Saran Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Konflik Bersenjata

kekerasan pada anak-anak yang menjadi korban di daerah konflik tersebut,bahkan di Sierra Leone dibentuk The Special Court for Sierra Leone SCSL untuk mengadili para penjahat perang dalam konflik bersenjata yang terjadi disana. PBB juga telah meminta kepada para pihak yang terlibat untuk dapat menghormati prinsip-prinsip kemanusiaan yang telah diatur dalam Hukum Internasional. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya diindahkan oleh para pihak yang terlibat konflik dikarenakan sulitnya medan dan keterbatasan pengertian para pihak yang terlibat untuk memahami tujuan dari resolusi yang dikeluarkan oleh PBB. Namun secara umum dapat dilihat bahwa perlindungan Hukum yang diberikan kepada anak-anak yang terlibat dalam konflik bersenjata masih sangat jauh dari kata layak daripada sebagaimana yang diharapkan oleh publik internasional.

B. Saran

1. Perlindungan terhadap anak-anak yang menjadi korban konflik bersenjata di berbagai belahan dunia selalu menjadi perhatian global. Hal ini dikarenakan keberadaan anak yang masih rentan dan dalam tahap perkembangan, tidak seharusnya dilibatkan dalam suasana konflik yang cenderung keras dan mencekam. Apabila hal ini sampai terjadi, tentu saja akan mengganggu pertumbuhan dan psikologis anak-anak tersebut. Untuk itu, diperlukan suatu upaya perlindungan dan pencegahan yang lebih nyata agar anak tidak dilibatkan dalam konflik yang terjadi di lingkungannya. 2. Dalam upaya perdamaian yang telah dilakukan oleh PBB, tidak tampak perubahan yang signifikan. Seharusnya PBB lebih tegas lagi dalam menindak negara-negara yang tidak menaati tata cara dalam peperangan, terlebih mengabaikan Hak Anak sebagaimana yang telah diatur dalam Hukum Internasional. Sanksi yang dijatuhkan oleh PBB dapat berupa embargo senjata agar dapat meredam konflik yang sedang berlangsung. 3. Sejauh ini, upaya yang dilakukan oleh PBB melalui Unicef belum sanggup memberikan dampak signifikan terhadap perlindungan anak. Sehingga harus ada upaya di tingkat yang lebih tinggi lagi melalui Dewan Keamanan PBB. Diharapkan dengan adanya kepedulian internasional melalui Dewan Keamanan PBB, konflik yang terjadi dapat lebih kondusif dan terkawal dengan baik sehingga tidak mengabaikan hak-hak anak. BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Sejarah Konvensi Hak Anak Convention on the Rights of the Child Konvensi Hak Anak Convention on the Rights of the Children, merupakan sebuah perjanjian internasional yang dikenal dengan sebutan Deklarasi Hak Azasi Anak diatur dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 10 Konvensi PBB tahun 1959 dan Konvensi PBB 1989, yang mengatur tentang prinsip-prinsip dasar perlindungan hak anak dimuka bumi. Dalam hukum internasional konvensi dikelompokkan sebagai salah satu sumber hukum internasional, selain : 1. Perjanjian-perjanjian internasional, baik yang bersifat umum ataupun khusus, yang mengandung ketentuan-ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh Negara-negara yang bersengketa. 2. Kebiasaan internasional internasional custom, sebagai bukti daripada suatu kebiasaan umum yang telah diterima sebagai hukum 3. Prinsip-prinsip umum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab the general principles of law recognized of civilized nations. 4. Keputusan pengadilan dan ajaran-ajaran sarjana terkemuka dari berbagai Negara sebagai sumber tambahan bagi menetapkan kaidah- kaidah hukum. 19 Merujuk kepada informasi UNICEF United Nation childrens Fund, sebuah badan Perserikatan Bangsa Bangsa PBB yang khusus menangani persoalan anak di seluruh dunia, KHA merupakan sebuah konvensi PBB yang paling lengkap menguraikan dan mengakui instrumen- instrumen hak azasi manusia di dalam sejarah pertumbuhan organisasi bangsa-bangsa tersebut. 