Hak-hak Penduduk Sipil dalam Konflik Bersenjata Internasional

Perlindungan bagi anak-anak Dalam Pasal 77 Ayat 1 protokol I Konvensi Jenewa menjelaskan bahwa anak-anak harus mendapat penghormatan khusus dan harus dilindungi dari setiap bentuk serangan. Dalam hal ini pihak yang terlibat dalam sengketa harus memberikan bantuan kepada mereka perhatian dan bantuan yang mereka perlukan. Dalam menyikapi keterlibatan anak dalam perekrutan anggota untuk permusuhan, pihak yang bersengketa harus mengambil tindakan agar anak yang belum mencapai usia 15 lima belas tahun tidak ambil bagian langsung dalam peperangan. Dalam hal pelatihan, anak-anak yang telah memasuki usia 15 lima belas tahun tetapi belum mencapai usia 18 delapan belas tahun, maka pihak-pihak dalam sengketa harus mengutamakan kepada umur yang tertua. 43 Apabila ada anak-anak yang belum mencapai usia 15 lima belas tahun ikut dalam bagian permusuhan langsung dan jatuh ke ‘tangan’ lawan, maka anak-anak itu harus memperoleh perlindungan istimewa. Apabila ditangkap, ditahan atau diasingkan karena alasan tertentu, anak-anak tersebut harus ditempatkan di markas yang terpisah dari orang dewasa. Untuk pemberian hukuman mati dalam konflik bersenjata, hal ini tidak berlaku bagi anak-anak saat pelanggaran usia dilakukan Pasal 77 Ayat 3, 4 dan 5 protokol I Konvensi Jenewa.

C. Hak-hak Penduduk Sipil dalam Konflik Bersenjata Internasional

Ketika konflik bersenjata muncul, penduduk sipil kerap kali timbul sebagai bagian yang menderita kerugian. Hak-hak azasi yang melekat pada penduduk sipil sering terlanggar dan terabaikan. Pelanggaran tersebut dapat 43 Pasal 77 Ayat 2 protokol 1 Konvensi Jenewa terhadap penduduk sipil dengan cara menjadikannya sebagai tameng dalam konflik bersenjata, melakukan propaganda atau tekanan- tekanan masyarakat sipil, melibatkan penduduk sipil berbentuk segala macam hal, seperti pemanfaatan sebagai tameng dan pemanfaatan ikut dalam permusuhan dengan dasar propaganda dan tekanan. Dalam konflik bersenjata antara negara seperti Israel dengan Palestina, terjadi pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap penduduk sipil di Palestina. Pelanggaran yang dilakukan tentara Israel terhadap masyarakat sipil Palestina seperti : melakukan pemanfaatan dalam konflik bersenjata, memanfaatkan penduduk sipil sebagai alat untuk kepentingan tentara Israel dalam konflik bersenjata. Pelanggaran yang telah dilakukan oleh Israel tersebut merupakan suatu hal yang dilarang dalam Konvensi Jenewa. Dijelaskan dalam Pasal 27 Ayat 1. Konvensi Jenewa IV menegaskan bahwa orang-orang harus diperlakukan dengan perikemanusiaan dan harus dilindungi secara khusus terhadap segala tindakan kekerasan atau ancaman kekerasan dan penghinaan. Berdasarkan Pasal tersebut jelas bahwa penduduk sipil harus dilindungi saat konflik bersenjata berlangsung. Hak-hak penduduk sipil dalam konflik bersenjata internasional dikemukakan dalam Additional protocol of the Genewa Convention of 12 August 1949 and Relating to the Protection of Victims of International Armed Conflicts. Pasal 13 menyatakan segala bentuk perlindungan sipil, yaitu : 44 1. Sipil berhak untuk memperoleh perlindungan umum. 2. Sipil tidak boleh menjadi sasaran peperangan. 3. Sipil dapat diungsikan bila dimungkinkan, ketika konflik bersenjata semakin bergejolak dan dikhawatirkan akan memakan korban jiwa pada penduduk sipil. Pada protokol tambahan I tersebut tampak jelas bahwa penduduk sipil berhak untuk dilindungan. Maka, segala bentuk pemanfaatan kemiliteran terhadap penduduk sipil tidak diperkenankan. 44 Op.Cit, Mochtar Kusumaatmaja, hlm. 59 Pada Pasal 28 Konvensi Jenewa IV menyatakan bahwa yang dilindungi tidak boleh digunakan untuk menyatakan sasaran tertentu kebal dari operasi militer. Pada dasarnya sipil merupakan pihak yang paling dilindungi dan kebal dari sasaran militer, oleh sebab itu terkadang sipil digunakan sebagai suatu alat demi keuntungan militer semata. Penduduk sipil berhak atas perlindungan dibawah Konvensi Jenewa IV, perlindungan tersebut menitik beratkan pada perlindungan sipil pada wilayah yang diduduki berhak atas suatu hak azasi terkait dengan hak atas rasa aman. Penduduk sipil berhak atas perlindungan dibawah naungan Konvensi Jenewa dan bebas dari segala rasa takut. Pasal 51 Konvensi Jenewa IV menyatakan bahwa pendudukan terhadap suatu wilayah tetap tidak membenarkan tindakan propaganda atau tekanan-tekanan yang bertujuan untuk memperoleh tenaga militer sukarela. Anak-anak dalam konflik bersenjata harus dipenuhi hak-haknya, seperti yang diatur dalam protokol II Konvensi Jenewa, antara lain : 1. Dalam bidang pendidikan, agama dan kesusilaan harus sesuai dengan keinginan atau paham orang tua mereka. Dalam hal ini jika anak tersebut yatim piatu. Maka tanggung jawab akan hal tersebut dilimpahkan kepada wali mereka. 2. Jika anak-anak dalam keadaan terpisah dari keluarganya, maka harus diambil langkah agar mereka bisa bersatu kembali. 3. Anak-anak yang belum mencapai usia 15 tahun tidak boleh direkrut untuk terlibat dalam permusuhan langsung. 4. Walaupun anak-anak tersebut ikut dalam permusuhan langsung, maka mereka akan diberikan perlindungan yang istimewa. 5. Memindahkan anak-anak sementara waktu dari daerah permusuhan yang sedang berlangsung diwilayahnya ke daerah yang lebih aman dan memberikan jaminan akan dilindungi oleh orang-orang yang bertanggung jawab atas keamanan dan kesejahteraan mereka. BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PADA KONFLIK BERSENJATA YANG TERJADI DI BERBAGAI BELAHAN DUNIA

A. Berbagai Kasus Konflik Bersenjata yang Melibatkan Anak-anak dan Bentuk Pelanggarannya