Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Landasan Teori

commit to user 8 1. Seberapa besar tingkat kerusakan ekosistem terumbu karang di Pulau Siompu, Kabupaten Buton. 2. Bagaimana sikap dan persepsi perilaku masyarakat terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang di Pulau Siompu Kabupaten Buton. 3. Bagaimana dampak kerusakan ekosistem terumbu karang terhadap hasil penangkapan ikan oleh nelayan tradisional di pulau Siompu Kabupaten Buton. Tiga masalah tersebut perlu untuk diteliti agar mendapat informasi yang lebih jelas, sehingga dapat dicari langkah-langkah penanggulangannya.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. Mengevaluasi tingkat kerusakan ekosistem terumbu karang di Pulau Siompu Kabupaten Buton 2. Mengkaji faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi sikap dan presepsi perilaku masyarakat terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang di Pulau Siompu, Kabupaten Buton. 3. Mengkaji pengaruh kerusakan ekosistem terumbu karang terhadap hasil penangkapan ikan oleh nelayan tradisional di Pulau Siompu,Kabupaten Buton.

D. Manfaat Penelitian

1. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat diketahui gambaran yang lebih jelas tentang tingkat kerusakan ekosistem terumbu karang, serta dapat dijadikan sebagai bahan masukkan dan informasi bagi pemerintah untuk merancang dan menyusun rencana pembangunan kawasan pantaipesisir dalam pengelolaan sumberdaya kelautan. 2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi kegiatan konservasi perairan laut dalam upaya pelestarian ekosistem terumbu karang dan pencegahan kegiatan yang menyebabkan kerusakan pada ekosistem terumbu karang baik secara langsung maupun tidak langsung. commit to user 9 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan masalah kerusakan ekosistem terumbu karang, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta dampak yang ditimbulkan dari kerusakan tersebut. commit to user 10 BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka I. Ekosistem Terumbu Karang

1 Ekosistem Ekosistem adalah sistem timbal balik antara faktor biotik dan abiotik yang mempunyai hubungan saling mempengaruhi interrelasi, interaksi interdependensi untuk menciptakan keadaan lingkungan yang stabil dan selaras Wibisono,2005. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk menyelenggarakan proses kehidupan yang selaras, maka kedua faktor tersebut secara kualitatif maupun kuantitatif harus dalam keadaan seimbang. Keadaan yang ideal yang demikian inilah yang disebut sebagai lingkungan perairan dalam keadaan keseimbangan ekosistem, bila keadaan tersebut terusik atau mengalami gangguan, maka akan berakibat terputusnya salah satu atau lebih mata rantai dalam jaringan makanan tersebut. Ekosistem perairan adalah suatu sistem lingkungan perairan yang merupakan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara jasad hidup peraiaran komponen biotik, dengan lingkungan fisik perairan komponen abiotik, dan antar komponen itu sendiri, serta merupakan tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup Mustofa, 2002. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh, antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Gambaran menyeluruh kehidupan yang ada pada suatu lingkungan tertentu dan pada saat tertentu, disebut sebagai ” biotic community”, atau masyarakat organisme hidup, yang hidup pada suatu tempat atau daerah tertentu sebagai ” abiotic community ”, dimana keduanya terjalin satu interaksi yang harmonis dan stabil, terutama dalam commit to user 11 jalinan bentuk-bentuk sumber energi kehidupan, kesatuan inilah yang kemudian disebut sebagai suatu ekosistem Hardja Sumantri, 1997 dalam Hussein, 2000. Lingkungan mempunyai tiga komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, yakni lingkungan fisik abiotic environment, lingkungan hayati biotic environment, serta lingkungan sosial budaya cultural environment sehingga terdapat interaksi timbal balik yang dinamis antara ketiga komponen tersebut, membicarakan komponen fisik abiotic tidak terpisahkan dari lingkungan hayati biotic dan sosial budaya cultural yang dikenal sebagai lingkungan ABC Tanjung, 1992 dalam Hussein, 2000. Selanjutnya dikatakan bahwa lingkungan fisik abiotic, merupakan tempat makhluk hidup yang terdiri dari unsur tanah, air, dan udara. Lingkungan biotik terdidiri dari unsur hayati yakni flora dan fauna termasuk mikroba, sedangkan lingkungan sosial terdiri dari sosial budaya, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Ketiga komponen ligkungan hidup tersebut satu sama lain saling berhubungan yang menggambarkan interaksi antara ketiga komponen lingkungan seperti terlihat pada gambar 1 berikut ini Gambar 1. Interaksi Dinamis Komponen Lingkungan Hidup Sumber : Tanjung 1992 dalam Hussein 2000, yang dimodifikasi Hubungan saling pengaruh antara lingkungan fisik A, lingkungan hayati B, dan lingkungan sosial C tidak selalu simetrik konstant, tetapi pengaruh dari satu komponen terhadap komponen lain berbeda beda pada tingkat commit to user 12 tertentu. Dengan demikian lingkungan hidup secara utuh tersusun atas tiga komponen yang tidak saja terkait dalam satu kesatuan yang disebut lingkungan hidup, akan tetapi saling berinteraksi dan mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya. Dalam lingkungan hidup, manusia mempunyai peranan penting dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, karena manusia dengan akal pikirannya mampu mempengaruhi lingkungan hidup guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi akal fikiran yang tidak dilandasi dengan pengetahuan, dapat menyebabkan manusia bertindak hanya berdasarkan keinginan dan kepentingannya sendiri. Dengan demikian maka landasan pengetahuan pada akal pikiran yang didapatkan melalui berbagai cara dan kesempatan, merupakan modal dasar manusia dalam mengatur interaksinya dengan sesamanya maupun dengan lingkungannya, dan dengan pengetahuan pula manusia dapat menentukan sikapnya terhadap lingkungan dimana dia berada Subing, 1995 dalam Hussein, 2000. 2. Terumbu Karang Secara umum, istilah terumbu karang menggambarkan suatu kumpulan organisme laut yang tampak indah dan berasosiasi dengan ikan warna warni dalam air laut yang jernih dan relatif dangkal. Kumpulan organisme ini terdiri dari berbagai macam spesies yang termasuk dalam Order Scleractini, Coraline algae, Foraminifera dan organisme benthic lainnya. Terumbu karang mempunyai beragam bentuk dan ukuran yang secara umum dapat dikelompokkan sebagai terumbu karang penghalang barrier reff dan atol, tergantung pada posisi keberadaannya di laut Wirasantoso dan Hutomo,1998. Selanjutnya dikatakan bahwa terumbu karang coral reef merupakan ekosistem yang unikkhas terdapat di daerah tropis dan pada umumnya ditandai dengan menonjolnya kekayaan jenis biota yang hidup di dalamnya. Perpaduan antara berbagai kehidupan di dalamnya memberikan nilai ilmiah dan estetika yang tinggi. Meskipun terumbu karang ditemukan diseluruh perairan dunia, tetapi hanya di daerah tropis terumbu karang dapat berkembang dengan baik. commit to user 13 Terumbu karang sebagai suatu ekosistem merupakan masyarakat organisme yang hidup di dasar perairan dan berupa bentuk batuan gamping CaCO3 yang cukup kuat menahan gelombang laut Dawes,1981 dalam Supriharyono, 2000. Terumbu karang merupakan endapan massif kalsium karbonat yang dihasilkan dari organisme karang pembentuk terumbu karang karang hermatifik dari filum Coridaria ordo Scleractinia yang hidup bersimbiose dengan Zooxanthellae dan sedikit tambahan alga berkapur serta organisme lain yang mensekresikan kalsium karbonat. Terumbu karang merupakan suatu komunitas biologi yang tumbuh pada dasar batu gamping yang resisten terhadap gelombang Romimohtarto dan Juana, 2005. Terumbu karang adalah simbiose dari berbagai jenis organisme yang membentuk suatu struktur yang khas, organisme tersebut terdiri dari AlgaGanggang, Foraminifera , Crustacea , Gastropoda , Echinodermata , Holothuroidea dan Fishes Andre, 1988. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat kompleks dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, mengingat kondisi atau aspek biologis, ekologis dan morfologis yang sangat khas, maka merupakan suatu ekosistem yang sangat sensitif terhadap berbagai gangguan baik yang ditimbulkan secara alamiah maupun akibat kegiatan manusia Dahuri dkk; 2004

