Perlindungan Penduduk Sipil Pada Konflik Bersenjata

Ada beberapa tujuan hukum humaniter yang dapat dijumpai dalam berbagai kepustakaan, antara lain sebagai berikut : 1. Memberikan perlindungan terhadap kombatan maupun penduduk sipil dari penderitaan yang tidak perlu unnecessary suffering. 2. Menjamin hak azasi manusia yang sangat fundamental bagi mereka yang jatuh ke tangan musuh. Kombatan yang jatuh ke tangan musuh harus dilindungi dan dirawat serta berhak diperlakukan sebagai tawanan perang. 3. Mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa mengenal batas. Dibagian ini yang terpenting adalah azas kemanusiaan.

B. Perlindungan Penduduk Sipil Pada Konflik Bersenjata

Prinsip atau azas pembedaan distinction principle merupakan suatu azas penting dalam hukum humaniter, yaitu suatu prinsip atau azas yang membedakan atau membagi penduduk dari suatu negara yang sedang berperang atau terlibat konflik bersenjata yang dibagi kedalam 2 dua golongan, yakni kombatan combatant dan penduduk sipil civilian. Kombatan adalah golongan penduduk yang secara aktif turut serta dalam permusuhan hostilities, sedangkan penduduk sipil adalah golongan penduduk yang bukan anggota angkatan bersenjata yang karenanya tidak berhak ikut serta langsung dalam permusuhan. 37 Menurut Jean Pictet, prinsip pembedaan ini berasal dari azas umum yang dinamakan azas pembatasan ratione personae yang menyatakan bahwa “the civilion population and individual civilians shall enjoy general protection against danger arising from military operation”. Azas umum ini memerlukan penjabaran lebih jauh kedalam sejumlah azas pelaksanaan principles of application, yakni : 37 Haryomataram, Hukum Humaniter, Rajawali Press, Jakarta, 1984, hlm. 63 a. Pihak-pihak yang bersengketa setiap saat harus membedakan antara kombatan dan penduduk sipil guna menyelamatkan penduduk sipil dan objek-objek sipil. b. Penduduk sipil, demikian pula orang sipil secara perorangan, tidak boleh dijadikan objek serangan walaupun dalam hal pembalasan reprisals. c. Tindakan maupun ancaman kekerasan yang tujuan utamanya untuk menyebarkan terror terhadap penduduk sipil adalah dilarang. d. Pihak-pihak yang bersengketa harus mengambil segala langkah pencegahan yang memungkinkan untuk menyelamatkan penduduk sipil atau setidak- tidaknya untuk menekan kerugian atau kerusakan yang tidak disengaja menjadi sekecil mungkin. e. Hanya anggota angkatan bersenjata yang berhak menyerang dan menahan musuh. Perlindungan terhadap penduduk sipil dalam konflik bersenjata diatur oleh Konvensi Jenewa beserta protokol-protokolnya serta protokol tambahan tahun 2000 Konvensi Hak Anak. Pelindungan terhadap penduduk sipil diatur dalam Konvensi Jenewa IV, dalam konvensi ini perlindungan yang diberikan merupakan perlindungan yang bersifat umum general protection yang diatur dalam bagian II. Sedangkan dalam protokol tambahan, perlindungan terhadap penduduk sipil tercantum dalam Bagian IV mengenai penduduk sipil. Bagian IV protokol ini antara lain mengatur mengenai perlindungan umum general protection against the effect of hostilities; bantuan terhadap penduduk sipil relief in favour of the civilian population; serta perlakuan orang-orang yang berada dalam salah satu kekuasaan pihak yang bersengketa treatment of persons in the power of a party to a conflict; termasuk didalamnya adalah perlindungan terhadap para pengungsi orang yang tidak memiliki kewarganegaraan stateless, anak-anak, wanita dan wartawan. Perlindungan Umum Berdasarkan Konvensi Jenewa, perlindungan umum yang diberikan kepada penduduk sipil tidak boleh dilakukan secara diskriminatif. Dalam segala keadaan, penduduk sipil berhak atas penghormatan pribadi, hak kekeluargaan, kekayaan dan praktek ajaran agamanya. Dalam suatu sengketa bersenjata, orang-orang yang dilindungi meliputi kombatan dan penduduk sipil. Kombatan yang telah berstatus horse de combat harus dilindungi dan dihormati dalam segala keadaan. Kombatan yang jatuh ke tangan musuh mendapatkan status sebagai tawanan perang. Perlindungan dan hak-hak