1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian tambang. Bahan galian itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara,
dan lain-lain.
1
Minyak bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk
aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batu bara atau endapan hidrokarbon lain yang
berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha minyak dan gas bumi.
Bahan-bahan galian tersebut, khususnya minyak dan gas bumi, memiliki peranan yang besar bagi pembangunan nasional karena hasil bahan
galian tersebut dapat memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dan berkelanjutan.
2
Gas bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperature atmosfer berupa fasa
gas yang diperoleh dari proses penambangan minyak dan gas bumi.
3
Minyak dan gas bumi umumnya ditemukan dan terdapat pada lokasi yang oleh geologis disebut sebagai jebakan-jebakan struktural dan startigrafic
structural and stratigraphic traps. Jebakan-jebakan tersebut merupakan
1
H. Halim. H.S., Hukum Pertambangan di Indonesia Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007, hlm. 1.
2
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Bab I, Pasal 1 Angka 1.
3
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Bab I, Pasal 1 Angka 2.
Universitas Sumatera Utara
2
bentukan-bentukan batuan reservoir yang mampu mewadahi minyak dan fluida gas terakumulasi. Minyak dan gas bumi bisa ditemukan di lapisan mana saja di
bawah permukaan tanah, namun pada umumnya kedua bahan galian tersebut dapat ditemukan ribuan kaki di bawah permukaan tanah.
4
Letaknya yang jauh dari permukaan tanah, membuat minyak dan gas bumi tidak bisa ditemukan dengan mudah sekalipun teknologi kini sudah berkembang
dengan sangat pesat.Analisa data yang dilakukan di permukaan tanah hanya dapat memberikan informasi primer yang tidak memadai untuk digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan komersial.Hal ini karena data yang diperoleh dari analisa pada permukaan tanah tidak akurat.Beberapa metode yang lebih canggih sudah
dikembangkan dan digunakan untuk menganalisa data-data komposisi di bawah permukaan tanah di daratan termasuk core drilling pengeboran untuk mengambil
barang contoh, seismic survey survei seismic, magnetic survey survei magnetik dan penginderaan jarak jauh dari satelit.Namun metode-metode ini
hanya mampu memberikan gambaran mengenai ada atau tidaknya minyak dan gas bumi pada formasi tertentu wilayah yang dianalisa.Metode-metode ini tidak
mampu memberikan data mengenai karakteristik minyak dan gas bumi tertentu.
5
Mengenai berapa banyak dan bagaimana karakteristik minyak dan gas bumi yang ditemukan di lokasi analisa tersebut hanya akan diketahui setelah
melakukan pengeboran. Oleh karena itu pengeboran merupakan suatu syarat mutlak dalam mencari minyak dan gas bumi. Setelah pengeboran eksplorasi dan
analisa data selesai dan disimpulkan produksi komersial feasible, maka pekerjaan
4
Rudi M. Simamora, Hukum Minyak dan Gas Bumi Jakarta: Djambatan, 2000, hlm. 1.
5
Ibid., hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya adalah menerjemahkan data-data yang ada menjadi suatu skenario produksi yang terdiri dari rencana pengeboran produksi dan pembangunan serta
pengelolaan fasilitas produksi yang kemudian diikuti dengan fase pengembangan produksi.
6
Fase produksi merupakan fase dimana perlu dibangun antara lain berupa anjungan produksi, jaringan pipa, separator, tangki penyimpanan, fasilitas
pemuatan, pompa, gudang peralatan dan fasilitas perkantoran yang tentu sangat diperlukan untuk mendukung operasi.
7
Kegiatan usaha minyak dan gas bumi terdiri atas:
8
1. Kegiatan usaha hulu yang mencakup :
a. eksplorasi;
b. eksploitasi;
2. Kegiatan usaha hilir yang mencakup :
a. pengolahan;
b. pengangkutan;
c. penyimpanan;
d. niaga;
Salah satu tujuan penyelenggaran kegiatan usaha minyak dan gas bumi yaitu untuk meningkatkan pendapatan negara untuk memberikan kontribusi yang
sebesar-besarnya bagi perekonomian nasional dan mengembangkan serta
6
Ibid., hlm. 4.
7
Ibid.
8
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Bab III Pasal 5.
Universitas Sumatera Utara
memperkuat posisi industri dan perdagangan Indonesia.
9
Kondisi ini menuntut pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi selanjutnya
disebut SKK MIGAS untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan kegiatan usaha minyak dan gas bumi. Pemerintah harus selektif dalam memilih kontraktor yang
diajak untuk menyepakati kontrak kerja sama. Kontrak kerja sama adalah kontrak bagi hasil atau bentuk kontrak kerja sama lain dalam kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi yang lebih menguntungkan negara dan hasilnya dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Untuk dapat mencapai tujuan dari penyelenggaran kegiatan usaha minyak dan gas bumi tersebut, tentu
penyelenggaran kegiatan usaha minyak dan gas bumi harus dikerjakan dengan seoptimal mungkin.