II. Aspek Biologi dan Ekologis

Terumbu karang merupakan gabungan dari berbagai hewan yang membuat kerangka di luar tubuh sebagai alat pelindung atau rumah dari bahan gamping kalsium karbonat sebagai tempat tinggal, dan sebagian besar termasuk ke dalam keluarga besar biota laut dari filum Cnidaria, klas Anthozoa Ordo Madreporaria Scleractinia yang hidup berkoloni, dan setiap anggota koloni mempunyai hubungan dengan anggota sekitarnya. Organisme penyusun terumbu karang Scleractinia hidup bersimbiose dengan alga Zooxanthellae yang dalam proses biologisnya alga mendapat karbondioksida CO2 untuk proses photosintesis dan zat hara dari hewan-hewan terumbu karang Tanjung, 2002. commit to user 14 Pada umumnya karang merupakan binatang sederhana berbentuk tabung polip dengan mulut berada pada bagian atas dan berfungsi sebagai anus saluran pengeluaran. Disekitar mulut dikelilingi oleh tentakel berfungsi untuk menangkap makanan. Selanjutnya saluran pencernaan terdiri dari tenggorokan yang pendek dan langsung berhubungan dengan perut yang di dalamnya terdapat usus yang disebut mesenteri filamen berfungsi sebagai alat pencernaan. Untuk menopang seluruh jaringan polip dilengkapi oleh kerangka yang tersusun dari bahan anorganik dan kapur yang disekresikan dari polip karang Supriharyono,2000. Sistem reproduksi pada karang terjadi secara seksual dan aseksual, reproduksi seksual terjadi dengan cara melepaskan sel telur dan sel sperma yang menghasilkan pembuahan yang bersifat hermafrodit dan reproduksi aseksual menghasilkan larva planula yang berenang bebas, bila menetap pada suatu substrat atau tempat didasar perairan maka akan berkembang menjadi sebuah koloni baru Nybakken,1988. Faktor-faktor yang mempengaruhi disribusi penyebaran, pertumbuhan dan keanekaragaman ekosistem terumbu karang sangat tergantung pada kondisi fisik, kimia dan biologi perairan lingkungan yang seringkali kondisinya berubah baik karena proses alami maupun karena gangguan akibat aktivitas manusia secara langsung maupun tidak langsung Dahuri, 2003. Faktorr-faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Cahaya Cahaya matahari merupakan salah satu parameter utama yang berpengaruh dalam pembentukan terumbu karang. Penetrasi cahaya matahari merangsang terjadinya proses fotosintesis oleh Zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang.Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan bersamaan itu kemampuan karang untuk membentuk terumbu CaCO3 akan berkurang pula Dahuri,2003. Intensitas cahaya dipengaruhi oleh kedalaman perairan, maka faktor kedalaman merupakan faktor yang membatasi kehidupan karang. Secara umum terumbu karang dapat commit to user 15 berkembang dengan baik pada kedalaman kurang dari 20 meter Kinsman,1964 dalam Supriharyono,2000. Romimohtarto dan Juana 2005, mengatakan bahwa banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya kejelekan memegang peranan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton. Cahaya berpengaruh besar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang menjadi sumber makanan. b. Suhu Suhu air merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kehidupan karang. Menurut Wells, 1954 dalam Supriharyono 2002, suhu yang baik untuk pertumbuhan karang berkisar antara 25-29ºC sedangkan batas minimum antara 16-17ºC dan batas maksimum 36ºC Kisman,1994 dalam Supriharyono, 2002, suhu juga dapat mempengaruhi tingkah laku makan bagi karang, kebanyakan karang kehilangan kemampuan menangkap makanan pada suhu di atas 33,5ºC dan di bawah 16ºC. Meskipun demikian pada beberapa spesies tertentu karang dapat mentolerir suhu diluar kisaran optimal namun tidak berlaku umum, sedangkan suhu yang optimum akan memberikan stimulasi metabolisme yang baik, sehingga karang secara optimal mampu pengekresikan zat kapur sebagai kerangka dasar pembentukannya Dahuri dkk; 2004. c. Salinitas Salinitas merupakan juga parameter yang sangat menentukan kehidupan binatang karang, untuk daerah tropis kadar rata-rata salinitas 35 permil, gram perliterº ∞ dan binatang karang hidup subur pada salinitas antara 34-36 permil º ∞ namun pengaruh salinitas terhadap kehidupan binatang karang sangat bervariasi tergantung kondisi perairan dan pengaruh alami, seperti run-off, badai, hujan sehingga kisaran salinitas dapat mencapai 17,5-52,5 permilº ∞ Wells,1932 dalam Supriharyono, 2002. Pada salinitas di bawah minimum dan di atas maksimum karang dapat hidup, seperti di pantai Bandengan, Jepara, Jawa Tengah salinitas nol commit to user 16 permilº ∞ pada saat air surut Supriharyono, 1986 dalam Supriharyono, 2002 dan di laguna Turneffe atoll, British Honduras yang salinitasnya mencapai 70 º ∞ Smith, 1941 dalam Suprihartono, 2002. d. Kecepatan Arus Arus diperlukan dalam proses pertumbuhan karang untuk dapat menyuplai makanan berupa mikro plankton, dan berperan dalam proses pembersihan dari endapan-endapan meterial dan menyuplai oksigen yang berasal dari laut lepas. Oleh karenanya sirkulasi arus sangat berperan penting dalam proses transfer energi. Arus dan sirkulasi air berperan dalam proses sedimentasi, sedimentasi dari partikel lumpur padat yang di bawah oleh aliran permukaan surface run off akibat erosi dapat menutupi permukaan terumbu karang, sehingga tidak hanya berdampak negatif terhadap hewan karang tetapi berdampak pada biota yang hidup berasosiasi dengan habitat tersebut. Partikel lumpur yang bersedimentasi dapat menutup polip sehingga respirasi organisme terumbu karang dan proses fotosintesa oleh Zooxanthellae akan terganggu Dahuri, 2003.

