D. Asas-Asas Kontrak Operasi Bersama
Kontrak operasi bersama merupakan suatu jenis perjanjian yang tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, karena itu kontrak operasi
bersama ini tunduk kepada asas kebebasan berkontrak dan dibatasi oleh ketentuan-ketentuan di dalamnya. Asas-asas kontrak operasi bersama juga sama
dengan dengan asas hukum perjanjian lainnya yang disebut dalam perundang- undangan yang berkaitan, yaitu:
1. Asas kebebasan berkontrak
Setiap orang pada dasarnya bebas melakukan perjanjian.Hal ini sebagai realisasi dari asas kebebasan berkontrak.Kebebasan berkontrak pada dasarnya
adalah implementasi dari alam pikiran faham individualis. Mariam Darus Badrulzaman mensinyalir bahwa kebebasan berkontrak yang dituangkan ke dalam
Buku III KUHPerdata berlatar-belakang pada faham individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, diteruskan oleh kaum Eficuristen dan
berkembang pesat pada abad ke XVIII melalui pemikiran Huge de Groot Grotius, Thomas Hobbes, John Locke dan Rousseau. Puncak perkembangannya
dalam periode setelah revolusi Perancis.Faham individualis mengutamakan dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan eksistensi individu di dunia ini, termasuk dalam
memenuhi kebutuhannya.
61
Makna dan isi kebebasan berkontrak dalam sejarah perkembangannya, mengalami pergeseran sesuai dengan faham atau ideologi yang dianut oleh suatu
61
Mariam Darus Badrulzaman, Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahannya Bandung: Alumni, 1981, hlm. 118-119.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, dengan kalimat lain sejauh mana kebebasan seseorang melakukan kontrak dapat dibatasi oleh faham atau ideologi yang dianut suatu masyarakat.
Asas kebebasan berkontrak mula-mula muncul dan berlaku dalam hukum perjanjian Inggris sebagai awal dari sejarah timbulnya asas kebebasan berkontrak.
Menurut Treitel, sebagaimana dikutip oleh Remy Sjahdeini, freedom of contract digunakan untuk merujuk kepada dua asas umum, yaitu
62
Asas kebebasan berkontrak merupakan asas dalam hukum perjanjian yang dikenal hampir semua sistem hukum.Asas kebebasan berkontrak telah menjadi
asas hukum utama dalam hukum perdata, khususnya dalam hukum perjanjian, :
a. Asas umum yang mengemukakan bahwa hukum tidak membatasi syaratsyarat yang boleh diperjanjikan oleh para pihak; asas tersebut tidak
membebaskan berlakunya syarat-syarat suatu perjanjian hanya karena syaratsyarat perjanjian tersebut kejam atau tidak adil bagi satu pihak.
Menurut Treitel, asas ini ingin menegaskan bahwa ruang lingkup asas kebebasan berkontrak meliputi kebebasan para pihak untuk menentukan
sendiri isi perjanjian yang ingin mereka buat. b. Asas umum yang mengemukakan pada umumnya seseorang menurut
hukum tidak dapat dipaksa untuk memasuki suatu perjanjian. Menurut Treitel, dengan asas umum ini ingin mengemukakan bahwa asas
kebebasan berkontrak meliputi kebebasan bagi para pihak untuk menentukan dengan siapa dia ingin atau tidak ingin membuat perjanjian.
Asas ini merupakan asas umum yang bersifat universal.
62
Remy Syahdeini, “Asas Kebebasan Berkontrak dan Kedudukan yang seimbang dari kreditur dan debitur” Surabaya: Makalah disampaikan pada Seminar Ikatan Notaris Indonesia,
1993, hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
dikenal dalam civil law system maupun dalam common law system, bahkan dalam sistem hukum Islam.
63
2. Asas konsensualisme
Istilah konsensualisme berasal dari bahasa latinconsensus yang berarti sepakat. Arti asas konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan
yang timbul itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kata kesepakatan. Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai
hal-hal yang pokok dan tidaklah diperlukan sesuatu formalitas. Adakalanya undang-undang menetapkan bahwa untuk sahnya suatu perjajian diharuskan
perjanjian itu diadakan secara tertulis atau dengan akta notaris, tetapi hal demikian itu merupakan suatu kekecualian.
64
3. Asas daya mengikat kontrak pacta sunt servanda
Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata meyatakan bahwa semua perjajian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.Pengertian berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya menunjukkan bahwa undang-undang sendiri mengakui dan
menempatkan posisi para pihak dalam kontrak sejajar dengan pembuat undang- undang.
65
Pihak-pihak yang berkontrak dapat secara mandiri mengatur pola hubungan-hubungan hukum diantara mereka.Kekuatan perjanjian yang dibuat
secara sah mempunyai daya berlaku seperti halnya undang-undang yang dibuat
63
Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993, hlm. 38.
