2.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data merupakan pemecahan data yang diperoleh dari lokasi penelitian dan kemudian di bagi sesuai dengan golongan yang sudah ditentukan. Sesuai dengan metode
penelitian, teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisa data secara kualitatif.
Menurut moleong 2006 : 247 teknik analisa kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam sau
satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang menganut paham demokrasi menerapkaan sistem otonomi daerah, yaitu sistem yang memberikan hak, wewenang, dan kewajiban kepada daerah otonom
untuk mengatur serta mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh sebab itu, Pemerintah daerah
sebagai daerah otonom mempunyai hak, kewenangan dan kewajiban dalam membangun masyarakat di wilayah administratifnya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Salah satu bentuk indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat adalah bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah dapat dirasakan dengan baik
atau tidak oleh masyarakat. Setelah sekian lama masalah pelayanan kesehatan selalu menjadi bahan bahasan yang menarik untuk dibahas dan diteliti bersama karena berkaitan langsung
dengan proses hidup masyarakat. Tuntutan-tuntutan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayananan yang lebih baik menjadi evaluasi tersendiri bagi Pemerintah Pusat maupun Daerah,
karena begitu maraknya masalah-masalah yang terjadi di banyak daerah di Indonesia yang menunjukan bahwa belum siapnya pemerintah dalam menjalankan pelayanan kesehatan yang
baik kepada masyarakat, contohnya saja masalah ketersediaan farmasi dan alat kesehatan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan penyakit masyarakat, dan kualitas makanan yang baik yang
tersedia di rumah sakit, dan belum lagi masalah-masalah lain seperti, malpraktek yang banyak terjadi dimasyarakat, yang kurang mampu khususnya, yang tidak mendapatkan perhatian serius
dari tenaga medis, baik dokter maupun perawat, kemudian masalah kurangnya akses kesehatan
Universitas Sumatera Utara
di daerah-daerah terpencil, yang memaksa masyarakat di daerah terpencilharus pergi ke kelurahan atau kecamatan untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, dan
masalah ketidaktepatan sasaran dalam pemberian kesehatan Gratis, dan lain-lain. Kejadian-kejadian diatas hanyalah sedikit dari sekian banyak lagi masalah yang
seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk segera dicarikan solusi terbaik. Terdapat beberapa hal yang sebenarnyadirasa dapat dilakukan oleh
pemerintah sebagai pemberi kebijakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, yang dapat dijadikan faktor pendukungdalam melaksanakan kebijakan kesehatan yaitu peningkatan
manajemen pelayanan kepada masyarakat yang berbasis kemasyarakatan, memberikan jaminan kesehatan terpadu bagi masyarakat desa, dan penyediaan Sumber Daya Manusia SDM dalam
hal ini para tenaga medis yang dinilai mampu memberikan segala bentuk tindakkan yang sesuai kemampuan mereka, menyediakan sarana dan prasarana yang mampu mendukung, serta
kemudian perbaikan dari sistem yang dirasa kurang menjamin pelayanan kesehatan yang baik kepada masyarakat.
Dalam pelayanan pemerintah, rasa puas masyarakat terpenuhi bila apa yang diberikan oleh pemerintah kepada mereka sesuai dengan apa yang mereka harapkan, dengan
memperhatikan kualitas dan kuantitas pelayanan itu di berikan serta biaya yang relatif terjangkau dan mutu pelayanan yang baik. Jadi, terdapat tiga unsur pokok dari pelayanan itu sendiri.
Pertama, biaya harus relatif lebih rendah, kedua, waktu yang diperlukan, dan terakhir mutu pelayanan yang diberikan relatif baik.
Pada Konfrensi Tingkat Tinggi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB tahun 2000, sebanyak 189 negara, termasuk Indonesia sepakat mengadopsi deklarasi milenium yang
kemudian dijabarkan dalam kerangka praktis tujuan pembangunan milenium MDGs, yang
Universitas Sumatera Utara
menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan, dan memiliki tenggat sampai tahun 2015. Dimana terdapat 5 dari 8 butir didalam MDGs yang berkaitan dengan kesehatan, yaitu
pada butir Pertama, pendapatan populasi dunia minimal 1 sehari, untuk menurunkan angka kemiskinan. Butir keempat, menurunkan angka kematian anak, sehingga pada tahun 2015 tingkat
kematian anak-anak usia dibawah lima tahun berkurang sampai sampai dua per tiga. Butir kelima, meningkatkan kesehatan ibu, yaitu tercapainya target berkurangnya dua per tiga rasio
kematian ibu dalam proses melahirkan. Butir keenam, memerangi HIVAIDS, malaria dan penyakit menular lainnya. Butir ketujuh, memastikan kelestarian lingkungan hidup, sehingga
pada tahun 2015 dapat tercapai target, yaitu mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan setiap Negara dan program serta mengurangi hilangnya
sumber daya lingkungan, kemudian diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat sumber :
http:www.scribd.comdoc92468584Millennium-Development-Goals. Maka oleh sebab itu dibutuhkan upaya lebih lanjut dari pemerintah sampai ketataran pemerintah daerah untuk
mencapainya, sehingga dibuatlah Inpres no.3 tahun 2010 tentang program pembangunan yang berkeadilan, yang mewajibkan pemerintah provinsi dan kabupatenkota melaksanakan
percepatan pencapaian MDGs dalam suatu Rencana Aksi Daerah RAD Sumber :
www.kesehatan.kebumenkab.go.id .