III. Morfologi Terumbu Karang

Berdasarkan geomorfologinya, ekosistem terumbu karang di Indonesia dapat dibagi menjadi 4 tipe Ikawati, dkk, 2001 yaitu : a. Terumbu Karang Tepi atau Pantai Fringging Reef. Sesuai dengan namanya, terumbu karang tepi atau pantai tumbu sepanjang tepian pantai dengan kedalaman mencapai 40 meter, tingkat pertumbuhan terbaik di daerah yang cukup ombak, sedangkan diantara tepi sebelah luar dengan tepi daratan, terumbu karang cenderung mati kerena terjadi perubahan suhu, salinitas, serta adanya proses endapan sedimentasi dan gangguan aktifitas manusia. Pada pantai yang curam, terumbu karang tepi berkembang dibagian lereng di bawah permukaan air laut, sedangkan pada pantai yang landai pertumbuhannya relatif horisontal. commit to user 17 b. Terumbu Karang penghalang Barier Reef Terumbu karang penghalang berada pada jarak yang cukup jauh dari pantai dan dipisahkan dari pantai oleh goba lagone dengan kedalaman antara 45-47 meter dengan lebar puluhan kilometer, terumbu karang penghalang berakar pada kedalaman yang melebihi kedalaman maksimum. Beberapa terumbu karang penghalang terdapat di luar pantai tetapi umumnya terdapat di pulau-pulau gunung berapi. c. Terumbu Karang Cincin Atol Reef Terumbu karang cincin berada pada jarak yang lebih jauh dari pantai dengan kedalaman mencapai 45 meter bahkan ada yang mencapai 100 meter, berbentuk melingkar seperti cincin atau oval dan melingkari goba. Terumbu karang cincin bertumpuh pada dasar yang kedalamannya berada di luar batas toleransi pertumbuhan karang. d. Terumbu Karang Takat atau Gosong Terumbu Pacth Reef. Terumbu karang Takat merupakan terumbu karang yang berada diantara perpotongan terumbu karang atol cincin yang merupakan daerah lekukan patahan pada karang atol, dapat tumbuh pada kedalaman yang sama pada karang atol.