19 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional Buku I, Binacipta, Bandung, 1997, hlm.107 Di dalamnya diatur secara detail hak azasi anak dan tolak ukur yang harus dipakai pemerintah secara utuh dalam implementasi hak azasi anak di negara masing-masing. Dilahirkan dari system hukum dan nilai-nilai tradisional yang pluralis, KHA menjadi sebuah instrumen yang tidak begitu banyak dipersoalkan dan diperdebatkan oleh negara-negara anggota PBB. Ia mencerminkan hak dasar anak dimanapun di dunia ini: hak untuk hidup, berkembang, terlindungi dari pengaruh buruk, penyiksaan dan eksploitasi serta hak untuk berpartisipasi secara utuh dalam lingkup keluarga, kehidupan budaya dan sosial. Melirik sejarah perkembangannya, masyarakat dunia sekarang ini nampaknya harus berhutang kepada Eglantynee Jebb, pendiri Save the Children Fund sebuah lembaga swadaya masyarakat internasional yang bekerja untuk perlindungan anak. Beliau, setelah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, merawat para pengungsi anak di Balkan, akibat Perang Dunia I, membuat sebuah rancangan Piagam Anak pada tahun 1923. Konvensi yang dimulai pada tahun 1923 oleh Eglantynee Jebb yang mendirikan sebuah lembaga swadaya masyarakat internasional untuk perlindungan anak Save the Children Fund. Rancangan piagam anak yang dibuatnya yaitu : “saya percaya bahwa kita harus menuntut hak-hak tertentu bagi anak-anak dan memperjuangkannya untuk mendapatkan pengakuan universal.” 20 Dalam draft yang dikemukannya, Jebb mengembangkan 7 tujuh gagasan mengenai hak-hak anak, yaitu : 21 1. Anak harus dilindungi diluar dari segala pertimbangan mengenai ras, kebangsaan dan kepercayaan. 2. Anak harus dipelihara dengan tetap menghargai keutuhan keluarga. 3. Bagi anak harus disediakan sarana yang diperlukan untuk perkembangan secara normal, baik materil, moral dan spiritual. 20 http:repository.usu.ac.idbitstream12345678915723hukum-edy.pdf.txt diakses Desember 2015 21 Chairul Bariah Mozasa, Aturan-aturan Hukum Trafiking Perdagangan Perempuan dan Anak, USU Press, Medan, hlm.8 4. Anak yang lapar harus diberi makan, anak yang sakit harus dirawat, anak cacat mental atau cacat tubuh harus dididik, anak yatim piatu dan anak terlantar harus diurusdiberi perumahan. 5. Anaklah yang pertama-tama harus mendapatkan bantuan atau pertolongan pada saat terjadi kesengsaraan. 6. Anak harus menikmati dan sepenuhnya mendapat manfaat dari program kesejahteraan dan jaminan sosial, mendapat pelatihan agar pada saat diperlukan nanti dapat dipergunakan untuk mencari nafkah serta harus dilindungi dari segala bentuk eksploitasi. 7. Anak harus diasuh dan didik dengan suatu pemahaman bahwa bakatnya dibutuhkan untuk pengabdian sesama umat. Dalam perjalanan sejarah perkembangan hak anak melahirkan konvensi-konvens internasional, yaitu : 22 1. Tahun 1923, hak-hak anak disetujui oleh Save the Children Union. 2. Tahun 1924, hak yang disetujui oleh League of Nation Liga Bangsa- Bangsa merupakan suatu upaya internasional sebagai hasil dari pengalaman dengan anak yang menderita karena perang dibeberapa Negara. 3. Tahun 1948 Majelis Umum PBB mengesahkan Deklarasi Universal mengenai hak azasi manusia, hak anak secara implisit sudah termasuk didalamnya walaupun banyak yang beranggapan bahwa kebutuhan khusus anak perlu disusun dalam suatu dokumen secara terpisah 4. Tahun 1959 Majelis Umum PBB mengesahkan Deklarasi kedua mengenai hak anak dan kelompok Hak Azasi Manusia PBB mulai mengerjakan konsep Konvensi Hak Anak. 5. Tahun 1962 melalui 2 konvenan internasional, yang pertama konvenan tentang hak-hak sipil dan politik dan konvenan yang kedua tentang hak- hak ekonomi, sosial dan budaya, kedua perjanjian tersebut mengikat para Negara peratifikasi. Tahun 1976, Negara wajib peduli respect kepada hak azasi manusia yang dimiliki individu, deklarasi yang 22 Op.Cit.Mochtar Kusumaatmadja, hlm. 24 disebutkan terdahulu hanya himbauan moral dan etika karena jelas tidak mempunyai daya ikat secara hukum bagi tiap negara untuk menjalankannya. 6. Tahun 1979 ketika Negara Polandia mengajukan sebuah rancangan teks konvensi hak-hak anak, sepuluh butir dari deklarasi telah dipublikasikan secara meluas. 