sebagai tawanan perang diatur dalam Konvensi Jenewa III tahun 1949. Sedangkan penduduk sipil berhak mendapatkan perlindungan sebagaimana diatur dalam Konvensi Jenewa IV tahun 1949. Pasal 27-34 Konvensi Jenewa IV tahun 1949 mengatur tentang perlindungan yang harus diberikan kepada penduduk sipil yang tidak ikut serta dalam suatu permusuhan. Perlindungan tersebut meliputi : 38 1. Perlindungan atas diri pribadi, hak-hak kekeluargaan, keyakinan dan praktek keagamaan, serta adat dan kebiasaan mereka; 2. Hak untuk berhubungan dengan Negara Pelindung, ICRC dan Palang Merah Nasional; 3. Larangan untuk melakukan paksaan jasmani dan rohani untuk memperoleh keterangan; 4. Larangan untuk melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan yang berlebihan; 5. Larangan untuk menjatuhkan hukuman secara kolektif, larangan untuk melakukan intimidasi, terror dan perampokan, juga larangan untuk melakukan resprisal terhadap penduduk sipil; 6. Larangan untuk menjadikan sandera. Selain penduduk sipil secara umum yang harus mendapatkan perlindungan, terdapat beberapa kategori yang juga perlu mendapatkan perlindungan, yaitu : orang asing di wilayah 38 Loc.Cit Jurnal Penelitian Dinas Sosial pendudukan, orang yang tinggal di wilayah pendudukan dan intermiran sipil. Dalam konvensi ini juga mengatur mengenai pembentukan kawasan- kawasn rumah sakit dan daerah-daerah keseluruhan safety zone dengan persetujuan antara pihak-pihak yang bersangkutan Pasal 14 konvensi IV. Pembentukan kawasan ini terutama ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada orang-orang sipil yang rentan terhadap akibat konflik bersenjata yaitu orang yang luka sakit, lemah, perempuan hamil atau menyusui, perempuan yang memiliki anak balita, orang lanjut usia dan anak-anak. Daerah keselamatan ini harus memiliki syarat-syarat, yaitu : 39 1. Daerah-daerah kesehatan hanya boleh meliputi sebagian kecil dari wilayah diperintah oleh negara yang mengadakannya. 2. Daerah-daerah itu harus berpenduduk relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kemungkinan-kemungkinan akomodasi yang terdapat disitu. 3. Daerah-daerah itu harus jauh letaknya dan tidak ada hubungannya dengan segala macam objek-objek militer atau bangunan-bangunan industri dan administrasi yang besar. 4. Daerah-daerah seperti itu tidak boleh ditempatkan diwilayah- wilayah yang menurut perkiraan, dapat dijadikan areal untuk melakukan peperangan. Berkaitan dengan perlakuan terhadap orang-orang yang dilindungi, perlakuan khusus harus diberikan kepada anak-anak. Para pihak yang bersangkutan harus diharuskan untuk memelihara anak-anak yang sudah yatim piatu atau terpisah dari orang tua mereka. Perlindungan khusus terhadap anak- anak yang diatur dalam konvensi Jenewa ini kemudian dilengkapi pula dengan ketentuan baru sebagaimana diatur dalam Pasal 77 protokol I. Menurut protokol I anak-anak berhak atas perawatan dan bantuan yang dibutuhkan sesuai dengan usia mereka, mereka tidak boleh didaftarkan menjadi anggota angkatan perang sebelum usia 15 tahun dan jika sebelum usia tersebut mereka terlibat langsung dalam pertempuran, maka apabila tertangkap mereka 39 Op.Cit. Haryomataram, hlm. 94 harus menerima perlakuan khusus sesuai dengan usia mereka dan terhadap mereka yang tertangkap sebelum usia 18 tahun maka tidak boleh dijatuhi hukuman mati. 40 Diantara penduduk sipil yang harus dilindungi, terdapat pula beberapa kelompok orang-orang sipil yang perlu dilindungi, seperti : 1. Orang asing diwilayah pendudukan. Pada waktu pecah perang antara negara yang warganya berdiam di wilayah negara musuh, maka orang-orang asing ini merupakan warga negara musuh. Walaupun demikian, mereka tetap mendapatkan penghormatan dan perlindungan dinegara mereka berdiam. Berdasarkan Pasal 35 Konvensi IV, mereka harus diberi izin untuk meninggalkan negara tersebut. Jika permohonan mereka ditolak, mereka berhak meminta agar penolakan tersebut dipertimbangkan kembali diajukan kepada pengadilan atau badan administrasi yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas tersebut. 