IV. Produktivitas Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem perairan dangkal yang paling ekstensif di bumi dan secara biologis merupakan ekosistem yang paling produktif di perairan laut tropis, disamping itu terumbu karang juga mampu berproduksi sendiri tanpa tergantung pada lingkungan sekitarnya, kondisi ini disebabkan oleh keberadaan Dinoplagellata alga Zooxantellae yang hidup bersimbiose dengan polip binatang karang yang memungkinkan binatang tersebut mampu memproduksi dan memfiksasi karbondioksida yang ada diperairan sekitarnya, Zooxanthellae mampu membantu mengawetkan unsur hara dengan mengakumulasi sisa-sisa metabolisme dari binatang induk karang. Unsur hara commit to user 18 ini terutama dimanfaatkan oleh Zooxanthellae pada saat lingkungan perairan sekitarnya kekurangan unsur hara Dareu, 1961 dalam Supriharyono, 2000. Terumbu karang merupakan sumber perikanan yang tinggi. Terdapat sekitar 132 jenis ikan yang ekonomis penting di Indonesia, 32 jenis diantaranya hidup di terumbu karang tidak termasuk jenis ikan hias. Terumbu karang yang sehat dalam kondisi baik dapat menghasilkan 25-45 ton km² pertahun Burke dkk, 2002. Produktivitas dalam suatu ekosistem terumbu karang dapat dibedakan menjadi produktivitas primer dan produktivitas sekunder. Produktivitas primer dapat diartikan sebagai kemampuan perairan ekosistem terumbu karang untuk menghasilkan karbonC yang diukur dalam satuan gram karbon permeter persegi pertahun Cm²th, sedangkan produktivitas sekunder diartikan sebagai kemampuan suatu perairan ekosistem terumbu karang untuk menghasilkan ikan persatuan luas perairan selama kurun waktu tertentu. Produktivitas primer ekosistem ini mencapai di atas 10.000 gram m²th Rither, 1995 dalam Suriharyono, 2000. Terumbu karang membentuk kerangka kapur yang terdiri dari CaCO3 dan di dalam polip karang terdapat zooxanthellae yang merupakan simbion karang, berupa algae bersel satu yang dapat membantu pembentukan karang kapur. Pembentukan karang kapur sangat penting dalam mengurangi jumlah karbon yang ada di udara dan dapat diubah menjadi CaCO3. Kemampuan karang mengambil karbon yaitu 111 juta ton tahun, ekivalen dengan 2 dari seluruh karbon yang ada. Diramalkan pada 50-1000 tahun yang akan datang karang dapat menyerap 4 dari jumlah karbon CO2 yang dilepas di udara, jika terumbu karang di dunia tidak mengalami kerusakan Menteri Lingkungan Hidup, 1993. Tingginya produktivitas primer ekosistem terumbu karang memungkinkan perairan ini menjadi pusat kehidupan biologis berbagai biota air, misalnya sebagai tempat pemijahan, spawning ground bagi berbagai spesies dari phylum alga , Poraminifera, Crustacea, Gastropoda, Lamelibanchiata, Echinodermata, Holothuridae dan ikan pisces. Pada umumnya organisme commit to user 19 terumbu karang merupakan komoditas perikanan ekonomis penting karena nilai jualnya sangat tinggi. Perkiraan perhitungan nilai produksi perikanan dari terumbu karang dan kulitas pemanfaatan serta pengelolaan oleh masyarakat disekitarnya bahwa terumbu karang yang masih asli dengan daerah perlindungan lautnya marine sanctuary dapat menghasilkan 24.000km²tahun, sedangkan terumbu karang dengan kondisi yang sangat baik tanpa daerah perlindungan laut di atasnya dapat menghasilkan 12.000km²tahun jika penangkapan dilakukan secara berkelanjutan sustainable Sukmara dkk., 2001. Dirjen perikanan dalam Supriharyono 2000, melaporkan bahwa hasil penangkapan ikan karang dari perairan Indonesia adalah 1,6 tonkm²th. Sedangkan Salm 1984, dalam Supriharyono, 2000, melaporkan bahwa ekspor ikan karang yang berasal dari Indonesia menghasilkan lebih dari 97 juta atau sekitar 16 dari total hasil ekspor ikan di Indonesia pada tahun 1979. Tingginya nilai ekspor tersebut dikarenakan ikan-ikan terumbu karang merupakan ikan ekonomis penting, antara lain ikan Kerapu Ephinephelus spp, Kakap Lujanus sp, Napoleon Napoleon spp, Spini lobster Panulirus spp, Rumput Laut, Alga, Penyu, Kima, Gurita Octopus spp, Kerang Mutiara Pinctada spp, tingginya keragaman spesies penghuninya karena variasi habitat yang terdapat di ekosistem terumbu karang, dan ikan merupakan jumlah terbanyak yang ditemui di terumbu karang sebagaimana dalam Nybakken 1988, mengatakan bahwa banyak dari karnivora ini tidak mengkhususkan makanannya pada satu sumber tertentu akan tetapi mengambil apa saja yang dapat bermanfaat dan berguna bagi mereka. Pada umumnya kelompok ikan-ikan terumbu karang terdiri dari jenis ikan yang tempat hidupnya di karang atau minimal menggunakan ekosistem terumbu karang sebagai habitat, tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tempat mencari makan. Menurut Adrin 1990 dalam Kuiter 992. March 2004, ikan karang terdiri dari 3 klasifikasi yaitu : commit to user 20 a. Klasifikasi Ikan target Ikan target adalah ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk dikonsumsi, populasi ikan ini menggunakan terumbu karang sebagai tempat pemijahan spawning ground dan sebagai tempat pengasuhan nursery ground , Bentuk badannya memanjang, agak pipih dan mempunyai gigi taring. Warnanya ada yang merah, putih kuning, kecoklatan dan perak. Makanannya adalah ikan, uang-udangan, plankton, bermacam hewan pada pasir dan patahan karang rubbel. Sering ditemukan pada air yang bersih dan pada tubir karang pada kedalaman 10 –100 meter. Ikan-ikan target ini biasa diwakili oleh filum Serranidae, acanthuridae, Mulidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Nemipteridae dan Caesionidae. b. Klasifikasi Ikan Indikator Ikan indikator adalah jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan daerah tersebut. Tubuhnya bulat dan pipih. Warna umumnya cemerlang dari kuning, putih dengan tompel hitam dan pola bergaris pada mata. Umumnya berpasangan dan ada sebagian yang bergerombol. Gerakannya lamban atau lemah gemulai. Ikan ini makan di atas karang seperti kupu-kupu. Makanannya berupa polip karang, algae, cacing dan invebterata lain. Ikan-ikan indikator ini diwakili oleh famili Chaetodontinade, Pomachantidae, Zachlidae dan beberapa jenis famili Acanthuridae . c. Klasifikasi Ikan Mayor Ikan Mayor adalah jenis ikan ber ukuran kecil dengan karakteristik pewarnaan yang beragam dan sangat menarik, sehingga biasanya digunakan sebagai ikan hias dengan nilai jual yang cukup tinggi. Ikan-ikan ini sepanjang siklus hidupnya berada pada ekosistem terumbu karang. Badannya pipih dan nampak bulat dari samping. Makanannya adalah plankton, invetebrata dan alga. Sebagian dari ikan ini ada yang bersimbiosis dengan anemon, warna umumnya commit to user 21 biru, kuning pada bagian belakangnya dan perak, ikan-ikan ini diwakili oleh famili Pomacentridae, Apogonidae, Labridae, Balistidae, Scaridae.

V. Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang memberikan peranan penting secara ekologis baik untuk kelangsungan sumberdaya lautnya dan ekosistem lainnya yang terasosiasi di dalamnya. Ekosistem terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang berada di laut dengan keanekaragaman jenis yang tinggi, hal ini karena pada ekosistem terumbu karang dijumpai bermacam-macam jenis hewan laut yang mencari makan dan berlindung, rusakan terumbu karang tentunya akan berdampak pada hilangnya rantai makanan pada ekosistem tersebut Ikawati dkk, 2001. Selanjutnya dikatakan bahwa ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya laut telah menyebabkan kerusakan terumbu karang sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk saat ini, maka aktivitas manusia pada ekosistem terumbu karang semakin meningkat. Dikatakan pula bahwa penggunaan bahan peledak bom dan Racun Potasium Cyanida banyak dilakukan dibeberapa perairan wilayah timur Indonesia dapat merusak ekosistem terumbu karang. Hasil penelitian para ahli terumbu karang di Asia – Pasifik menyimpulkan bahwa kerusakan terumbu karang dikawasan Asia Tenggara terutama disebabkan oleh kegiatan manusia, berupa pengambilan biota terumbu karang secara berlebihan, sedimentasi karena penggundulan hutan, ekstensifikasi pertanian dan pencemaran laut.Aktivitas manusia mengancam lebih dari 85 terumbu karang Indonesia dengan ancaman utamanya adalah penangkapan ikan yang merusak 64 dan 53 akibat penangkapan ikan dengan metode yang merusak Burke dkk, 2002. Hasil survei P3O-LIPI pada luasan 75 ribu kilometer persegi terumbu karang, menyimpulkan 6,20 terumbu karang dalam keadaan sangat baik, 70 dalam keadaan sangat rusak atau rusak sedang, dan 42 rusak berat atau bahkan dianggap berada diambang kepunahan. Hasil perhitungan berdasarkan Coremap Coral Reef Rehabilitian and Management Program atau Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang menunjukan bahwa 6,48 terumbu karang sangat bagus, 22,53 bagus, 28,39 rusak dan 42,59 rusak berat Ikawati, dkk., 2001. commit to user 22 Selanjutnya dikatakan bahwa berbagai kegiatan manusia yang berakibat pada kerusakan ekosistem terumbu karang, baik langsung maupun tidak langsung yaitu : Penambangan atau pengambilan karang, penangkapan ikan dengan penggunaan bahan peledak, racun, bubu, jaring, pancing, dan eksploitasi berlebihan, pencemaran minyak bumi, limbah industri, dan rumah tangga, pengembangan daerah wisata dan sedimentasi. Penurunan kondisi terumbu karang di Indonesia antara tahun 1989-2000, terumbu karang dengan tutupan karang hidup di Indonesia bagian barat sebesar 50 menurun dari 36 menjadi 29 , kondisi karang yang baik hanya 23 , sedangkan di bagian timur Indonesia 45 . Permasalahan utama yang menyebabkan terjadinya degredasi terumbu karang disebabkan oleh manusia dan alam Bruke, dkk., 2002. Lebih lanjut dikatakan bahwa pada umumnya komunitas terumbu karang sangat peka terhadap pengaruh kegiatan manusia, penyebab utamanya adalah pengambilan sumberdaya yang tidak mempertimbangkan kelesterian sumberdaya itu sendiri dan polusi yang berlebihan karena berbagai limbah. Dengan semakin cepat pertumbuhan penduduk maka semakin padat pemukiman di daerah pesisir, konsekwensinya adalah makin terancamnya keberadaan ekosistem terumbu karang serta sumberdaya alam yang lain karena permintaan kebutuhan hidup meningkat. Laporan BPPT dalam harian kompas tanggal 8 Desember 2004, mengemukakan bahawa lebih kurang 61 dari luas areal terumbu karang di Indonesia dalam kondisi rusak, 15 diantaranya dalam kondisi sangat kritis, sedangkan 39 dalam keadaan baik. Bentuk-bentuk kerusakan dari kegiatan manusia berupa antara lain : pencemaran, membuang sauhjangkar di lokasi terumbu anchoraging, terinjak oleh wisatawan trampling, pencungkilan karang, penangkapan ikan karang dengan dinamit, over eksploitasi produksi terumbu, buangan bekas jaring atau jala, penebangan hutan mangrove, dan pembangunan wilayah pesisir. Dampak yang terjadi akibat eksploitasi sumberdaya perikanan secara intensif mengakibatkan timbulnya kelangkaan sumberdaya perikanan, konflik antara kelompok nelayan, kesenjangan sosial, kemiskinan serta kerusakan ekosistem pesisir dan lautan. Kemiskinan nelayan disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. commit to user 23 Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi internal sumberdaya nelayan dan aktivitas kerjanya yang mencakup masalah : 1. Keterbatasan kualitas sumberdaya manusia nelayan, 2. Kemampuan usaha dan teknologi tangkapan, 3. Hubungan kerja pemilik perahunelayan buruh dalam operasi penangkapan yang dianggap kurang menguntungkan, 4. Kesulitan melakukan diversifikasi usaha penangkapan, 5. Ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut, dan 6. Gaya hidup yang dipandang boros sehingga kurang berorientasi ke masa depan. Faktor-faktor kemiskinan yang bersifat eksternal adalah : 1. Kebijakan pembangunan perikanan yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, parsial dan tidak memihak nelayan tradisional, 2. Sistem pemasaran hasil lebih menguntungkan pedagang perantara, 3. Kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari darat, penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia, perusakan terumbu karang dan konservasi hutan bakau di kawasan pesisir, 4. Penggunaan peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan, 5. Penegakan hukum yang lemah terhadap perusakan lingkungan, 6. Terbatasnya peluang kerja disektor non perikanan yang tersedia di desa-desa nelayan, 7. Kondisi alam dan fluktuasi musim yang tidak memungkinkan nelayan melaut sepanjang tahun, dan 8. Isolasi geografis desa nelayan yang mengganggu mobilitas barang, jasa, modal dan manusia Kusnadi, 2004. Faktor utama yang mengancam kelestarian sumberdaya keanekaragaman hayati pesisir dan lautan adalah pemanfaatan berlebihan over exploitation sumberdaya hayati, penggunaan teknik dan peralatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan, perubahan dan degredasi fisik habitat, pencemaran, introduksi spesies asing, konversi kawasan lindung menjadi peruntukan pembangunan lainnya dan perubahan iklim global serta bencana alam Dahuri, 2003. Dampak kerusakan ekosistem terumbu karang sebagai akibat kegiatan manusia dan dampak potensial yang ditimbulkan dari aktivitas tersebut disajikan dalam tabel 1 berikut ini : commit to user 24 Tabel 1. Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Kegiatan Dampak Potensial Penambangan karang dengan atau tanpa menggunakan bahan peledak • Perusakan habitat, bila menggunakan bahan peledak dapat menimbulkan kematian masal hewan terumbu karang Pembuangan limbah panas • Meningkatnya suhu air dengan 5-10ºC di atas suhu ambien air, dapat mematikan karang dan hewan lainnya serta tumbuhan yang berasosiasi dengan terumbu karang Penggundulan hutan di lahan atas upland • Sedimen hasil erosi yang berlebihan dapat mencapai terumbu karang yang letaknya sekitar muara sungai pengangkut sedimen, dengan akibat meningkatnya kekeruhan air sehingga menghambat fungsi zooxanthellae yang selanjutnya menghambat pertumbuhan terumbu karang. • Sedimen yang berlebihan dapat menyelimuti polip-polip dengan sedimen yang dapat mematikan karang, karena oksigen terlarut dalam air tidak dapat berdifusi masuk ke dalam polip. • Karang di terumbu karang yang lokasinya berdekatan dengan banjir, akan dapat mengalami kematian karena sedimentasi yang berlebihan dan penurunan salinitas air. Pengerukan di sekitar terumbu karang •Arus dapat mengangkut sedimen yang teraduk ke terumbu karang dan meningkatkan kekeruhan air, dengan akibat seperti diuraikan di atas. Kepariwisataan • Peningkatan suhu air karena pemcemaran panas oleh pembuangan air pendingin pembangkit listrik hotel, dengan akibat seperti di atas. • Pencemaran oleh limbah manusia dari hotel karena limbah ini tidak mengalami pengolahan yang memadai sebelum dibuang keperairan lokasi terumbu karang, dengan akibat terjadinya eutrofikasi yang selanjutnya mengakibatkan tumbuh suburnya blooming fitoplankton yang meningkatkan kekeruhan air dan kemudian menghambat pertumbuhan karang karena terhambatnya fungsi zooxanthellae, selain itu keruhnya air akan mengurangi nilai estetis perairan terumbu karang. • Kerusakan fisik terumbu karang batu oleh jangkar kapal. Koleksi terumbu karang yang masih hidup dan hewan-hewan lain oleh para turis dapat mengurangi keanekaragaman hewani ekosistem terumbu karang. • Rusaknya terumbu karang yang disebabkan oleh penyelam. Penangkapan ikan hias dengan menggunakan kalium sianida KCN • Penangkapan ikan hias dengan menggunakan kalium sianida bukan saja membuat ikan pingsan, tetapi akan membunuh karang dan avertebrata lainnya disekitar lokasi, kerena hewan-hewan ini jauh lebih peka terhadap kalium sianida • Penangkapan ikan konsumsi dengan bahan peledak bukan saja mematikan ikan tanpa diskriminasi, tetapi juga koral dan avertebrata tak bercangkang seperti anemon laut. Sumber : Dahuri dkk.., 2004 commit to user 25