64
Subekti, Op Cit., hlm. 15.
65
Agus Yudha hernoko, Op.Cit., hlm. 127.
Universitas Sumatera Utara
oleh legislator dan karenanya harus ditaati oleh para pihak, bahkan jika perlu dapat dipaksakan dengan bantuan penegakan hukum hakim, juru sita.
66
Kekuatan mengikat kontrak khususnya terkait isi perjanjian atau prestasi, tidak hanya
mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjajian, diharuskan oleh kepatutan,
kebiasaan atau undang-undang.
67
4. Asas itikad baik
Sebagaimana diketahui bahwa dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata tersimpul asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme serta daya mengikat
perjanjian.Pemahan tersebut tidaklah dapat berdiri sendiri, asas-asas yang terdapat dalam pasal tersebut merupakan suatu sistem yang pada yang tidak dapat
dipisahkan dan bersifat integratif dengan ketentuan-ketentuan lainnya.Misalnya terkait dengan daya mengikatnya suatu perjanjian sebagai undang-undang bagi
para pihak yang membuatnya dibatasi oleh asas itikad baik.
68
Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata menyatakan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.Pengertian kata itikad baik dalam hal ini tidak
dijelaskan oleh perundang-undangan dengan jelas.Dalam kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan itikad adalah kepercayaan, keyakinan yang
teguh, maksud dan kemauan yang baik.
69
Pengertian itikad baik dalam dunia hukum mempunyai arti yang lebih luas daripada pengertian sehari-hari. Menurut Hoge Raad, dalam putusannya tanggal 9
66
Ibid.
67
Subekti, Op Cit, hlm. 15.
68
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hlm. 134.
69
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
februari 1923memberikan rumusan bahwa itikad baik harus dilaksanakan menurut kepatutan dan kepantasan.
70
Rancangan Undang-Undang RUU kontrak menyebutkan substansi itikad baik diatur dalam Pasal 1.7 dan 2.15, yang menekankan perlunya itikad baik dan
kejujuran good faith dan fair dealing dan melarang adanya proses perundingan kontrak yang didasari itikad buruk. Meskipun penekanan perlunya itikad baik dan
kejujuran diletakkan pada proses perundingan kontrak, namun tidak berarti pada proses berikutnya pada pelaksanaan kontrak itikad baik dapat dikesampingkan.
Itikad baik harusnya diartikan dan diterapkan pada seluruh proses berkontrak. Pengadilan Tinggi Bandung dalam perkara Ny. Lie Lian Joun v. Arthur
Tutuarima, No.911970perdP.T.B., menafsirknan pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik artinya
perjajian tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan kepatutan dan keadilan. Dengan demikian, pengadilan harus mempertimbangkan apakah dalam persoalan
yang dikemukakan kepadanya ada kepatutan dan keadilan atau tidak.Apabila dalam perjanjian tersebut tidak terdapat kepatutan dan keadilan maka hakim dapat
merubah isi perjajian tersebut.Perjanjian tidak hanya ditentukan oleh rangkaian kata dari para pihak, tetapi juga ditentukan oleh kepatutan dan keadilan.
71
Selain asas yang telah disebutkan diatas, sebagai salah satu bentuk dari kontrak bisnis, kontrak operasi bersama juga tunduk terhadap asas-asas pada kontrak
bisnis, antaral lain:
72
70
Ibid.
71
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hlm. 142.
72
Mahmul Siregar, “Perancangan dan Analisis Kontrak Bisnis” Medan: Handouts Bahan Ajar Kontrak Bisnis, 2015, hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
1. Asas kepribadian, merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang
akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan. Hal ini sesuai dengan maksud dari pasal 1315 KUHPerdata
menyatakan pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.
2. Asas keseimbangan, adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak
memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai hak untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi
melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakn perjanjian itu dengan itikad baik.
3. Asas persamaan hukum, bahwa subyek hukum yang mengadakan perjanjian
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dalam hukum. 4.
Asas perlindungan, bahwa antara debitur dan kreditur harus dilindungi oleh hukum.
5. Asas kepatutan, bahwa isi perjanjian haruslah sesuatu yang patut dan tidak
bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Hal ini sesuai dengan pasal 1339 KUHPerdata yang berbunyi “suatu perjanjian tidak hanya
mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakn dalm undang-undang, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh
kepatutan, kebiasaan atau undang-undang.” 6.
Asas moral, asas ini terkait dengan perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat
prestasi dari pihak debitur.
Universitas Sumatera Utara
7. Asas kepastian hukum, kepastian ini terungkap dari mengikatnya perjajian,
yaitu berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
E. Sahnya Kontrak Operasi Bersama