7. Tahun 1989 pada tanggal 20 November 1989, Konvensi Hak Anak dengan 54 Pasal telah disetujui oleh Majelis Umum PBB dan dinyatakan berlaku sejak saat itu dan Konvensi Hak Anak mempunyai kekuatan hukum bagi negara yang meratifikasinya. Konvensi Hak Anak Convention of the Rights of the Child, disahkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 20 November 1989 dan mulai berlaku pada 2 September 1990. 23 Konvensi Hak Anak ini merupakan instrumen yang merumuskan prinsip-prinsip universal dan norma hukum mengenai kedudukan anak, dan merupakan sebuah perjanjian internasional mengenai hak azasi manusia. Konvensi Hak Anak merupakan hasil konsultasi dan pembicaraan Negara-negara, dan lembaga PBB dan lebih dari 50 organisasi internasional. Konferensi Tingkat Tinggi KTT anak di New York pada tahun 1990 dan konferensi sedunia tentang Hak Azasi Manusia di Wina tahun 1993 menyepakati Negara-negara peserta untuk melakukan ratifikasi terhadap Konvensi Hak Anak, dalam KTT anak tahun 1999 oleh 150 wakil dari pemerintahan termasuk 71 kepala Negara. KTT anak ini secara resmi telah menetapkan serangkaian sasaran yang hendak dicapai pada tahun 2000 dalam rangka implementasi Konvensi Hak Anak. Dibandingkan dengan konvensi Hak Azasi Manusia, Konvensi Hak Anak dianggap sebagai perjanjian hak azasi manusia yang paling maju progresif, terperinci yang pernah disepakati oleh Negara-negara peserta. 23 Konvensi Media Advokasi dan Penegakan Hak-hak Anak, Volume III Nomor 3 Tahun 1999, Lembaga Advokasi Anak Indonesia, Medan. Dalam substansi atau materi konvensi hak anak dideskripsikan secara rinci dan lengkap apa yang menjadi hak-hak anak. Negara anggota mempunyai kewajiban membuat laporan country report kepada UNICEF yang dilaksanakan setelah 2 dua tahun Negara yang bersangkutan meratifikasi Konvensi Hak Anak, laporan rutin setelah hal itu dalam periode 5 tahun sekali. Ada sepuluh prinsip tentang hak anak menurut deklarasi tersebut : 24 Prinsip 1 : Setiap anak harus menikmati semua hak yang tercantum dalam deklarasi ini tanpa terkecuali, tanpa perbedaan dan tanpa diskriminasi. Prinsip 2 : Setiap anak harus menikmati perlindungan khusus, harus diberikan kesempatan atau fasilitas oleh hukum atau oleh peralatan lain, sehingga mampu berkembang secara fisik, mental, moral, spiritual dan sosial dalam cara yang sehat dan normal. Prinsip 3 : Setiap anak sejak dilahirkan harus memiliki nama dan identitas kebangsaan. Prinsip 4 : Setiap anak harus menikmati manfaat dan jaminan sosial. Prinsip 5 : Setiap Anak baik secara fisik, mental dan sosial mengalami kecacatan harus diberikan perlakuan khusus, pendidikan dan pemeliharaan sesuai dengan kondisinya. Prinsip 6 : Setiap anak bagi perkembangan pribadinya secara penuh dan seimbang memerlukan kasih sayang dan pengertian. Prinsip 7 : Setiap anak harus menerima pendidikan secara cuma-cuma atas dasar wajib belajar. Prinsip 8 : Setiap anak dalam situasi apapun harus menerima perlindungan dan bantuan yang pertama. 24 Abu Huraerah, Child Abuse Kekerasan Terhadap Anak, Bandung, 2007, hlm.32 Prinsip 9 : Setiap anak harus dilindungi dari setiap bentuk ketelantaran, tindakan kekerasan dan eksploitasi. Prinsip 10 : Setiap anak harus dilindungi dari setiap praktek diskriminasi berdasarkan rasial, agama dan bentuk-bentuk lainnya. Didalam pembukaan preambule Konvensi Hak Anak dikemukakan latar belakang dan landasan strategis filosofis hak-hak anak yang menegaskan bahwa anak-anak dengan kondisi mereka yang rentan, sangat membutuhkan pengasuhan dan perlindungan khusus. Berdasarkan materi hukum yang menyangkut didalam Konvensi Hak Anak, dapat dikualifikasikan beberapa isi konvensi : 1. Penegasan Hak Anak ; 2. Perlindungan anak oleh Negara ; 3. Peran serta berbagai pihak pemerintah, masyarakat dan swasta dalam menjamin penghormatan terhadap anak-anak. Konvensi Hak Anak melingkupi segenap hak yang secara tradisional melekat atau dimiliki anak sebagai manusia dan hak sebagai anak yang memerlukan perlakuan dan perlindungan khusus. Konvensi hak anak terdiri dari 54 lima puluh empat Pasal yang berdasar pada materi hukum yang mengatur mengenai hak-hak anak dan mekanisme implementasi hak anak oleh Negara perserta yang meratifikasinya.

B. Hak-hak Anak Menurut Konvensi Hak Anak Konvensi Hak Anak Protokol Tahun 2000