VI. Faktor Antropogenik Masyarakat

Pengetahuan adalah suatu daya di dalam hidup manusia. Dengan pengetahuan manusia mengenal peristiwa dan permasalahan, menganalisis, mengurai, mengadakan interpretasi dan menentukan pilihan – pilihan. Dengan daya pengetahuan ini menusia mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupannya. Bersandar kepada daya pengetahuan itulah manusia membentuk sikap dan nilai hidup, menentukan pilihan serta tindakan. Pengetahuan merupakan unsur dasar budaya, sebab dengan adanya pengetahuan manusia dapat membudayakan alam, diri dan masyarakatnya Pranaka, 1987 dalam Hussein 2000. Menurut Poedjawijatna 1982, Pengetahuan adalah hasil dari tahu, pengetahuan disesuaikan dengan objeknya. Persesuaian antara pengetahuan dan objeknya itulah yang disebut kebenaran objek atau kebenaran logika. Dikatakan pula bahwa apabila seseorang mengetahui benar akan objeknya, maka ia mempunyai kepastian dan dalam kepastian itu ia bersikap tidak sangsi. Sari 1988, mengatakan bahwa dari pengertian tentang pengetahuan ini dapat disimpulkan bahwa sikap seseorang ditentukan oleh pengetahuan yang diperolehnya. Seseorang akan bersikap positif, apabila pengetahuan yang diperolehnya baik. Sebaliknya seseorang akan bersikap negatif, apabila pengetahuan yang diperoleh tidak sempurna. Perilaku merupakan realisasi dari niat untuk melakukan kegiatan dalam bentuk nyata, dan merupakan cerminan dari sikap seseorang. Grenn,1980 dalam Su Ritoharyono 2003, mengatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dibedakan menjadi : 1. Faktor dasar, yang meliputi pandangan hidup, adat istiadat, kepercayaan dan kebiasaan masyarakat; 2. Faktor pendukung, meliputi, pendidikan, pekerjaan, budaya, strata sosial; 3. Faktor pendorong, yaitu informasi yang merupakan faktor yang datang dari luar diri manusia, sejauh mana penyerapan informasi tersebut oleh seseorang sangat tergantung pada dimensi kejiwaan dan presepsi seseorang terhadap lingkungan, untuk selanjutnya direfleksikan dalam tatanan perilaku. Disamping itu perilaku manusia terhadap lingkungan sangat dipengaruhi oleh persepsi, sikap dan niat. commit to user 26 Secara identik dapat dikemukakan bahwa, perilaku atau kegiatan manusia terhadap lingkungannya bergantung pada persepsi mereka terhadap lingkungan, sikap seseorang terhadap lingkungan, serta bagaimana dan berapa besar niat seseorang untuk melakukan kegiatan terhadap lingkungannya. Perilaku menurut Green 1980 dalam teori penaksiran perilaku, menyatakan bahwa kegiatan atau perilaku manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor adat istiadat, kepercayaan dan kebiasaan masyarakat setempat. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor dasar yang berpengaruhi secara langsung terhadap suatu kegiatan, selain itu terdapat pula faktor pendukung seperti pendidikan, pekerjaan, budaya, strata sosial, dan informasi. Selanjutnya dikatakan bahwa informasi merupakan faktor pendorong dari luar diri manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan. Faktor pendorong tersebut meliputi sentuhan media masa, penyuluhan dari instansi terkait dan tokoh masyarakat maupun tokoh agama. Dalam konteks lingkungan, penyerapan informasi akibat sentuhan ini tergantung dari persepsi yang direfleksikan pada tatanan perilaku masyarakat terhadap suatu obyek lingkungan tertentu, baik fisik maupun non fisik. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan yang merupakan respon atau reaksi seseorang individu terhadap rangsangan yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya Sarwono, 1993. Dikatakan pula bahwa perilaku merupakan cermin dari potensi pendorong yang ada di dalam jiwa manusia, tumbuhan dan hewan, benda, alam semesta maupun berupa konsep- konsep. Meskipun perilaku manusia bersifat individu, namun dalam kehidupan masih dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku. Sikap adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap sesuatu objek dengan cara- cara tertentu, atau kecenderungan potensial untuk bereaksi apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki respon Mar’at, 1988. Selanjutnya menurut Sekond dan Bachman 1964 dalam Sari 1988, menjelaskan bahwa kuat lemahnya sikap terhadap objek tergantung pada tingkat pemahaman terhadap objek tersebut. commit to user 27 Sikap mengandung tiga aspek pokok, yaitu aspek perasaan afektif, aspek fikiran kognitif, dan kecenderungan bertindak konatif. Bila sikap tidak dinyatakan dalam perilaku, maka sikap akan menjadi kehilangan makna. Jadi dapat ditemukan bahwa bagaimana perilaku masyarakat di dalam atau terhadap lingkungannya, bergantung pada seberapa besar pangetahuan mereka terhadap lingkungan itu sendiri Azwar, 1997. Sikap merupakan suatu reaksi atau tanggapan secara khusus terhadap suatu rangsangan yang berasal dari persepsi seseorang terhadap lingkungannya disertai dengan pendirian dan atau perasaan orang yang bersangkutan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa sikap manusia merupakan suatu cara bereaksi terhadap suatu rangsangan, atau suatu kecenderungan untuk melakukan reaksi dengan cara tertentu terhadap suatu rangsangan ataupun situasi yang dihadapi Adisubroto, 1984 dalam Su Ritoharyono., 2003. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam beberapa hal sikap memang merupakan penentu yang paling penting dalam perilaku manusia, dengan demikian dalam sikap sebetulnya telah terlihat unsur-unsur penilaian suka atau tidak suka, positif atau negatif terhadap suatu hal pasti akan mendekati, menyukai dan bahkan menikmati hal tersebut, namun sebaliknya jika seseorang bersifat negatif maka cenderung menolak dan menjauhi hal tersebut. Sikap seseorang akan tercermin pada perilakunya yang kemungkinkan besar dapat berpengaruh terhadap lingkungannya. Karakteristik sikap Azwar, 1997 meliputi arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas. Arah menunjukkan setuju atau tidak setuju, intensitas dimaksudkan bahwa kekuatan setiap individu berbeda, keluasan menunjukan luas tidaknya cakupan objek yang disetujui atau tidak disetujui. Konsistensi menunjukan kesesuaian antara pernyataan sikap dan respon terhadap objek sedangkan spontanitas menunjukan sejauh mana kesiapan seseorang untuk menyatakan sikap secara spontan. Menurut Harvey dan Smith,1977 dalam Su Ritoharyono 2003, persepsi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu persepsi personal dan persepsi sosial. Persepsi personal adalah suatu proses pembentukan kesan atau penalaran seseorang terhadap suatu hal yang mempunyai pengaruh secara fisik maupun psikologis. commit to user 28 Persepsi sosial masyarakat adalah suatu tindakan berdasarkan pengamatan maupun panalaran baik melalui interaksi langsung, media masa, maupun melalui orang lain terhadap sesuatu, sehingga membentuk suatu kesan maupun ciri tersendiri. Secara garis besar persepsi mengandung 2 dua pengertian yaitu : 1. Persepsi merupakan suatu proses aktivitas seseorang dalam memberi kesan, penilaian, pendapat, merasakan, memahami, menghayati dan menginterpretasi serta mengevaluasi terhadap sesuatu hal berdasar informasi yang ditampilkan, 2. Persepsi merupakan reaksi timbal balik yang dipengaruhi oleh diri reseptor, suatu hal yang dipresepsi dan situasi sosial yang melingkupinya sehingga dapat memberikan motivasi tatanan perilaku bagi reseptor. Persepsi mempunyai implikasi yang sangat penting terhadap tatanan perilaku, termasuk tatanan sosial yang mempengaruhi kehidupan lingkungan sosial social system maupun lingkungan biogeofisik ecosystem. Sistem sosial dan ekosistem merupakan dwitunggal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena masing-masing mencakup kesatuan fungsional yang merupakan interaksi holistik kehidupan dengan lingkungannya. Jika objek persepsi seseorang terhadap lingkungan positif maka akan dapat memberikan motivasi tatanan perilaku masyarakat yang juga positif terhadap lingkungannya, sebaliknya persepsi seseorang terhadap lingkungan negatif maka akan dapat memberikan tatanan perilaku masyarakat yang negatif pada lingkungannya.