10
Industri perminyakan merupakan industri yang padat modal, berteknologi dan beresiko tinggi.Oleh karena itu umumnya pelaksanaan operasi perminyakan
tidak dijalankan sendiri oleh satu perusahaan, karena tidak tepat dan tidak hati- hati jika satu perusahaan bersedia menanggung seluruh tanggung jawab dan resiko
yang ada. Untuk itu perusahaan akan membentuk semacam konsorsium, membagi resiko dan beban biaya untuk memperoleh suatu kontrak pertambangan minyak
dan gas bumi. Atau cara lain adalah perusahaan tersebut menawarkan kembali kontrak yang ia dapat kepada pihak lain untuk berpartisipasi, yang sering disebut
dengan farmout.
11
9
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, Bab III, Pasal 3 Angka 1.
10
H. Salim H.S., Op.Cit., hlm. 286.
11
Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 112.
Universitas Sumatera Utara
Kerja sama antara para pihak dalam konsorsium tersebut salah satunya dapat diwujudkan melalui suatu kontrak operasi bersama joint operating
agreement. Perjanjian ini dilakukan antara badan usaha atau badan usaha tetap yang memiliki partisipasi dalam usaha tersebut. Peraturan perundang-undangan
mengakomodir untuk dilibatkannya pihak lain dalam operasi perminyakan baik melalui pengalihan, penyerahan, ataupun pemindahtanganan seluruh maupun
sebagian hak dan kewajiban kepada pihak lain setelah mendapatkan persetujuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM, berdasarkan pertimbangan
dari SKK MIGAS. Namun perjanjian ini hanya akan mengatur mengenai hal-hal antara para pihak yang terlibat dalam konsorsium tersebut, SKK MIGAS tidak
ikut campur dalam perjanjian ini, karena pada dasarnya SKK MIGAS tidak terpengaruh dengan pihak yang tergabung dalam konsorsium tersebut. Pemerintah
akan melihat bagian dari kontraktor selaku rekan kerja sama dalam penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi sebagai kepentingan yang
tidak terbagi-bagi undevided interest. Kontrak operasi bersama akan memberi batasan terhadap pelaksanaan
operasi yang dikerjakan bersama melalui kontrak operasi bersama. Selain itu kontrak operasi bersama juga menetapkan dasar-dasar alokasi hak dan tanggung
jawab antara para pihak, bagaimana tata cara pelaksanaan operasi oleh operator yang ditunjuk untuk itu dengan pengawasan dari komisi operasi operating
committee serta mengatur tentang prosedur akutansi, operasi tanpa partisipasi semua pihak, konsekuensi gagal berpartisipisi, rencana kerja dan anggaran,
Universitas Sumatera Utara
pembagian hasil produksi, tata cara pengambilan keputusan, kerahasiaan data, pengunduran diri, pengalihan saham pajak, dan lain-lain yang dianggap perlu.
12
Mengingat industri minyak dan gas bumi merupakan industri yang berteknologi dan beresiko tinggi maka tidak jarang terjadi kerugian pada
pelaksanaan operasi minyak dan gas bumi. Operator sebagai pihak yang diberikan Kontrak operasi bersama akan menunjuk pihak yang bertindak sebagai
operator. Pada umumnya pihak yang memiliki saham paling besar diantara para pihak akan ditunjuk untuk bertindak sebagai operator. Secara umum tugas dan
tanggung jawab operator adalah mengelola dan menjalankan operasi bersama di bawah pengawasan dari komisi operasi yang merupakan badan perwakilan dari
para pihak dan badan pengambil keputusan tertinggi. Dalam mengelola dan menjalankan operasi, operator diwajibkan untuk
melakukannya dengan : “a diligent, safe, efficient and workmanlike manner in accordance with
good and prudent oil field practices and conservation principles generally accepted in international petroleum industry under similar circumtences.”
terjemahan bebasanya adalah operator dalam menjalankan pelaksanaan operasi harus bertindak sebagai operator yang bijaksana, dengan itikad
baik melakukan kewajiban kontraktualnya dan dalam melakukan hal tersebut serta dalam keseluruhan pelaksanaannya dari tanggung jawabnya,
mengimplementasikan skala keahlian, ketelitian, kehati-hatian serta pemikiran ke masa depan yang dapat diterima.
12
Ibid.,hlm. 114.
Universitas Sumatera Utara
wewenang untuk mengelola dan menjalankan operasi tentu akan bertanggungjawab atas kerugian yang terjadi pada pelaksanaan operasi. Dalam hal
kerugian yang terjadi pada pelaksanaan operasi bukan merupakan kerugiaan atau kecelakaan yang terjadi sebagai akibat dari kecerobohan besar gross negligence
atau kesalahan disengaja willful misconduct oleh operator, apakah operator tetap akan harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut mengingat operator telah
menjalankan tugas dan fungsinya sesuai prinsip “a diligent, safe, efficient and workmanlike manner in accordance with good and prudent oil field practices and
conservation principles generally accepted in international petroleum industry under similar circumtences.”Bagaimana jika kerugian yang terjadi pada
pelaksanaan operasi merupakan hal diluar kendali operator atau sering disebut sebagai kerugian tidak langsung consequential damages yang timbul pada
pelaksanaan operasi?Hal inilah yang kemudian menjadi dasar pengulasan dan pembahasan pada skripsi ini.
B. Perumusan Masalah