorang akan bersikap positif, apabila pengetahuan yang diperolehnya baik. Sebaliknya seseorang akan bersikap negatif, apabila pengetahuan yang diperoleh tidak sempurna. Perilaku merupakan realisasi dari niat untuk melakukan kegiatan dalam bentuk nyata, dan merupakan cerminan dari sikap seseorang. Grenn,1980 dalam Su Ritoharyono 2003, mengatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dibedakan menjadi : 1. Faktor dasar, yang meliputi pandangan hidup, adat istiadat, kepercayaan dan kebiasaan masyarakat; 2. Faktor pendukung, meliputi, pendidikan, pekerjaan, budaya, strata sosial; 3. Faktor pendorong, yaitu informasi yang merupakan faktor yang datang dari luar diri manusia, sejauh mana penyerapan informasi tersebut oleh seseorang sangat tergantung pada dimensi kejiwaan dan presepsi seseorang terhadap lingkungan, untuk selanjutnya direfleksikan dalam tatanan perilaku. Disamping itu perilaku manusia terhadap lingkungan sangat dipengaruhi oleh persepsi, sikap dan niat. commit to user 26 Secara identik dapat dikemukakan bahwa, perilaku atau kegiatan manusia terhadap lingkungannya bergantung pada persepsi mereka terhadap lingkungan, sikap seseorang terhadap lingkungan, serta bagaimana dan berapa besar niat seseorang untuk melakukan kegiatan terhadap lingkungannya. Perilaku menurut Green 1980 dalam teori penaksiran perilaku, menyatakan bahwa kegiatan atau perilaku manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor adat istiadat, kepercayaan dan kebiasaan masyarakat setempat. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor dasar yang berpengaruhi secara langsung terhadap suatu kegiatan, selain itu terdapat pula faktor pendukung seperti pendidikan, pekerjaan, budaya, strata sosial, dan informasi. Selanjutnya dikatakan bahwa informasi merupakan faktor pendorong dari luar diri manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan. Faktor pendorong tersebut meliputi sentuhan media masa, penyuluhan dari instansi terkait dan tokoh masyarakat maupun tokoh agama. Dalam konteks lingkungan, penyerapan informasi akibat sentuhan ini tergantung dari persepsi yang direfleksikan pada tatanan perilaku masyarakat terhadap suatu obyek lingkungan tertentu, baik fisik maupun non fisik. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan yang merupakan respon atau reaksi seseorang individu terhadap rangsangan yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya Sarwono, 1993. Dikatakan pula bahwa perilaku merupakan cermin dari potensi pendorong yang ada di dalam jiwa manusia, tumbuhan dan hewan, benda, alam semesta maupun berupa konsep- konsep. Meskipun perilaku manusia bersifat individu, namun dalam kehidupan masih dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku. Sikap adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap sesuatu objek dengan cara- cara tertentu, atau kecenderungan potensial untuk bereaksi apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki respon Mar’at, 1988. Selanjutnya menurut Sekond dan Bachman 1964 dalam Sari 1988, menjelaskan bahwa kuat lemahnya sikap terhadap objek tergantung pada tingkat pemahaman terhadap objek tersebut. commit to user 27 Sikap mengandung tiga aspek pokok, yaitu aspek perasaan afektif, aspek fikiran kognitif, dan kecenderungan bertindak konatif. Bila sikap tidak dinyatakan dalam perilaku, maka sikap akan menjadi kehilangan makna. Jadi dapat ditemukan bahwa bagaimana perilaku masyarakat di dalam atau terhadap lingkungannya, bergantung pada seberapa besar pangetahuan mereka terhadap lingkungan itu sendiri Azwar, 1997. Sikap merupakan suatu reaksi atau tanggapan secara khusus terhadap suatu rangsangan yang berasal dari persepsi seseorang terhadap lingkungannya disertai dengan pendirian dan atau perasaan orang yang bersangkutan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa sikap manusia merupakan suatu cara bereaksi terhadap suatu rangsangan, atau suatu kecenderungan untuk melakukan reaksi dengan cara tertentu terhadap suatu rangsangan ataupun situasi yang dihadapi Adisubroto, 1984 dalam Su Ritoharyono., 2003. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam beberapa hal sikap memang merupakan penentu yang paling penting dalam perilaku manusia, dengan demikian dalam sikap sebetulnya telah terlihat unsur-unsur penilaian suka atau tidak suka, positif atau negatif terhadap suatu hal pasti akan mendekati, menyukai dan bahkan menikmati hal tersebut, namun sebaliknya jika seseorang bersifat negatif maka cenderung menolak dan menjauhi hal tersebut. Sikap seseorang akan tercermin pada perilakunya yang kemungkinkan besar dapat berpengaruh terhadap lingkungannya. Karakteristik sikap Azwar, 1997 meliputi arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas. Arah menunjukkan setuju atau tidak setuju, intensitas dimaksudkan bahwa kekuatan setiap individu berbeda, keluasan menunjukan luas tidaknya cakupan objek yang disetujui atau tidak disetujui. Konsistensi menunjukan kesesuaian antara pernyataan sikap dan respon terhadap objek sedangkan spontanitas menunjukan sejauh mana kesiapan seseorang untuk menyatakan sikap secara spontan. Menurut Harvey dan Smith,1977 dalam Su Ritoharyono 2003, persepsi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu persepsi personal dan persepsi sosial. Persepsi personal adalah suatu proses pembentukan kesan atau penalaran seseorang terhadap suatu hal yang mempunyai pengaruh secara fisik maupun psikologis. commit to user 28 Persepsi sosial masyarakat adalah suatu tindakan berdasarkan pengamatan maupun panalaran baik melalui interaksi langsung, media masa, maupun melalui orang lain terhadap sesuatu, sehingga membentuk suatu kesan maupun ciri tersendiri. Secara garis besar persepsi mengandung 2 dua pengertian yaitu : 1. Persepsi merupakan suatu proses aktivitas seseorang dalam memberi kesan, penilaian, pendapat, merasakan, memahami, menghayati dan menginterpretasi serta mengevaluasi terhadap sesuatu hal berdasar informasi yang ditampilkan, 2. Persepsi merupakan reaksi timbal balik yang dipengaruhi oleh diri reseptor, suatu hal yang dipresepsi dan situasi sosial yang melingkupinya sehingga dapat memberikan motivasi tatanan perilaku bagi reseptor. Persepsi mempunyai implikasi yang sangat penting terhadap tatanan perilaku, termasuk tatanan sosial yang mempengaruhi kehidupan lingkungan sosial social system maupun lingkungan biogeofisik ecosystem. Sistem sosial dan ekosistem merupakan dwitunggal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena masing-masing mencakup kesatuan fungsional yang merupakan interaksi holistik kehidupan dengan lingkungannya. Jika objek persepsi seseorang terhadap lingkungan positif maka akan dapat memberikan motivasi tatanan perilaku masyarakat yang juga positif terhadap lingkungannya, sebaliknya persepsi seseorang terhadap lingkungan negatif maka akan dapat memberikan tatanan perilaku masyarakat yang negatif pada lingkungannya.

B. Landasan Teori