B. Landasan Teori

Saat ini ekosistem terumbu karang mendapat tekanan terus menerus, sebagai akibat dari berbagai kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung terutama sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pantai, seperti yang terjadi di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini sejalan dengan adanya pertumbuhan dan pertambahan penduduk. Salah satu penyebab tekanan yang berlangsung terus menerus terhadap ekosistem terumbu karang serta biota yang berasosiasi dengannya, adalah aktivitas masyarakat nelayan yang menggunakan alat tangkap seperti jala troll, bubu perangkap tradisional, panah, tombak, dan bahan peledak bom bagi penangkapan ikan konsumsi serta racun ikan commit to user 29 potasium cyanida di wilayah perairan ekosistem terumbu karang., sehingga diasumsikan bahwa masyarakat sehari-hari senantiasa berhubungan dengan keberadaan lokasi ekosistem terumbu karang di perairan sekitarnya. Kerusakan ekosistem terumbu karang yang disebabkan oleh aktivitas manusia secara langsung maupun tidak langsung sedapat mungkin harus dicegah, karena akan sangat berdampak pada terganggunya ekosistem yang lain dan juga akan menyebabkan menurunnya produktivitas ekosistem terumbu karang antara lain adalah menurunnya hasil tangkapan produksi ikan dan atau sumber perikanan lain yang bernilai ekonomis tinggi, juga merupakan sumber bahan makanan dengan kandungan protein hewani yang tinggi bagi kesehatan umat manusia. Ekosistem terumbu karang mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar sehingga mendorong tiap orang untuk mengambilmengeksploitasi sumberdaya yang dikandungnya secara berlebihan over exploitation serta kurang mengindahkan kaidah-kaidah konservasi, karena adanya asumsi bahwa sumberdaya yang berada pada ekosistem terumbu karang adalah milik bersama common property, sehingga setiap orang berhak untuk memanfaatkannya. Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pelesterian ekosistem terumbu karang pada umumnya masih rendah. Hal ini ditunjukkan masih banyaknya praktik- praktik penangkapan ikan, aktivitas pariwisata bahari, dan aktivitas pembangunan baik yang ada di darat maupun di laut, yang membahayakan kehidupan karang, sehingga ekosistem terumbu karang menjadi rusak. Terumbu karang merupakan sumber perikanan yang tinggi, terdapat sekitar 132 jenis ikan yang ekonomis penting di indonesia, 32 jenis diantaranya hidup di terumbu karang tidak termasuk jenis ikan hias. Terumbu karang yang sehat dalam kondisi baik dapat menghasilkan 25-45 ton ikan per km² pertahun, sehingga dapat diasumsikan bahwa kerusakan terumbu karang akibat racun potasium cyanida dan bahan peledak bom secara langsung dapat mempengaruhi produktivitas terumbu karang untuk menghasilkan ikan dan komunitas perikanan lainnya, dengan demikian akan berpengaruh terhadap hasil penangkapan ikan yang semakin menurun serta tingkat pendapatan dan kesejahteraan hidup nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. commit to user 30 Penyebab kerusakan terumbu karang Faktor antropogeniksosial Ekonomi kultur Penambangan pengerukan karang dengan atau tanpa bahan peledak Pembuangan limbah padat limbah industri dan rumah tangga Penggundulan hutan Pariwisata Penangkapan ikan dengan bahan peledak dan bahan beracun, bubu , potassium syanida Perilaku persepsi Kebiasaan tradisi Tingkat pendidikan Tingkat pendapatan Kesempatan kerja lain · Habitat Karang Rusak · Kematian Ikan biota karang · Meningkatkan suhu air · Kekeruhan akibat sedimentasi · Hancurnya terumbu karang · Eutrofikasi · Jumlah spesies karang dan biota karang menurun Produktifitas ekosistem kemelimpahan biota terumbu karang menurun Hasil tangkapan produksi ikan oleh nelayan tradisional menurun Secara skematis dari uraian di atas dapat digambarkan dalam diagram alir kerangka teoritis pada gambar 2 berikut ini Keterangan : Secara teoritis kerusakan ekosistem terumbu karang berdampak pada hasil tangkapan Gambar. 2. Diagram Kerangka Teoritis Penelitian

C. Penelitian yang Relevan