Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang

commit to user 21 biru, kuning pada bagian belakangnya dan perak, ikan-ikan ini diwakili oleh famili Pomacentridae, Apogonidae, Labridae, Balistidae, Scaridae.

V. Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang memberikan peranan penting secara ekologis baik untuk kelangsungan sumberdaya lautnya dan ekosistem lainnya yang terasosiasi di dalamnya. Ekosistem terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang berada di laut dengan keanekaragaman jenis yang tinggi, hal ini karena pada ekosistem terumbu karang dijumpai bermacam-macam jenis hewan laut yang mencari makan dan berlindung, rusakan terumbu karang tentunya akan berdampak pada hilangnya rantai makanan pada ekosistem tersebut Ikawati dkk, 2001. Selanjutnya dikatakan bahwa ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya laut telah menyebabkan kerusakan terumbu karang sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk saat ini, maka aktivitas manusia pada ekosistem terumbu karang semakin meningkat. Dikatakan pula bahwa penggunaan bahan peledak bom dan Racun Potasium Cyanida banyak dilakukan dibeberapa perairan wilayah timur Indonesia dapat merusak ekosistem terumbu karang. Hasil penelitian para ahli terumbu karang di Asia – Pasifik menyimpulkan bahwa kerusakan terumbu karang dikawasan Asia Tenggara terutama disebabkan oleh kegiatan manusia, berupa pengambilan biota terumbu karang secara berlebihan, sedimentasi karena penggundulan hutan, ekstensifikasi pertanian dan pencemaran laut.Aktivitas manusia mengancam lebih dari 85 terumbu karang Indonesia dengan ancaman utamanya adalah penangkapan ikan yang merusak 64 dan 53 akibat penangkapan ikan dengan metode yang merusak Burke dkk, 2002. Hasil survei P3O-LIPI pada luasan 75 ribu kilometer persegi terumbu karang, menyimpulkan 6,20 terumbu karang dalam keadaan sangat baik, 70 dalam keadaan sangat rusak atau rusak sedang, dan 42 rusak berat atau bahkan dianggap berada diambang kepunahan. Hasil perhitungan berdasarkan Coremap Coral Reef Rehabilitian and Management Program atau Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang menunjukan bahwa 6,48 terumbu karang sangat bagus, 22,53 bagus, 28,39 rusak dan 42,59 rusak berat Ikawati, dkk., 2001. commit to user 22 Selanjutnya dikatakan bahwa berbagai kegiatan manusia yang berakibat pada kerusakan ekosistem terumbu karang, baik langsung maupun tidak langsung yaitu : Penambangan atau pengambilan karang, penangkapan ikan dengan penggunaan bahan peledak, racun, bubu, jaring, pancing, dan eksploitasi berlebihan, pencemaran minyak bumi, limbah industri, dan rumah tangga, pengembangan daerah wisata dan sedimentasi. Penurunan kondisi terumbu karang di Indonesia antara tahun 1989-2000, terumbu karang dengan tutupan karang hidup di Indonesia bagian barat sebesar 50 menurun dari 36 menjadi 29 , kondisi karang yang baik hanya 23 , sedangkan di bagian timur Indonesia 45 . Permasalahan utama yang menyebabkan terjadinya degredasi terumbu karang disebabkan oleh manusia dan alam Bruke, dkk., 2002. Lebih lanjut dikatakan bahwa pada umumnya komunitas terumbu karang sangat peka terhadap pengaruh kegiatan manusia, penyebab utamanya adalah pengambilan sumberdaya yang tidak mempertimbangkan kelesterian sumberdaya itu sendiri dan polusi yang berlebihan karena berbagai limbah. Dengan semakin cepat pertumbuhan penduduk maka semakin padat pemukiman di daerah pesisir, konsekwensinya adalah makin terancamnya keberadaan ekosistem terumbu karang serta sumberdaya alam yang lain karena permintaan kebutuhan hidup meningkat. Laporan BPPT dalam harian kompas tanggal 8 Desember 2004, mengemukakan bahawa lebih kurang 61 dari luas areal terumbu karang di Indonesia dalam kondisi rusak, 15 diantaranya dalam kondisi sangat kritis, sedangkan 39 dalam keadaan baik. Bentuk-bentuk kerusakan dari kegiatan manusia berupa antara lain : pencemaran, membuang sauhjangkar di lokasi terumbu anchoraging, terinjak oleh wisatawan trampling, pencungkilan karang, penangkapan ikan karang dengan dinamit, over eksploitasi produksi terumbu, buangan bekas jaring atau jala, penebangan hutan mangrove, dan pembangunan wilayah pesisir. Dampak yang terjadi akibat eksploitasi sumberdaya perikanan secara intensif mengakibatkan timbulnya kelangkaan sumberdaya perikanan, konflik antara kelompok nelayan, kesenjangan sosial, kemiskinan serta kerusakan ekosistem pesisir dan lautan. Kemiskinan nelayan disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. commit to user 23 Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi internal sumberdaya nelayan dan aktivitas kerjanya yang mencakup masalah : 1. Keterbatasan kualitas sumberdaya manusia nelayan, 2. Kemampuan usaha dan teknologi tangkapan, 3. Hubungan kerja pemilik perahunelayan buruh dalam operasi penangkapan yang dianggap kurang menguntungkan, 4. Kesulitan melakukan diversifikasi usaha penangkapan, 5. Ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut, dan 6. Gaya hidup yang dipandang boros sehingga kurang berorientasi ke masa depan. Faktor-faktor kemiskinan yang bersifat eksternal adalah : 1. Kebijakan pembangunan perikanan yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, parsial dan tidak memihak nelayan tradisional, 2. Sistem pemasaran hasil lebih menguntungkan pedagang perantara, 3. Kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari darat, penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia, perusakan terumbu karang dan konservasi hutan bakau di kawasan pesisir, 4. Penggunaan peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan, 5. Penegakan hukum yang lemah terhadap perusakan lingkungan, 6. Terbatasnya peluang kerja disektor non perikanan yang tersedia di desa-desa nelayan, 7. Kondisi alam dan fluktuasi musim yang tidak memungkinkan nelayan melaut sepanjang tahun, dan 8. Isolasi geografis desa nelayan yang mengganggu mobilitas barang, jasa, modal dan manusia Kusnadi, 2004. Faktor utama yang mengancam kelestarian sumberdaya keanekaragaman hayati pesisir dan lautan adalah pemanfaatan berlebihan over exploitation sumberdaya hayati, penggunaan teknik dan peralatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan, perubahan dan degredasi fisik habitat, pencemaran, introduksi spesies asing, konversi kawasan lindung menjadi peruntukan pembangunan lainnya dan perubahan iklim global serta bencana alam Dahuri, 2003. Dampak kerusakan ekosistem terumbu karang sebagai akibat kegiatan manusia dan dampak potensial yang ditimbulkan dari aktivitas tersebut disajikan dalam tabel 1 berikut ini : commit to user 24 Tabel 1. Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Kegiatan Dampak Potensial Penambangan karang dengan atau tanpa menggunakan bahan peledak • Perusakan habitat, bila menggunakan bahan peledak dapat menimbulkan kematian masal hewan terumbu karang Pembuangan limbah panas • Meningkatnya suhu air dengan 5-10ºC di atas suhu ambien air, dapat mematikan karang dan hewan lainnya serta tumbuhan yang berasosiasi dengan terumbu karang Penggundulan hutan di lahan atas upland • Sedimen hasil erosi yang berlebihan dapat mencapai terumbu karang yang letaknya sekitar muara sungai pengangkut sedimen, dengan akibat meningkatnya kekeruhan air sehingga menghambat fungsi zooxanthellae yang selanjutnya menghambat pertumbuhan terumbu karang. • Sedimen yang berlebihan dapat menyelimuti polip-polip dengan sedimen yang dapat mematikan karang, karena oksigen terlarut dalam air tidak dapat berdifusi masuk ke dalam polip. • Karang di terumbu karang yang lokasinya berdekatan dengan banjir, akan dapat mengalami kematian karena sedimentasi yang berlebihan dan penurunan salinitas air. Pengerukan di sekitar terumbu karang •Arus dapat mengangkut sedimen yang teraduk ke terumbu karang dan meningkatkan kekeruhan air, dengan akibat seperti diuraikan di atas. Kepariwisataan • Peningkatan suhu air karena pemcemaran panas oleh pembuangan air pendingin pembangkit listrik hotel, dengan akibat seperti di atas. • Pencemaran oleh limbah manusia dari hotel karena limbah ini tidak mengalami pengolahan yang memadai sebelum dibuang keperairan lokasi terumbu karang, dengan akibat terjadinya eutrofikasi yang selanjutnya mengakibatkan tumbuh suburnya blooming fitoplankton yang meningkatkan kekeruhan air dan kemudian menghambat pertumbuhan karang karena terhambatnya fungsi zooxanthellae, selain itu keruhnya air akan mengurangi nilai estetis perairan terumbu karang. • Kerusakan fisik terumbu karang batu oleh jangkar kapal. Koleksi terumbu karang yang masih hidup dan hewan-hewan lain oleh para turis dapat mengurangi keanekaragaman hewani ekosistem terumbu karang. • Rusaknya terumbu karang yang disebabkan oleh penyelam. Penangkapan ikan hias dengan menggunakan kalium sianida KCN • Penangkapan ikan hias dengan menggunakan kalium sianida bukan saja membuat ikan pingsan, tetapi akan membunuh karang dan avertebrata lainnya disekitar lokasi, kerena hewan-hewan ini jauh lebih peka terhadap kalium sianida • Penangkapan ikan konsumsi dengan bahan peledak bukan saja mematikan ikan tanpa diskriminasi, tetapi juga koral dan avertebrata tak bercangkang seperti anemon laut. Sumber : Dahuri dkk.., 2004 commit to user 25

VI. Faktor Antropogenik Masyarakat