2. Orang yang tinggal diwilayah pendudukan. Orang-orang sipil di wilayah ini harus dihormati hak-hak azasinya, misalnya mereka tidak boleh dipaksa untuk melakukan kegiatan-kegiatan militer. Penguasa pendudukan bertanggung jawab untuk memelihara dinas- dinas kesehatan, rumah sakit dan bangunan lainnya. Perhimpunan palang merah atau bulan sabit merah nasional harus tetap diperbolehkan untuk menjalankan tugas-tugasnya. Penguasa pendudukan juga harus memerhatikan kesejahteraan anak- anak. Serta menjamin kebuthan makanan dan kesehatan penduduk Pasal 50 protokol tambahan dan bila penguasa pendudukan tidak mampu melakukan hal tersebut maka mereka harus mengizinkan adanya bantuan yang datang dari luar negeri sesuai dengan Pasal 59-61. 41 3. Interniran sipil Penduduk sipil yang dilindungi dapat diinternir, ketetuan-ketentuan tentang perlakuan orang-orang yang diinternir diatur dalam Bagian IV Pasal 135- 40 Op.Cit ICRC 41 Ibid 179 Konvensi Jenewa IV. Penduduk sipil yang diinternir tetap memiliki kedudukan dan kemampuan sipil mereka dan dapat melaksanakan hak-hak sipil mereka Pasal 80. Orang-orang sipil yang dapat diinternir adalah : 42 a. Penduduk sipil musuh dalam wilayah pihak yang bersengketa perlu diawasi dengan ketat demi kepentingan keamanan. b. Penduduk sipil musuh dalam wilayah pihak yang bersengketa yang dengan sukarela menghendaki untuk diinternir atau karena keadaannya menyebabkan ia diinternir. c. Penduduk sipil musuh dalam wilayah yang diduduki, apabila penguasa pendudukan menghendaki mereka perlu diinternir karena alasan mendesak. d. Penduduk sipil yang telah melakukan pelanggaran hukum yang secara khusus bertujuan untuk merugikan penguasa pendudukan. Perlindungan Khusus Perlindungan khusus diberikan kepada pendudukan sipil asing yang melakukan tugas-tugas sosial untuk membantu orang-orang yang terluka dan penduduk sipil lainnya pada waktu konflik bersenjata. Mereka adalah anggota Perhimpunan Palang Penolong Sukarela lainnya, termasuk juga anggota Pertahanan Sipil. Pada saat melaksanakan tugas-tugas yang bersifat sosial sipil, biasanya mereka dilengkapi dengan sejumlah fasilitas transportasi dan bangunan-bangunan khusus maupun lambing-lambang khusus. Apabila sedang melaksanakan tugasnya, mereka harus dihormati respected dan dilindungi protected. ‘Dihormati’ berarti mereka harus dibiarkan untuk melaksanakan tugas-tugas sosial mereka pada waktu konflik bersenjata. Sedangkan ‘dilindungi’ adalah bahwa mereka tidak boleh dijadikan sasaran serangan militer. 42 Dalam Pasal 79 Konvensi Jenewa IV, berbunyi : “ pihak-pihak dalam pertikaian hanya boleh menginternir orang-orang yang dilindungi, sesuai dengan aturan-aturan Pasal 41-43, 68 dan 78” Perlindungan bagi anak-anak Dalam Pasal 77 Ayat 1 protokol I Konvensi Jenewa menjelaskan bahwa anak-anak harus mendapat penghormatan khusus dan harus dilindungi dari setiap bentuk serangan. Dalam hal ini pihak yang terlibat dalam sengketa harus memberikan bantuan kepada mereka perhatian dan bantuan yang mereka perlukan. Dalam menyikapi keterlibatan anak dalam perekrutan anggota untuk permusuhan, pihak yang bersengketa harus mengambil tindakan agar anak yang belum mencapai usia 15 lima belas tahun tidak ambil bagian langsung dalam peperangan. Dalam hal pelatihan, anak-anak yang telah memasuki usia 15 lima belas tahun tetapi belum mencapai usia 18 delapan belas tahun, maka pihak-pihak dalam sengketa harus mengutamakan kepada umur yang tertua. 43 Apabila ada anak-anak yang belum mencapai usia 15 lima belas tahun ikut dalam bagian permusuhan langsung dan jatuh ke ‘tangan’ lawan, maka anak-anak itu harus memperoleh perlindungan istimewa. Apabila ditangkap, ditahan atau diasingkan karena alasan tertentu, anak-anak tersebut harus ditempatkan di markas yang terpisah dari orang dewasa. Untuk pemberian hukuman mati dalam konflik bersenjata, hal ini tidak berlaku bagi anak-anak saat pelanggaran usia dilakukan Pasal 77 Ayat 3, 4 dan 5 protokol I Konvensi Jenewa.

C. Hak-hak Penduduk Sipil dalam Konflik Bersenjata Internasional