Didalam UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, telah mengamanatkan bahwa alokasi anggaran kesehatan nasional seminimalnya adalah 5 dari
APBN, akan tetapi realisasinya pada tahun 2013 Pemerintah hanya menganggarkan 2,1 saja, malah mengalami penurunan dari 2 tahun sebelumnya yaitu sekisar 2,2 dari APBN, dan
bahkan lebih rendah dari alokasi anggaran kesehatan Negara-negara miskin Afrika, yang rata- rata mengalokasi anggaran sekitar 5-15 sumber :
Universitas Sumatera Utara
http:www.kebijakankesehatanindonesia.netcomponentcontentarticle73-berita2183-alokasi- anggaran-untuk-kesehatan-ri-kalah-dari-negara-miskin.html
. Jadi keterlibatan pemerintah sebagai penanggung jawabharus mampu membangun kerangka penyelenggaraan pembangunan
kesehatan masyarakat menjadi salah satupr ioritas primer dari tujuan nasional yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia.
Oleh sebab itu dirasa sangat penting ketika pemerintah, maupun pemerintah daerah merumuskan suatu kebijakan yang menjadi pedoman bersama dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Dari sisi kebijakan nasional, Pemerintah juga membuat kebijakan kesehatan melalui Undang-undang, Peraturan Menteri, dan peraturan-peraturan lainnya, yang
menjadi pedoman dalam pelaksanaan sistem kesehatan di Indonesia. Sementara Pemerintah Daerah dengan kewenangan desentralisasinya, dapat berkoordinasi dan bekerjasama lintas sektor
di daerahnya dalam rangka menjalankan roda pemerintahan. Oleh karena itu Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada masyarakat
di daerahnya, baik itu melalui Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, ataupun peraturan- peraturan lainnya.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai salah satu contoh daerah otonom membuat suatu kebijakan, melalui Perda No 4 tahun 2009 tantang Sistem Kesehatan Daerah, dan Pergub
No 187 tahun 2012 tentang pembebasan biaya pelayanan kesehatan, yang memberikan jaminan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi dan tidak memiliki
jaminan kesehatan, maka dibuatlah Kartu Jakarta Sehat KJS, yangbekerjasama dengan PT Askes dan beberapa Rumah sakit di Jakarta, yang dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat
Jakarta yang kurang mampu dan menunjukan fokus pemerintah provinsi DKI Jakarta terhadap kesehatan masyarakatnya. Sedangkan di daerah provinsi Sumatera Utara, masalah kesehatan
Universitas Sumatera Utara
sepertinya belumlah mendapat perhatian yang serius dari aparat pemerintah daerah, hal tersebut dapat terlihat banyaknya keluhan-keluhan masyarakat mengenai masalah kesehatan, baik dari
sisi pelayanan, aparatur, ataupun dari sistemnya. Contohnya saja bisa kita lihat pada daerah Padang Lawas Utara, berita mengenai ketidakseriusan pemerintah daerah dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat masih jauh dari harapan, dimana penelantaran pasien masih menjadi hal yang lumrah terjadi sumber :
http:analisadaily.comnewsreadpuskesmas- gunung-tua-telantarkan-pasien-miskin3288820140526
, dan masyarakat penerima BPJS yang mengeluh mengenai pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah di daerah Sidikalang sumber :
http:analisadaily.comnewsreadpemegang-bpjs-keluhkan-pelayanan-rsu- sidikalang3200320140523
. Walaupun dari Kota Medan sendiri sebagai salah satu kabupatenkota Sumatera Utara memiliki Peraturan Daerah yang telah mengatur implementasi
Kesehatan di daerah tersebut, tetap saja masih ada masalah dalam pelayanan kesehatan sumber :
http:www.dnaberita.comberita-38586-dinkes-medan-belum-mampu-atasi-permasalahan- kesehatan--.html
. Bila dikaitkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Sistem Kesehatan, maka adalah suatu hal yang penting dan wajib bagi Pemerintah Kota Medan untuk memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat, akan tetapi fakta dilapangan menunjukan bahwa hal tersebut tidak berjalan sesuai dengan apa yang disusun oleh Pemerintah Daerah dan dinilai masih
kurang efektif oleh masyarakat Kota Medan sumber : http:www.harianorbit.compelayanan-
kesehatan-di-medan-utara-sangat-buruk . Banyak cara yang dapat dilakukan Pemerintah
Daerah untuk mensiasati agar bagaimana kebijakan pemerintah tersebut dapat sampai menyentuh lapisan masyarakat, salah satunya adalah melalui koordinasi dan kerjasama lintas sektor di
Universitas Sumatera Utara
lingkungan Pemerintah Kota Medan,hal sama yang dilakukan Pemprov DKI dalam menerapkan Kartu Jakarta Sehat.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah