Tanggung Jawab Operator Atas Kerugian Tidak Langsung dari Pelaksanaan Operasi pada Kontrak Operasi Bersama Perusahaan Minyak dan Gas Bumi

(1)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Ali, Chidir. Badan Hukum. Bandung: PT Alumni, 1991.

Amiruddin dan Zainal Asikin.Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Garafindo Persada, 2006.

Badrulzaman, Mariam Darus. Pembentukan Hukum Nasional dan

Permasalahannya. Bandung: Alumni, 1981.

Darmono, Djoko dkk.Mineral dan Energi Kekayaan Bangsa, Sejarah

Pertambangan dan Energi Indonesia.Jakarta: Kementerian ESDM, 2009.

Fuady, Munir. Doktrin Doktrin Modern Dalam Corporate Law. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002.

Halim. H. H.S. Hukum pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007.

Hernoko, Agus Yudha. Hukum Perjanjian, Asas Proporsional Dalam Kontrak

Komersial. Jakarta, kencana prenada media grup, 2009.

Jennings, Dennis R. and Horace R. Brock, Petroleum Accounting, principles,

procedures and Issues 5th edition. Denton: Professional Develompment

Institue, 1996.

Khairandy, Ridwan. Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak.Jakarta: Pasca Sarjana FH UI, 2003.

Lubiantara, Benny. Ekonomi MIgas, Tinjauan Aspek Komersial Kontrak MIgas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2012.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005.

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.

Roberts, Peter. Joint Operating Agreement, a Practical Guide. London: Globe Business Publishing Ltd, 2010.

Rusli, Hardijan. Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993.


(2)

Satrio, J. Hukum Perjanjian (Perjanjian Pada Umumnya), Cet. 1. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992.

Simamora Rudi M. Hukum Minyak dan Gas Bumi. Jakarta: Djambatan, 2000. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian hukum normatif : Suatu

Tinjauan Singkat. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2003.

Subekti, Hukum Perjanjian. Jakarta : PT. Inermasa, 1979.

Sutedi, Adrian. Hukum Pertambangan . Jakarta, Sinar Grafika, 2011.

Umar, Husein. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2005.

Widjaja, Gunawan. Memahami Prinsip Keterbukaan (Aanvullend Recht) Dalam

Hukum Perdata.Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006.

_______________. Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris & pemilik PT. Jakarta: Forum Sahabat, 2008.

Williamson, K. D. and Frederick J. Edeskuty, Recent Developments In Hydrogen

Technology. Florida: CRC Press, Inc, 1984.

Wright, Charlotte J and Rebecca A. Gallun.International Petroleum

Accounting.USA, Penwell Corporation, 2004. B. Peraturan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi Yang Dapat Dikembalikan Dan Perlakuan Pajak Penghasilan Di Bidang Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi.


(3)

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 1158 K/008/MPE/1989 tentang Ketentuan Pelaksanaan Mengenai Dampak Lingkungan dalam Usaha Pertambangan dan Energi.

Pedoman Tata Kerja (PTK) SKK MIGAS No. 007/PTK/VI/2004 tentang Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor Kerja Sama.

Republik Indonesia, Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 29 Tahun 2009.

C. Skripsi, Tesis, dan Makalah

Allen D Cummings, the joint operating agreement, the basics Makalah Minyak dan Gas Bumi disampaikan di Texas, 2012.

Bahan Ajar Perancangan dan Analisis Kontrak Bisnis Oleh Mahmul Siregar, pada Maret 2015.

Christiana Tri Budhayati, Asas Kebebasan Berkontrak dalam Hukum Perjanjian Indonesia, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana, 2009.

Fortries Aurelia Samahi, Identifikasi Bahaya Kecelakaan Blowout pada Drilling

Process Menggunakan Metode Cause Consequences Analycis (CCA) di

PT pertamina EP Region Jawa Area Cepu. Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh November, 2011.

Kementerian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia, Hambatan

Pengeboran dan Pemancingan.

LEMIGAS, Kamus minyak dan gas bumi, 1985.

Raditya Kosasih , Analisa perjanjian operasi bersama (joint operating agreement) dalam kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi. Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2009.

Remy Syahdeini, Asas Kebebasan Berkontrak dan Kedudukan yang seimbang dari kreditur dan debitur, makalah yang disampaikan pada Seminar Ikatan Notaris Indonesia di Surabaya pada tanggal 27 April 1993.


(4)

D. Website

(diakses pada 06 Maret 2016).

(diakses pada 06 Maret 2016).

(diakses pada 12 maret 2016).

(diakses pada 05 Maret 2016).

Law Educati


(5)

BAB III

TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PELAKSANAAN OPERASI PADA KONTRAK OPERASI BERSAMA PERUSAHAAN MINYAK DAN

GAS BUMI

A. Tinjauan Umum tentang Operasi Minyak dan Gas Bumi

1. Sejarah dan pengertian operasi minyak dan gas bumi

Para peneliti sebelum Indonesia merdeka, yang umunya berkebangsaan Belanda telah mengumpulkan data geologi mengenai bentangan luas wilayah-wilayah dengan liku-liku khas dimana di dalamnya terkandung berbagai sumber daya mineral, bijih, minyak dan gas bumi, panas bumi, batubara, dan air tanah. Perlahan para peneliti yang bekerja pada Dienst van het mijnwezen (Dinas Pertambangan) mulai memperlihatkan hasil kerja mereka.106

Tidak dapat disangkal bahwa minyak dan gas bumi berperan besar dalam percaturan dunia.Sebelum abad ke-19 berakhir, minyak dan gas bumi masuk dalam jajaran sumber energi, yang sebelumnya hanya batubara, kayu, air, dan angina yang dikenal sebagai sumber energi. Dari bahan dasar minyak dan gas bumi dapat diperoleh sederet bahan lain, hasil akhir atau bahan yang masih dapat diproses lebih lanjut.107

Masa prakemerdekaan adalah masa dimana pencaraian minyak dan gas bumi secara komersial dilakukan pertama kali, yaitu pada tahun 1871 oleh pengusaha Belanda Jan Reerink, dan kemudian pada tahun 1883, Aeilko Jans Zijlker melakukan eksploitasi minyak dengan membentuk badan usaha komersial

106

Djoko Darmono dkk, Mineral dan Energi Kekayaan Bangsa, Sejarah Pertambangan

dan Energi Indonesia (Jakarta: Kementerian ESDM, 2009), hlm. 1.

107


(6)

dengan konsesi telaga said dari Sultan Langkat. Sejarah industri minyak dan gas bumi di Indonesia dimulai dari usaha keras Jan Reerink dalam melakukan pemboran minyak secara komersial pada tahun 1871 di lereng gunung Ciremai, Jawa Barat. Empat rig (menara pemboran) yang ditancapkan oleh Jan Reerink dengan tenaga lembu ternyata gagal menghasilkan minyak bumi dalam jumlah yang komersial.108

Adanya penemuan minyak mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan minyak di Indonesia. Ziljker dengan bermodalkan penemuan minyak di telaga said kemudian menjual ide pendirian industri minyak di Indonesia. Dengan usaha yang sungguh-sungguh dan didukung oleh teman-temannya di Den Haag, maka pada tanggal 16 Juni 1890 berdirilah Koninklijke Nederlandsche Petroleum

Company atau lebih dikenal dengan royal dutch petroleum company yang

memproduksi, mengolah dan memasarkan minyak bumi dengan mengambil alih konsesi telaga said. Perusahaan lain yang juga beroperasi pada masa itu adalah

shell Transport and Trading yang membangun kilang pengolahan di Balikpapan,

Kalimantan Timur pada tahun 1894.109

Menyadari besarnya potensi sumber daya minyak dan gas bumi Indonesia dan besarnya penghasilan (revenue) yang mungkin didapatkan, pemerintah Hindia Belanda pada masa itu mengeluarkan Indische mijn wet untuk memberikan pengaturan terhadapa eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di Indonesia. Mengikuti perkembangan waktu, banyak perubahan pengaturan dalam bidang minyak dan gas bumi dimulai dari Indische mijn wet hingga

108

Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan (Jakarta, Sinar Grafika, 2011), hlm. 49.

109


(7)

Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang berlaku sekarang.110

Pengertian operasi pada operasi minyak dan gas bumi adalah seluruh kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan penanaman modal setelah perjanjian pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi antara negara dan kontraktor ditandatangani.Operasi ini mencakup semua kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan produksi.111

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa operasi minyak dan gas bumi merupakan seluruh kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi.Kegiatan usaha hulu adalah kegiatan usaha yang berintikan dan bertumpu pada kegiatan usaha, yaitu meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.112 Tujuan kegiatan eksplorasi adalah113

a. Memperoleh informasi mengenai kondisi geologi. :

b. Menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi. c. Menentukan wilayah kerja tertentu. Yaitu daerah tertentu di dalam wilayah

hukum pertambangan Indonesia untuk pelaksanaan eksplorasi.

Tujuan kegiatan eksploitasi adalah untuk menghasilkan minyak dan gas bumi dari wilayah kerja yang ditentukan, yang terdiri atas114

a. Pengeboran dan penyelesaian sumur.

:

b. Pembangunan sarana pengangkutan.

110

Ibid., hlm. 50.

111

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 112.

112

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Bab I, Pasal 1.

113

H. Halim H.S., Op.Cit., hlm. 285-286.

114


(8)

c. Penyimpanan.

d. Pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian minyak dan gas bumi di lapangan.

e. Kegiatan lain yang mendukungnya.

2. Kegiatan-kegiatan pada usaha minyak dan gas bumi

Operasi minyak dan gas bumi dapat dibagi kedalam lima kegiatan yang berbeda, yaitu115

a. Eksplorasi dan produksi :

Disini titik berat kegiatan diarahkan pada usaha pencarian minyak dan gas bumi dan kemudian memproduksi minyak dan gas bumi yang telah ditemukan tersebut. Menurut Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 29 Tahun 2009 (selanjutnya disebut PSAK No. 29 Tahun 2009) kegiatan eksplorasi (exploration) atau pencarian adalah setiap usaha dalam rangka mencari dan menemukan cadangan minyak dan gas bumi di daerah-daerah yang belum terbukti mengandung minyak dan gas bumi, yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut116

115

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 7.

116

Republik Indonesia, Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) Nomor 29 Tahun 2009.

:

1) Mengusahakan izin untuk memulai kegiatan eksplorasi di daerah tertentu.

2) Melakukan berbagai kegiatan penyelidikan geologis dan geofisika di lapangan.


(9)

4) Melakukan pengeboran sumur, termasuk sumur uji stratigrafi, di daerah yang belum terbukti mengandung cadangan.

5) Memperoleh dan membangun aktiva tetap yang berhubungan dengan kegiatan di atas.

6) Menggunakan jasa yang diperlukan sehubungan dengan kegiatan di atas.

b. Pengolahan

Kegiatan ini ditujukan untuk mengolah produk hydrocarbon menjadi berbagai produk olahan sehingga dapat dipakai langsung oleh konsumen atau diolah kembali menjadi produk lainnya. Kegiatan pengolahan hydrocarbon dapat menghasilkan berbagai produk antara lainbutane, propane, pentane dan seterusnya. Gas bumi dapat diolah menjadi LNG dan LPG dan berbagai produk yang dibutuhkan oleh industri petrokimia.Disamping itu masih ada produk ikutanlainnya berupa aspal dan lilin.

c. Penyimpanan

Setelah minyak dan gas bumi dikeluarkan dari perut bumi atau setelah minyak dan gas bumi selesai diolah menjadi berbagai produk hydrocarbon, dibutuhkan tempat dan usaha penyimpanan sementara sebelum diserahkan kepada konsumen. Media penyimpanan masing-masing produk umunya terpisah satu sama lain.

d. Pengangkutan

Fungsi ini bertujuan untuk mengantarkan hasil produksi ke konsumen. Pengangkutan hasil produksi dapat dilakukan dengan metoda pengangkutan darat


(10)

berupa mobil tangki atau kereta api atau dengan jaringan pipa, selain itu juga dapat melalui metoda pengangkutan laut berupa kapal tanker dan mungkin juga jaringan pipa bawah laut. Dalam kondisi tertentu dapat juga dilakukan denganmetoda pengangkutan udara, misalnya untuk menjangkau daerah terpencil yang tidak memungkinkan untuk dilalui melalui jalur darat maupun laut.

e. Pemasaran

Kegiatan terakhir adalah memasarkan hasil produksi, mencari konsumen dan mengikat perjanjian jual beli dengan pembeli dan mengelola pasar yang ada maupun pasar potensial.

3. Pihak-pihak yang dapat melakukan kegiatan operasi minyak dan gas bumi Minyak dan gas bumi sebagai sumber daya alam strategis taterbarukan yang terkandung di dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh Negara.Penguasaan oleh Negara tersebut diselenggarakan oleh pemerintah sebagai pemegang kuasa pertambangan dengan membentuk badan pelaksana untuk menyelenggarakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.117

Penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi bertujuan118

a. Menjamin efektivitas dan pengendalian kegiatan usaha eksplorasi dan eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna, serta berdaya saing tinggi dan berkelanjutan atas minyak dan gas bumi milik Negara yang strategis dan tidak terbarukan melalui mekanisme yang terbuka dan transparan.

:

117

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi bagian menimbang.

118

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Bab I, Pasal 3.


(11)

b. Menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan niaga secara akuntabel yang diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan.

c. Menjamin efisiensi dan efektivitas tersedianya minyak dan gas bumi, baik sebagai sumber energi maupun sebagai bahan baku, untuk kebutuhan dalam negeri.

d. Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional.

e. Meningkatkan pendapatan Negara untuk memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya bagi perekonomian nasional dan mengembangkan serta memperkuat posisi industri dan perdagangan Indonesia.

f. Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang adil dan merata, serta tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dikendalikan dan dilaksanakan melalui kontrak kerja sama (KKS) untuk mencipatakan iklim usaha perminyakan sesuai dengan tujuan mulia perundang-undangan,. Kontrak kerja sama adalah kontrak bagi hasil atau bentuk kontrak kerja sama lain dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang lebih menguntungkan negara.119

119


(12)

Kontrak kerja sama yang dibuat dengan kontraktor tersebut harus memenuhi persyaratan berikut ini120

a. Kepemilikan sumber daya minyak dan gas bumi tetap di tanga pemerintah sampai pada titik penyerahan.

:

b. Pengendalian manajemen atas operasi yang dilaksanakan oleh kontraktor berada pada badan pelaksana.

c. Modal dan resiko seluruhnya ditanggung oleh kontraktor.

Peraturan perundang-undangan mensyaratkan bahwa dalam kontrak kerja sama minyak dan gas bumi seluruh biaya dan resiko ditanggung oleh kontraktor. Mengingat industri perminyakan merupakan industri padat modal, berteknologi dan beresiko tinggi, peraturan perundang-undangan memberikan kepada kontraktor hak untuk mengalihkan, menyerahkan, dan memindahtangankan sebagian atau seluruh hak dan kewajibannya (participating interest) kepada pihak lain.121

Sejak disetujuinya kontrak kerja sama dan rencana pengembangan yang pertama kali akan diproduksikan dari suatu wilayah kerja, kontraktor wajib menawarkan participating interest 10% kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Apabila BUMD tidak menyanggupi penawaran dari kontraktor dalam jangka waktu paling lama 60 hari sejak tanggal penawaran. Selanjutnya kontraktor wajib menawarkan kepada perusahaan nasional, apabila perusahaan

120

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Bab IV, Pasal 24 angka (2).

121

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Bab IV, Pasal 33.


(13)

nasional tidak menyanggupi dalam jangka waktu paling lama 60 hari sejak tanggal penawaran, maka penawaran dinyatakan tertutup.122

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan operasi minyak dan gas bumi dapat dilaksanakan oleh:

Beban biaya dan resiko yang tinggi tersebut haruslah dibagi, maka kontraktor akan membentuk semacam konsorsium untuk membentuk kontrak pertambangan minyak dan gas bumi ataupun cara lain adalah dengan menawarkan kepada pihak lain untuk berpartisipasi dalam operasi minyak dan gas bumi dari kontrak kerja sama yang telah didapatkan kontraktor.

123

a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.124 b. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha atau perusahaan yang didirikan oleh pemerintah daerah dan seluruh modalnya dimiliki pemerintah daerah, dengan tujuan mengembangkan perekonomian daerah. c. Badan usaha swasta

Badan usaha swasta adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh pihak swasta.

122

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Bab IV, Pasal 34 – Pasal 35.

123

H. Halim HS, Op.Cit., hlm. 287.

124

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Bab I, Pasal 1 Angka (1).


(14)

B. Tinjauan Umum Tentang Pelaksanaan Operasi pada Kontrak Operasi Bersama Perusahaan Minyak dan Gas Bumi

Operasi minyak dan gas bumi adalah seluruh kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan penanaman modal setelah perjanjian pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi antara negara dan kontraktor ditandatangani.Operasi ini mencakup semua kegiatan operasi, pengembangan, dan produksi.125 Operasi minyak dan gas bumi dapat dibagi menjadi lima kegiatan yang berbeda, yaitu:126

1. Eksplorasi dan produksi. 2. Pengolahan.

3. Penyimpanan. 4. Pengangkutan. 5. Pemasaran.

Tiap-tiap kegiatan ini memerlukan teknologi dan pola manajemen sendiri dan relatif berbeda. Tiap kegiatan memiliki pola manajemen sebagai berikut:127 1. Pelaksanaan eksplorasi dan produksi

Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan sesuatu.128

125

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 112.

126

Ibid., hlm. 7.

127

Ibid., hlm. 8.

Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi

(diakses


(15)

mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi di wilayah kerja yang ditentukan.129

Kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi meliputi salah satu atau keseluruhan kegiatan berikut130

Mencari lokasi cadangan migas harus melalui studi geologi dan geofisika yang cermat.Dalam studi geologi, para ahli geologi melakukan survei untuk memetakan kondisi permukaan bumi secara detail.

: a. Survei geologi

131

Survei geologi dilakukan secara sistematis dan rinci atas struktur fisik batuan yang membentuk lapisan paling atas dari kerak bumi dikumpulkan dari masing-masing bagian lapangan yang dipetakan dan diselidiki untuk menentukan umur, urutan kronologis batuan sedimen untuk mengetahui posisi struktur yang mengandung minyak.geolog minyak menggolongkan akumulasi hidrokarbon dalam tiga jenis jebakan yang disebut jebakan anticlinal, jebakan patahan, dan jebakan stratigrafik.132

Survei geokimia adalah analisis kimia atas b. Survei geokimia

diambil dengan proses pengintian. Survei geokimia merupakan salah satu metode yang digunakan ahli geologi untuk menemukan adanya minyak yang merembes

129

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Bab I, Pasal 1 angka (8).

130

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 1158 K/008/M.PE/1989, Bab I, Pasal 1 angka (4).

(diakses pada 06 maret 2016)

132


(16)

ke lapisan paling atas.Rembesan minyak biasa ditemukan pada banyak tempat di bumi ini, dan analisis sedimen secara kimiawi dapat menuntun kepada penemuan

suatu133

c. Survei geofisika

Survei geofisika meliputi survei seismik yang dilakukan untuk memetakan kondisi lapisan bebatuan di bawah permukaan tanah.Gambaran lapisan bebatuan diperoleh dengan mencatat gelombang pantulan getaran dari dalam tanah pada kedalaman tertentu dan direkam oleh alat pencatat penerima getaran, semacam alat pendeteksi gempa. Di darat, Getaran itu diperoleh dengan cara meledakkan dinamit yang ditanam pada kedalaman tertentu. Sedangkan dalam survei seismik laut, sumber getaran dibuat dari pelepasan tekanan tinggi dari alat yang disebut air gun.134

d. Pemboran eksplorasi

Hasil studi Geologi dan Geofisika yang menyatakan adanya prospek cadangan hidrokarbon ditindaklanjuti dengan melakukan pengeboran sumur eksplorasi.135Pemboran eksplorasi dilakukan dengan sistematis dan terperinci untuk mengetahui letak terbaik sumur galian yang harus dibangun.136

Setelah pengeboran eksplorasi dan analisa data selesai dan disimpulkan produksi komersial feasible, maka pekerjaan selanjutnya adalah menerjemahkan data-data yang sudah diperoleh menjadi scenario produksi.Fase selanjutnya adalah

133

LEMIGAS, 1985 Kamus Minyak dan Gas Bumi

(diakses pada 06 maret 2016)

(diakses pada 06 maret 2016)

136


(17)

fase pengembangan dan produksi, tetapi eksplorasi tetap berjalan terus mencari sumber minyak baru untuk kesinambungan produksi.137

Dalam fase produksi akan dibangun anjungan produksi, jaringan pipa, separator, tangki penyimpanan, fasilitas pemuatan, pompa, gudang peralatan dan fasilitas perkantoran serta hal lain yang diperlukan untuk mendukung operasi. Kegiatan produksi sebenarnya berkaitan bagian dari kegiatan, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran.138 Apabila dikaitkan dengan teknik produksi, masa produksi dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu139

1) Periode produksi awal atau alamiah (primary production) :

Periode ini minyak dan/atau gas bumi diproduksi atau dikeluarkan dari perut bumi secara alamiah.Tekanan yang ada dalam jebakan secara alamiah mendorong minyak dan/atau gas bumi keluar dari perut bumi untuk ditampung fasilitas produksi yang ada di permukaan.

2) Periode produksi sekunder (secondary recovery)

Periode ini cara yang dilakukan untuk mengeluarkan minyak dan/atau gas bumi dari perut bumi dilakukan dengan cara menyuntikkan kembali gas atau air ke dalam formasi untuk menghasilkan tekanan tertentu atau mengarahkan minyak dan/atau gas bumi ke arah tertentu dalam reservoir.

137

Ibid.

138

Charlotte J Wright and Rebecca A. Gallun, International Petroleum Accounting (USA, Penwell Corporation, 2004), hlm. 28.

139


(18)

3) Periode produksi tertier (tertiary recovery)

Periode ini, minyak dan/atau gas bumi hanya dapat dikeluarkan dari perut bumi dengan memasukkan bahan kimia tertentu ke dalam formasi dengan tujuan yang sama, yaitu mengeluarkan minyak dan/atau gas bumi dari perut bumi menuju permukaan.

2. Pelaksanaan pengolahan

Pengeboran minyak bumi menghasilkan minyak mentah yang harus diproses lagi.Kandungan utama minyak mentah hasil pengeboran merupakan campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon.Campuran hidrokarbon dalam minyak mentah terdiri atas berbagai senyawa hidrokarbon, misalnya senyawa alkana, aromatik, naftalena, alkena, dan alkuna.Senyawa-senyawa ini memiliki panjang rantai dan titik didih yang berbeda-beda.Semakin panjang rantai karbon yang dimilikinya, semakin tinggi pula titik didihnya.Agar dapat digunakan untuk berbagai keperluan, komponen-komponen minyak mentah harus dipisahkan berdasarkan titik didihnya.140 Tahapan pengolahan minyak mentah meliputi:141

a. Destilasi

Dalam proses destilasi ini minyak mentah (minyak bumi yang telah terpisah dari gas alam) dipanaskan dalam boiler. Dari pemanasan ini diperoleh uap minyak mentah, yang kemudian dipompakan masuk ke dalam kolom destilasi. Dalam pergerakannya, uap minyak menjadi dingin. Sebagian uap pada ketinggian


(19)

tertentu mengalami kondensasi membentuk cairan.Zat cair yang diperoleh dalam suatu kisaran suhu tertentu ini disebut fraksi.142

Fraksi yang mengandung karbon lebih sedikit (Mr-nya kecil), mendidih lebih dahulu.Karena bobotnya ringan, maka bergerak lebih cepat dan terkondensasi di bagian atas kolom destilasi.Kemudian disusun fraksi yang mengandung karbon lebih banyak, dan seterusnya sampai pada fraksi yang kandungan karbonnya paling tinggi.143 Masing-masing fraksi minyak bumi yang telah dipisahkan ini selanjutnya mengalami proses desulfurisasi (penghilangan belerang).144

b. Perengkahan (cracking)

Fraksi-fraksi minyak bumi hasil fraksinasi tidak langsung digunakan atau dipasarkan.Hasil destilasi merupakan produk-antara dalam pengolahan minyak bumi.Fraksi-fraksi yang diperoleh diolah kembali sesuai dengan kebutuhan jumlah rantai karbonnya. Proses perengkahan ini dimaksud untuk memecahkan hidrokarbon yang lebih tinggi menjadi molekul-molekul yang lebih kecil.145

c. Reforming

Setelah hidrokarbon dipecah menjadi molekul-molekul yang lebih kecil, selanjutnya dilakukan proses pengubahan struktur molekul dari hidrokarbon

(diakses pada 06 maret 2016)

(diakses pada 06 maret 2016)

(diakses pada 06 maret 2016)


(20)

parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi. proses inilah yang disebut dengan reforming.146

d. Alkilasi dan polimerisasi

Alkilasi merupakan proses penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi molekul-molekul yang lebih panjang dan bercabang. Polimerisasi merupakan penggabungan molekul-molekul kecil (gas) dengan rantai karbon kurang dari lima menjadi molekul-molekul yang lebih besar Alkilasi pada dasarnya sama dengan polimerisasi, hanya berbeda pada bagian-bagian dari

charging stock need be unsaturated.

e. Treating

Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotor-pengotornya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut147

4) Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk minyak pelumas.

:

1) Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.

2) Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.

3) Dewaxing, yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat molekul tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas dengan pour pointyang rendah.

maret 2016)


(21)

5) Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.

f. Blending

Blending merupakan proses pengolahan produk setelah melalui langkah-langkah sebelumnya agar memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Misalnya ditambahkan bahan aditif TEL (tetraethyl lead) yang berfungsi untuk mengurangi ketukan (knocking) pada mesin.Suatu bahan inhibitor dicampur pada bensin agar bensin dapat disimpan lebih lama. Di negara yang mengalami empat musim, ke dalam bensin ditambahkan zat tertentu agar cepat menguap walaupun musim dingin.148

3. Pelaksanaan penyimpanan

Setelah minyak dan gas bumi dikeluarkan dari perut bumi atau setelah melewati proses pengolahan menjadi berbagai produk hidrokarbon, dibutuhkan tempat dan usaha penyimpanan sementara sebelum dipasarkan kepada konsumen. media penyimpanan untuk masing-masing produk adalah berbeda.149

Persediaan minyak mentah yang dimiliki sebagai hasil dari operasi bersama biasanya disimpan dalam tanks, underground hydrogen storage,

metal-hydried hydrogen system, microshere storage, dan liquid hydrogen storage.150

a. Tanks

Setiap jenis tangki memiliki bentuk serta spesifikasi masing-masing sebagai tempat penampungan, seperti yang kita ketahui fraksi-fraksi yang telah

maret 2016)

149

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 7.

150


(22)

diolah memiliki kondisi dan sifat-sifat yang berbeda, sehingga dalam pemilihan jenis tangki harus disesuaikan dengan karakteristik fraksi yang akan ditampung di dalamnya.151

Tangki penyimpanan minyak bumi harus dijamin dapat dioperasikan dengan baik dan aman maka dalam pemilihan dan pengoperasiaanya harus memenuhi beberapa aspek ketentuan yang berlaku sehingga dalam penggunaanya tidak menimbulkan masalah dan keadaan-keadaan yang tidak diinginkan. Faktor-faktor utama yang harus diperhatikan saat pemilihan jenis tangki yaitu152

1) Tekanan uap (vapour pressure), tekanan operasi (operating pressure), temperatur penyimpanan dan flash point.

:

2) Kapasitas tangki.

3) Kontrol uap yang diizinkan yang mengacu pada standar API (publication 2517, 2518 dan 2519 yang menggambarkan evaporation losses dari berbagai jenis tangki penyimpanan).

4) Safety and fire hazard.

5) Perlindungan terhadap isi tangki agar tidak terjadi perubahan molekul ataupun bentuk fisik lainnya.

6) Temperatur dan tekanan standar yang diperlukan. 7) Temperatur terhadap perlindungan lingkungan. b. Underground Hydrogen Storage


(23)

Penyimpanan minyak mentah di bawah permukaan tanah dibagi ke dalam dua jenis penyimpanan, yaitu :porous media storage (porous media storage adalah penyimpanan dalam media berpori di bawah tanah)dan cavern storage (yaitu media penyimpanan bawah tanah yang menyerupai gua-gua untuk menyimpan hydrogen sesuai jenis dan karakternya masing-masing).153

4. Pelaksanaan pengangkutan

Pengangkutan hasil produksi kepada konsumen dapat dilakukan dengan pengangkutan darat berupa mobil tangki, kereta api atau jaringan pipa, dapat pula dengan pengangkutan jalur laut berupa kapal tanker atau jaringan pipa bawah laut serta dengan pengangkutan jalur udara (dengan kondisi tertentu).154

Pengangkutan pada kegiatan usaha hulu minyak bumi adalah pembangungan dan pengadaan sarana pengangkutan yang akan digunakan untuk mengantarkan hasil produksi ke tempat penyimpanan dan/atau kepada konsumen155

Pembangunan jalur pipa migas, baik pipa transmisi yang bersifat nasional maupun pipa dari sumur migas ke stasiun pengumpul dan atau ke FSO (Floating Storage Offloading) diperlukan perencanaan yang baik, sehingga dapat meminimalkan dampak negatifnya.156

153

K. D. Williamson and Frederick J. Edeskuty, Recent Developments In Hydrogen

Technology (Florida: CRC Press Inc, 1984), hlm. 19.

154

Rudi M Simamora, Op.Cit.,hlm. 8.

155

H.Halim H.S., Op.Cit.,hlm. 286.

156

Tri Muji Susantoro, Dan Suliantara Lembaran Publikasi Lemigas Vol. 44. No. 1, April 2010, hlm. 55-62.


(24)

5. Pelaksanaan pemasaran

Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan terakhir dalam operasi minyak dan gas bumi.kegiatan ini meliputi pencarian konsumen dan mengikat perjanjian jual beli dengan pembeli dan mengelola pasar yang ada maupun pasar potensial.157

Kegiatan pemasaran meliputi158

a. Kegiatan pemasaran BBM dan Non-BBM dalam negeri : :

1) analisis pasar;

2) perencanaan penjualan dan pemakaian sendiri;

3) pengadaan yang mencakup antara lain pencampuran dan pengisian produk ke dalam kemasan serta penyalurannya;

4) pelaksanaan penjualan;

5) penyuluhan, pengendalian mutu, pembinaan saluran penjualan, dan promosi;

b. kegiatan penjualan dan pengadaan minyak mentah untuk diekspor keluar negeri :

1) analisis pasar;

2) perencanaan kebutuhan penyediaan dan pemasaran minyak mentah dan produk untuk diekspor;

3) perencanaan pemenuhan kebutuhan para pembeli/calon pembeli minyak mentah dan produk kilang;

4) pengembangan pangsa minyak mentah dan produk kilang;

157

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 8.

158


(25)

5) penetapan harga dan biaya administrasi;

6) persiapan dan penyelesaian kontrak penjualan minyak mentah dan produk kilang;

7) pengaturan jadwal pengangkutan minyak mentah dan produk kilang serta pelaksanaannnya;

8) pemberitahuan data pengangkutan kepada pembeli;

9) pengawasan kualitas minyak mentah dan produk kilang yang diekspor; 10)penyiapan dan penyelesaian faktur;

c. kegiatan pengadaan dan penjualan gas : 1) analisis pasar;

2) perencanaan penjualan dan pemakaian sendiri;

3) pengadaan yang mencakup antara lain pencampuran dan pengisian produk ke dalam kemasan serta penyalurannya;

4) pelaksanaan penjualan;

5) penyuluhan, pengendalian mutu, pembinaan saluran penjualan, dan promosi;

C. Tanggung Jawab Para Pihak pada Pelaksanaan Operasi pada Kontrak Operasi Bersama Perusahaan Minyak dan Gas Bumi

Pelaksanaan operasi pada kontrak operasi bersama perusahaan minyak dan gas bumi adalah tahap yang sangat panjang, meliputi seluruh kegiatan operasi minyak dan gas bumi yang disepakati dalam kontrak operasi bersama.Para pihak dalam kontrak operasi bersama memiliki tanggungjawab yang berbeda-beda dalam pelaksanaan operasi yang panjang tersebut sesuai dengan participating


(26)

interest masing-masing pihak.Operator adalah pihak yang bertanggungjawab

dalam pengelolaan dan pelaksanaan operasi bersama.159 1. Pembiayaan

Pembiayaan operasi bersama sejak awal merupakan tanggungan bersama para pihak dengan pembebanan yang proporsional sesuai dengan besarnya saham masing-masing pihak dalam kontrak.160

Waktu pelaksanaan pengembangan sebagian biaya dapat dibiayai oleh pinjaman, persentase pembiayaan dengan pinjaman dapat meningkat pada periodek produksi.Pinjaman ini dapat digunakan untuk ekspansi kapasitas produksi, optimalisasi lapangan, dan lain-lain. Beberapa tipe mekanisme pendanaan pihak luar dapat berupa

Khususnya kegiatan eksplorasi, sumber dananya tentu murni dari internal perusahaan/ekuitas (equity financing). Untuk kegiatan pengembangan dan produksi, perusahaan minyak dan gas bumi dapat memanfaatkan sumber dana dari pihak luar untuk pembiayaan proyek tersebut.

161

a. Development finance, yaitu pembiayaan dilakukan untuk pengembangan

suatu lapangan baru (green field). :

b. Reserved based finance, yaitu mekanisme pembiayaan proyek minyak dan

gas bumi dimana peminjaman dana dilakukan dengan menggunakan jaminan berupa produksi yang diharapkan dari lapangan.

159

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm.115.

160

Allen D Cummings, The Joint Operating Agreement, The Basics (Texas: Makalah disampaikan pada seminar Minyak dan Gas Bumi, 2012), hlm. 4.

161


(27)

c. Borrowing base, yaitu peminjaman dana dimana pembayaran diperoleh

dari pendapatan beberapa lapangan minyak dan gas bumi yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan.

d. Mezzanine, yaitu merupakan utang yang berhak untuk dikonversi menjadi

ekuitas apabila pinjaman tersebut tidak dapat dikembalikan tepat pada waktu atau tidak dikembalikan sesuai jumlah yang ditetapkan. Pembiayaan ini berbentuk hybrid, perpaduan antara utang dan ekuitas

Dalam hal pembiayaan biaya eksplorasi sebagaimana disebut diatas bahwa biasanya dalam pelaksanaan eksplorasi seluruh biaya ditanggung oleh perusahaan yang terlibat, para pihak biasanya akan memberikan uang muka pembiayaan operasi kepada operator untuk dikelola di dalam suatu rekening bersama. Mekanisme penyetoran uang muka disebut dengan istilah permohonan tunai (cashcall).162

Para pihak tidak boleh melepaskan dirinya dari kewajiban memenuhi cash

call sesuai dengan cara dan batas waktu yang disepakati dalam prosedur akutansi

perjanjian operasi bersama. pengecualian pembayaran cash call hanya berlaku bagi pihak non-partisipan. Apabila salah satu pihak tidak mampu membayar cash

Jika salah satu pihak yang terlibat dalam kontrak operasi bersama adalah negara, umunya ketetapan mengenai cash call tidak berlaku bagi negara. Hal ini dikarenakan pada semua bentuk kontrak pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi pembiayaan ditanggung oleh kontraktor, maka cash call hanya diterapkan di antara mitra yang berstatus kontraktor terhadap negara.

162


(28)

call (kondisi ini disebut dengan istilah default) dalam waktu yang

berkepanjangan, maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai dasar untuk meminta pihak yang tidak memenuhi kewajibannya untuk mengundurkan diri, dengan tanpa pembayaran apapun dan ia wajib mengalihkan sahamnya kepada pihak lain.163

2. Pengadaan barang dan jasa

Kepentingan utama kontraktor dalam pengadaan barang dan jasa adalah tersedianya barang dan jasa dalam mutu, harga yang baik, dalam waktu yang tepat.Kontraktor pada umumnya menjalin koneksi dengan supplier untuk mendukung kegiatan operasi, namun pada negara yang melakukan pengawasan terhadap ketentuan pemberian prefrensi penggunaan barang dan jasa produksi lokal, kontraktor berkewajiban menggunakan barang dan jasa dari kontraktor/supplier ekonomi lemah.164

Pengadaan barang dan jasa yang diperlukan untuk operasi sesuai dengan rencana dan anggaran merupakan tanggung jawab operator. 165

Pengadaan barang dan jasa juga merupakan bagian yang tertulis dan disepakati dalam rencana anggaran dan skenario produksi yang disepakati dalam

Namun sebagaimana telah dijelaskan diatas, untuk pembiayaan pengadaan barang dan jasa ditanggung bersama oleh para pihak dalam kontrak secara proporsional.

163

Ibid.

164

Ibid., hlm. 129.

165


(29)

rapat komisi operasi, termasuk pengaturan mengenai metode pengadaan barang dan jasa.166

3. Perlindungan lingkungan hidup

Pengaturan mengenai penentuan metode pengadaan barang dan jasa diatur dalam pedoman tata kerja (PTK) SKK MIGAS No. 007/PTK/VI/2004.Peraturan ini hanyalah merupakan pedoman tata kerja, bukanlah suatu undang-undang. Di dalam pedoman ini juga tidak ada sanksi yang apabila pedoman ini tidak diterapkan akan dikenakan bagi kontraktor yang melanggarnya. Namun mengingat SKK Migas merupakan perwakilan pemerintah untuk menyetujui cost

recovery dan salah satu penyebab tidak disetujuinya cosy recovery adalah adanya

prosedur pengadaan barang dan jasa yang tidak sesuai dengan prosedur sebagaimana diatur dalam pedoman tata kerja tersebut, maka para pihak dalam kontrak operasi bersama harus memperhatikan pedoman tersebut dalam menyepakati metode pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan dalam operasi bersama.

Sisi lain dari pelaksanaan operasi minyak dan gas bumi adalah dampak buruk terhadap kualitas lingkungan hidup. Struktur hukum perlindungan lingkungan hidup dalam operasi pertambangan minyak dan gas bumi merupakan kombinasi antara hukum internasional, hukum nasional, dan kontrak yang mendasari operasi.167

166

Raditya Kosasih, Analisa Perjanjian Operasi Bersama (Joint Operating Agreement) Dalam Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012), hlm. 12.

167


(30)

Pelaksanaan dan pengawasan perlindungan lingkungan hidup di lingkungan pertambangan minyak dan gas bumi pada mulanya dilakukan hanya berdasarkan prinsip umum yang berlaku di industri perminyakan seperti “good oil

field practices”, “prudent and workmanlike manner operation”, dan “safe and sound engineering priciples”. Prinsip-prinsip tersebut mempunyai makna yang

sangat luas dan sulit untuk memberikan defenisi kepastian yang diterima umum tentang apa yang dimaksud oleh prisip-prinsip tersebut.168

Sejalan dengan perkembangan kesadaran manusia akan penurunan mutu dan kerusakan lingkungan hidup, pemikiran mengenai perlingungan lingkungan pun mulai berkembang. Secara garis besar, pelaksanaan dan pengawasan pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup dijalankan perangkat hukum sebagai berikut:169

a. Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL), analisa ini memberikan analisa menyeluruh dan terperinci tentang segala dampak langsung maupun tidak langsung yang mungkin timbul dari proyek yang direncanakan, cara-cara yang mungkin mengatasinya, dan rencana kerja untuk mengelola, mengawasi, dan mengevaluasi dampak yang ditimbulkan dan efektivitas pelaksanaan rencana kerja.

b. Rencana pengelolaan lingkungan, merupakan panduan bagi kontraktor dalam menjalankan kegiatan operasi agar tetap sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pelestarian dan perlindungan lingkungan. Rencana pengelolaan ini mencakup prosedur kerja, tugas dan tanggung jawab

168

Ibid., hlm. 139.

169


(31)

masing-masing unit karyawan, prosedur keadaan darurat, pelatihan, pelaporan dan penyelidikan kecelakaan dan evaluasi pelaksanaan program pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup.

c. Pemantauan dan pelaporan lingkungan, dimaksudkan agar dapat diukur sejauh mana dampak yang ditimbulkan atau mengukur tingkat kepatuhan kontraktor dalam melaksanakan rencana kerja pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup.

d. Penjaminan program perlindungan lingkungan, yaitu terkait dengan asuransi pencemaran lingkungan, termasuk asuransi pembersihan limbah atau tumpahan minyak atau dalam hal terjadinya semburan liar.

e. Rencana pembiayaan pembongkaran dan pemindahan, yaitu mengenai rencana/skema pendanaan yang disediakan untuk biaya pembongkaran dan reklamasi fasilitas yang sudah tidak dipakai lagi.

Para pihak dalam kontrak operasi bersama berkewajiban untuk mempertimbangkan faktor yang berkaitan dengan upaya pelestarian dan perlindunagn lingkungan dalam pelaksanaan operasi minyak dan gas bumi.Pertambahan biaya operasi karena pengeluaran tambahan untuk membeli barang modal atau untuk biaya operasi lainnya untuk tujuan perlindungan lingkungan hidup menjadi tanggung jawab semua pihak dalam kontrak.170

4. Pelaksanaan operasi atas resiko sendiri

Beberapa perjanjian operasi bersama dimungkinkan adanya pelaksanaan bagian-bagian tertentu dari operasi tanpa partisipasi penuh dari pihak

170


(32)

lainnya.Sehingga operasi dan resiko menjadi tanggung jawab pihak-pihak yang menyatakan diri berpartisipasi. 171 Pelaksanaan operasi atas resiko sendiri membawa konsekuensi tertentu terhadap pertanggungjawaban para pihak dalam terjadinya bencana, kecelakaan, dan kerugian. Prinsip pertanggungjawaban dalam operasi resiko sendiri adalah para partisipan dalam operasi dalam hal terjadinya bencana, kecelakaan, atau kerugian akan membebaskan pihak non-partisipan dari pertanggungjawaban dan mengganti kerugian yang dialami non-partisipan sebagai akibat dari operasi resiko sendiri tersebut.172

171

Ibid., hlm. 121.

172


(33)

BAB IV

TANGGUNG JAWAB OPERATOR ATAS KERUGIAN TIDAK LANGSUNG DARI PELAKSANAAN OPERASI PADA KONTRAK

OPERASI BERSAMA PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI

A. Tugas dan Tanggung Jawab Operator Pada Pelaksanaan Operasi

Operator adalah pihak dalam operasi bersama yang memiliki hak untuk melaksanakan dan menanggungjawabi pelaksanaan operasi bersama.173 Selain menunjuk pihak yang akan berperan sebagai operator dalam operasi bersama, perjanjian operasi bersama akan menentukan hak dan kewajiban operator serta akan menentukan kapan dan dalam keadaan bagaimana operator akan berhenti bertanggungjawab dalam urusan perkantoran maupun kegagalan yang kemungkinan terjadi.174

Peran sebagai operator tidak memberikan dan tidak memperbolehkan operator mencari dan memperoleh keuntungan dari peran tersebut, jadi pihak operator tidak bisa menggunakan peran sebagai operator untuk mencari keuntungan. Namun walau demikian, peran sebagai operator memberikan manfaat berikut ini175

1. Reputasi Operasional (operational reputation) :

Eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi pada pelaksanaannya, mereka yang berhasil bertindak sebagai operator adalah perusahaan yang selalu dipuji dalam keberhasilan operasi. Hal ini tentu akan mempengaruhi nama perusahaan tersebut dan juga akan memberikan pertimbangan khusus kepada

173

Jennings D Feiten and Horace R. Brock, Op.Cit., hlm. 231.

174

Peter Roberts, Op.Cit., hlm. 78.

175


(34)

pemerintah apabila suatu saat perusahaan tersebut berurusan dengan pemerintahan terkait.

2. Pengendalian operasi (operational control)

Mengingat operator adalah pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan operasi, tentu itu akan membuat operator memiliki hak untuk mengontrol jalannya operasi. Hal ini akan membuat operator mengetahui perkembangan dan kemajuan operasi.

3. Keuntungan ekonomi (economic advantage)

Peran sebagai operator bukanlah kesempatan untuk mendapatkan keuntungan, namun kemampuan operator untuk mengendalikan biaya administrasi di bawah alokasi biaya yang disepakati dalam prosedur akutansi akan memberikan keuntungan ekonomi pada operator. Selain itu pihak operator biasanya mendapatkan layanan khusus dari kontrak federal dalam operasi bersama.

4. Akses informasi (information access)

Pihak operator akan memiliki akses untuk memperoleh informasi-informasi dalam operasi.

Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa kontrak operasi bersama akan menentukan hak dan kewajiban operator. Secara umum hak operator adalah176 1. Staffing, yaitu operator memiliki hak untuk memperkerjakan anggota yang

diperlukan dalam operasi bersama.

:

2. Contracting, operator berhak untuk memberikan penghargaan atau layanan

kepada kontrak afiliasi atau kontrak federal yang dianggap perlu. Operator jua

176


(35)

dapat mengadakan kontrak dengan pihak ketiga dalam hal yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan operasi bersama sesuai dengan kesepakatan dalam rencana anggaran dan skenario produksi.

3. Litigation management, yaitu hak untuk menyelesaikan atau melakukan

perbuatan hukum dalam rangka pelaksanaan operasi bersama.

4. Representation before government, yaiut operator mewakili para pihak untuk

berurusan dengan pemerintah dalam semua hal dalam operasi bersama.

Operator akan menanggungjawabi pelaksanaan operasi dalam kontrak operasi bersama, karenanya penting untuk mengetahui dengan jelas batasan operasi bersama yang disepakati dalam kontrak. Kontrak harus meberikan penjelasan dengan jelas kegiatan-kegiatan yang dimaksud dalam operasi bersama dan kegiatan-kegiatan yang tidak termasuk dalam operasi bersama. Hal ini juga akan memberi batasan terhadap tanggung jawab operator dalam operasi bersama.177

Selain itu komisi operasi akan membuat kebijakan-kebijakan dasar tentang pelaksanaan operasi yang harus dijalankan oleh operator dalam kurun waktu tertentu.178 Dalam pelaksanaan operasi, tugas dan tanggung jawab operator meliputi179

1. Menyiapkan rencana kerja, anggaran dan perkiraan biaya :

Sebelum menjalankan operasi tersbut, rencana kerja, anggaran dan perkiraan biaya harus disetujui oleh pihak dalam kontrak melalui komisi

177

Peter Roberts, Op.Cit., hlm. 59.

178

Rudi M Simamora, Op.Cit.,hlm. 117.

179


(36)

operasi.Dalam hal ini operator juga bertanggungjawab dalam merencanakan, mengkordinasikan dan memfasilitasi setiap rapat-rapat yang dijalankan oleh komisi operasi.

2. Mengadakan barang dan jasa yang diperlukan untuk operasi sesuai dengan rencana kerja dan anggaran yang telah disepakati.

Pengadaan barang dan jasa merupakan salah satu bagian yang tingkat efisiensinya berpengaruh pada tingkat efisiensi operasi secara keseluruhan.Bagian pengadaan barang dan jasa merupakan pintu penjaga pengeluaran yang utama.Jebolnya pintu pengadaan barang dan jasa berarti kebocoran pada biaya operasi.

Operator sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan operasi di dalam pengadaan barang dan jasa harus tunduk terhadap rencana anggaran dan skenario produksi yang telah disepakati dalam rapat komisi operasi, operator juga harus memperhatikan ketentuan perundang-undangan suatu negara mengenai pemberlakuan khusus kepada kontraktor/supplier ekonomi lemah, prefrensi harga pada produksi dalam negeri.180

Pengadaan barang dan jasa pengadaanya dapat melalui pembuatan dan pengikatan kontrak.Kontrak tersebut dibuat sesuai ketentuan perundang-undangan

Dalam diskresi pengadaan barang dan jasa untuk keperluan operasi sepenuhnya atau sebagian besar diberikan kepada operator.Namun dalam pelaksanaanya operator harus melalukan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan anggaran dan prosedur yang disepakati dalam kontrak.

180

Lihat Pedoman Tata Kerja (PTK) SKK MIGAS Nomor 007/PTK/VI/2004 tentang Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor Kerja Sama, Buku kedua, Bab I, Bagian F, angka 4, huruf (b)


(37)

domestik dan ketentuan hukum internasional sepanjang dianggap berlaku atau hukum yang dipilih para pihak. Kontrak pengadaan barang dan jasa dalam operasi minyak dan gas bumi yang umumnya dipergunakan antara lain181

a. Kontrak pengadaan barang. Dapat berupa pembelian, penyewaan dan variasi lainnya seperti sewa beli.

:

b. Kontrak pengadaan jasa. Misalnya kontrak pengadaan jasa pengeboran, kontrak jasa electric logging, kontrak jasa monobore liner hanger, kontrak jasa pembangunan tangki penyimpanan minyak mentah, kontrak pengadaan jasa kapal pengangkut kru, kontrak jasa penunjang, kontrak lisensi perangkat lunak computer beserta jasa perawatan dan lain sebagainya.

c. Kontrak jasa konsultan. Kontrak ini dapat berupa jasa konsultan teknik, manajemen, pengadaan, hukum dan sebagainya.

3. Menjalankan prosedur akutansi

Salah satu mekanisme pengawasan pengeluaran biaya adalah melalui

authority for expenditures (AFE). Biasanya operator akan menyiapkan AFE yang

perlu disetujui oleh para pihak sebelum suatu proyek dimulai. Prosedur akutansi dijalankan sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak, namun operator bertanggungjawab untuk mengelola uang muka (cash call) yang telah dikumpulkan oleh para pihak dalam suatu rekening yang sama. Dalam hal ini kepada operator adalah pihak yang bertanggungjawab dalam pengumpulan dan pengelolaan biaya operasi sesuai anggaran yang disepakati.

181


(38)

Operator bertanggung jawab untuk melaksanakan pembayaran dan segala sesuatu yang dibutuhkan terkait dengan tanggung jawab dan pengeluaran, yang berhubungan dengan operasi bersama, menjaga agar properti bersama bebas dari segala penjaminan, tuntutan, dan pembebanan di luar operasi bersama.Dalam hal ini operator juga bertanggungjawab dalam pengurusan asuransi properti bersama sesuai dengan kontrak untuk termasuk menanggungjawabi pembayaran premi setiap bulannya.182

4. Memberikan laporan dan data-data yang berkaitan dengan perkembangan pelaksanaan operasi.

Kontrak operasi bersama pada umumnya juga memiliki bagian yang mengatur tentang informasi. Yaitu bagaimana para pihak akan mendapatkan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan operasi, apakah melalui surat atau metode lainnya.

Terjadinya keadaan darurat (termasuk kebakaran besar, ledakan, keluarnya gas alam, keluarnya minyak bumi, atau sabotase, kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa, cedera terhadap karyawan atau kontraktor, atau pihak ketiga, kerusakan berat properti, pemberontakan, evakuasi personil operator, atau perubahan level produksi) mengharuskan operator bertanggungjawab melakukan hal yang sewajarnya dilakukan untuk melindungi jiwa, kesehatan, lingkungan, dan properti bersama, operator juga berkewajiban untuk memberikan laporan kepada

182


(39)

para pihak terkait hal tersebut dan langkah-langkah penanganan yang dilakukan oleh operator.183

5. Menjamin kepatuhan pada segala ketentuan yang berlaku baik berdasarkan perjanjian pengusahaan pertambangan maupun perundang-undangan yang berlaku termasuk membayar pajak atas rekening bersama dan menyiapkan perpanjangan perjanjian serta perizinan lain yang dibutuhkan.

Tugas dan tanggung jawab operator ditentukan dalam kontrak operasi bersama, namun secara umum bebarapa prinsip pedoman operator dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya antara lain184

1. Full control, operator bertanggung jawab untuk mengontrol semua

penyelenggaraan operasi pada seluruh wilayah kerja kontrak sesuai batas yang ditentukan dalam kontrak.

:

2. Independent contractor, operator merupakan pihak independent dalam

pelaksanaan operasi, tidak berada dibawah pihak non-operator. Artinya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana operasi operator bekerja tidak dipengaruhi dan diarahkan oleh pihak non-operator

3. Not agent, operator dalam menjalankan tanggung jawabnya bukan merupakan

agen dari non-operator yang mengakibatkan pihak operator terikat dengan pihak ketiga diluar kontrak operasi bersama

4. Prudent operator, operator dalam menjalankan pelaksanaan operasi harus

bertindak sebagai operator yang bijaksana, dengan itikad baik melakukan kewajiban kontraktualnya dan dalam melakukan hal tersebut serta dalam

183

Lihat article 4.2.(B).(13) Join Operating Agreement

184

Allen D Cummings, The Joint Operating Agreement, The Basics (Texas: Makalah disampaikan pada seminar Minyak dan Gas Bumi, 2012), hlm. 4.


(40)

keseluruhan pelaksanaannya dari tanggung jawabnya, mengimplementasikan skala keahlian, ketelitian, kehati-hatian serta pemikiran ke masa depan yang dapat diterima.

B. Tanggung Jawab Operator dalam Hal Terjadinya Kerugian Tidak Langsung pada Pelaksanaan Operasi

Kegiatan sektor hulu (upstream) merupakan kegiatan operasi minyak dan gas bumi dengan tingkat risiko yang paling tinggi, terutama dalam kegiatan eksploitasi. Risiko yang mungkin dihadapi antara lain semburan liar (blowout) yang disebabkan major perils (Fire, Lightning, Explosion) dan kesalahan manusia (human error). Risiko dalam fase pembangunan fasilitas produksi terutama fasilitas produksi di lepas pantai/offshore (misalkan platform/anjungan) antara lain construction/design defect, subsidence yang dihadapi selama periode konstruksi, korosi, masalah pada pipa, dan lain-lain.185

1. Semburan liar (blowout)

Berbagai risiko yang dihadapi dalam operasi minyak dan gas bumi apabila terjadi akan menimbulkan kerugian yang besar bagi para pihak dalam operasi bersama, antara lain :

Semburan liar (Blowout) adalah peristiwa mengalirnya fluida formasi dari dalam sumur secara tidak terkendali. Kejadian ini didahului dengan masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor (well kick). Penyebab terjadinya well kick


(41)

adalah karena tekanan didalam lubang bor (hydrostatic pressure) lebih kecil dari tekanan formasi, yang disebabkan oleh :

a. Lubang bor tidak penuh b. Swabbing sewaktu trip

c. Lumpur yang kurang berat d. Loss Circulation

Catatan mengenai Blowout yang pernah terjadi dengan kapasitas yang besar antara lain terjadi di Desa Sumber Kecamatan Mendet Kabupaten Blora Jawa Tengah Sumur tersebut dinamai RBT 01 pada Hari Senin Tanggal 25 Februari 2002 (Pertamina 2002). Kejadian tersebut menimbulkan banyak kerugian, kerusakan, menghasilkan semburan api yang besar, menimbulkan kebisingan yang sangat berdampak buruk terhadap lingkungan dan masyarakat disekitar lokasi terjadinya Blowout. Blowout tersebut diawali dengan terjadinya kebocoran dibawah BOP (Blow Out Preventer) kemudian diperiksa konsentrasi H2S 130 ppm, dilakukan penutupan BOP di top drive dan genset dimatikan ternyata killing line pecah. Sehingga semburan semakin membesar dan terjadi kebakaran dibawah BOP sehingga lokasi Sumur RBT 01 yang berada di tangah persawahan produktif penduduk tebakar hebat.Rig MSH 2000 milik PDSI Pertamina ikut terbakar dan akhirnya roboh.186

Kerugian yang ditimbulkan dari kecelakaan tersebut tidak hanya menimbulkan korban pekerja saja tetapi juga berdampak pada lingkungan dan

186

Fortries Aurelia Samahi, Identifikasi Bahaya Kecelakaan Blowout pada Drilling

Process Menggunakan Metode Cause Consequences Analycis (CCA) di PT pertamina EP Region

Jawa Area Cepu (Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh November, 2011) (diakses dari:


(42)

masyarakat di sekitar, selain itu proses produksi juga menjadi terganggu dan merugikan pihak perusahaan, sehingga perlu dilakukan langkah pengendalian guna mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan serta melindungi aset perusahaan terutama keselamatan seluruh karyawan yang merupakan bagian penting dalam proses produksi.

2. Masalah pada pipa (Hole problems)

Proses pemboran tidak selalu berjalan dengan lancar dan aman, seringkali terjadi hambatan yang dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Yang dimaksud dengan hambatan disini adalah hambatan yang terjadi didalam lubang bor (downhole problem).Hambatan yang terjadi diatas permukaan tanah dikategorikan sebagai problem mekanis. Hambatan dalam lubang bor disini dapat dikelompokkan dalam kelompok besar sebagai berikut187

a. Pipa Terjepit (Pipe Stuck)

:

Adakalanya pipa bor terjepit didalam lubang bor. Pipa bor dapat terjepit karena benda atau peralatan kecil yang jatuh kedalam lubang bor, namun yang akan dibahas disini terutama jepitan yang timbul karena sifat-sifat formasi. Kalau jepitan tidak dapat dilepaskan mungkin pipa terpaksa dipotong, pipa bor dapat juga patah.Pipa atau barang-barang lain tadi harus dikeluarkan dulu dari dalam lubang bor sebelum pemboran dapat dilanjutkan.Pipa atau barang yang ketinggalan didalam lubang bor biasa disebut sebagai ikan (fish), sedang alat untuk mengambilnya disebut sebagai alat pancing (fishing tool), dan pekerjaan mengambil ikan disebut sebagai pemancingan.

187

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Hambatan Pengeboran

dan Pemancingan (diakses dari: bse.kemdikbud.go.id/download/fullbook/20140916115810 pada


(43)

b. Sloughing Shale

Dinding lubang bor runtuh (caving, sloughing) biasa terjadi pada formasi

shale, dan masalah ini sering disebut sebagai “Shale Problem“.Hal ini terutama

berkaitan dengan stabilitas lubang bor selama pemboran. Tidak stabilnya lubang bor ini selanjutnya dapat mengakibatkan masalah-masalah lain, seperti: masalah pembersihan lubang bor, lubang bor membesar karena runtuh, biaya lumpur bertambah besar, penyemenan kurang baik. Pipa bor sering terjepit dapat berakibat : masalah pemancingan, pemboran samping (Sidetracking), penutupan sumur (Abandonment).

Operator dalam menjalankan fungsi dan wewenangnya hanya akan bertanggung jawab jika kerugian atau kecelakaan terjadi sebagai akibat dari kecerobohan besar (gross negligence) atau kesalahan disengaja (willful

misconduct) oleh operator. Operator biasanya juga tidak bertanggung jawab atas

kerugian tidak langsung (consequential damages) yang timbul dari pelaksanaan operasi.188

1. Gross negeligence/willful misconduct

Dalam sebuah contract/agreement, para pihak biasanya berusaha untuk membatasi tanggung jawab (liability) mereka terhadap pihak lainya.Para pihak selalu mengeluarkan dari batasan tanggung jawab tersebut kerusakan yang disebabkan oleh gross negligence (kelalaian yang disengaja atau ada juga yang menerjemahkannya sebagai kelalaian nyata atau kelalaian berat) atau willful

188


(44)

misconduct (tindakan pelanggaran yang disengaja atau diterjemahkan sebagai

perbuatan tercela yang disengaja atau perbuatan kecerobohan).189

Gross negligence/willful misconduct atau kelalaian berat adalah satu

konsep sah yang memaksudkan keacuhan serius.Kecerobohan/kelalaian berat adalah berlawanan dengan kerajinan, atau teliti/seksama. Standar dari kelalaian berat adalah apa yang menyimpang dari pepatah "orang bijaksana." Oleh analogi, kalau seseorang nyata sekali lalai, artinya bahwa orang tersebut telah menyimpang dari perilaku yang seharusnya dan tidak ada yang dapat menjamin bahwa ia tidak lalai, ia telah melakukan kelalaian berat.190

Pengertian kelalaian berat atau perbuatan salah yang disengaja adalah setiap tindakan yang disengaja atau kecerobohan yang dilakukan oleh manajemen atau pejabat senior dari kontraktor yang191

:

a. Konsekuensi diketahui atau patut diketahui dapat mengakibatkan terjadinya kerugian orang atau terancamnya keamanan atau kepemilikan orang atau badan lain; atau

b. Secara fatal melanggar standar kehati-hatian yang dalam pengabaiannya atau ketidakpeduliannya yang fatal mengakibatkan konsekuensi yang merugikan

pada 12 maret 2016)

191

Lihat penjelasan pasal 13 huruf (r), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi Yang Dapat Dikembalikan Dan Perlakuan Pajak Penghasilan Di Bidang Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi


(45)

2. Consequential damages

Consequential damages dalam bahasa Indonesia disebut sebagai kerugian

tidak langsung, juga dikenal dengan istilah special damages yang artinya adalah suatu kerugian yang timbul sebagai akibat dari ketentuan kontraktual yang disepakati dalam sebuah kontrak. Kerugian ini harus dapat dibuktikan terjadi sebagai akibat dari pelaksanaan kewajiban pihak tertentu berdasarkan kontrak. Kerugian tidak langsung juga diartikan sebagai kerugian yang dapat diperkirakan akan terjadi pada saat pembuatan kontrak, misalnya tambahan biaya akibat dari keterlambatan penyelesaian suatu kegiatan.192

Masalah pertanggungjawaban merupakan masalah hukum yang kompleks.Para pihak dalam kontrak operasi bersama umumnya tunduk pada sistem hukum yang berbeda-beda.Oleh karena itu kontrak yang dibuat harus dirancang sedemikian rupa untuk menghindari kesulitan dalam penerapannya, terutama yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa.193

Sebagaimana telah disebutkan dalam bab sebelumnya, bahwa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, operator harus bertindak sebagai

prudent operator, dengan prinsip “a diligent, safe, efficient and workmanlike manner in accordance with good and prudent oil field practices and conservation principles generally accepted in international petroleum industry under similar circumtences.”194

Prinsip tersebut artinya operator dalam menjalankan pelaksanaan operasi harus bertindak sebagai operator yang bijaksana, dengan itikad baik melakukan

193

Rudi M Simamora, Op.Cit.,hlm. 116.

194


(46)

kewajiban kontraktualnya dan dalam melakukan hal tersebut serta dalam keseluruhan pelaksanaannya dari tanggung jawabnya, mengimplementasikan skala keahlian, ketelitian, kehati-hatian serta pemikiran ke masa depan yang dapat diterima.

Sejauh mana operator telah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai operator sesuai dengan prudent operator harus diketahui dengan jelas, kontrak operasi bersama akan memberikan batasan dengan jelas mengenai prinsip

fiduciary duty yang diterapkan dalam kontrak operasi bersama. Keberadaan

prinsip fiduciary duty dalam kontrak operasi bersama akan memberikan hak dan kewajiban dalam perspektif yang berbeda. Untuk itu kepada para pihak diberikan kebebasan untuk memodifikasi prinsip fiduciary duty yang ditetapkan dalam kontrak.195

Istilah fiduciary duty berasal dari 2 kata, yaitu: a. Fiduciary, dan b. Duty. Tentang istilah “Duty” banyak dipakai di mana-mana, yang berarti “tugas”, sedangkan untuk istilah fiduciary berasal dari bahasa latin fiduciarus dengan akar kata fiducia yang berarti kepercayaan (trust) atau dengan kata kerja fidere yang berarti mempercayai (to trust). Sehingga dengan istilah fiduciary diartikan sebagai memegang sesuatu dalam kepercayaan atau seseorang yang memegang sesuatu dalam kepercayaan untuk kepentingan orang lain tersebut disebut dengan istilah

trustee sementara pihak yang dipegang untuk kepentingannya tersebut disebut

195


(47)

dengan istilah beneficiary. Dalam istilah bahasa Indonesia, orang yang memegang kepercayaan seperti itu disebut sebagai orang yang memegang “amanah”.196

Seseorang mempunyai tugas fiduciary (fiduciary duty) manakala dia mempunyai kapasitas fiduciary (fiduciary capacity).Seseorang dikatakan memiliki

fiduciary capacity jika bisnis yang ditransaksikannya atau uang/properti yang

ditangani bukan miliknya atau bukan untuk kepentingannya. Melainkan milik orang lain dan untuk kepentingan orang lain tersebut, dimana orang lain tersebut mempunyai kepercayaan yang besar (great trust) kepadanya. Sementara itu, di lain pihak dia wajib mempunyai itikad baik yang lebih tinggi (high degree of good

faith) dalam menjalankan tugasnya. Istilah “fiduciary” ini dipergunakan, baik

untuk perjanjian trustee dalam arti “technical trust” maupun untuk jabatan atau hubungan hukum dengan lawyer (dengan kliennya), perwalian (guardian),

executor, broker, kurator, pejabat publik, atau direktur dari suatu perusahaan

(antara direktur dengan perseroannya). Antara pihak yang mempunyai kapasitas

fiduciary (fiduciary capacity) dengan pihak yang diasuhnya atau yang harta

bendanya diasuh, terdapat suatu hubungan khusus yang disebut dengan hubungan fidusia (fiduciary relation). Yang dimaksud dengan fiduciary relation adalah suatu hubungan yang timbul baik dari hubungan fiduciary secara teknikal maupun dari hubungan informal yang timbul manakala seorang percaya (trust) atau bergantung (rely) kepada orang lain. Dalam hal ini, seorang percaya kepada orang lain, dimana orang lain tersebut bertindak dengan itikad baik (good faith) dan

196

Munir Fuady, Doktrin Doktrin Modern Dalam Corporate Law (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 33.


(48)

dengan penghormatan yang baik (due regard) dan fair kepada kepentingan orang lain tersebut.197

Fiduciary duty adalah suatu tugas dari seseorang yang disebut dengan

“trustee” yang terbit dari dari suatu hubungan hukum antara trustee tersebut dengan pihak lain yang disebut dengan beneficiary, dimana pihak beneficiary memiliki kepercayaan yang tinggi kepada pihak trustee, dan sebaliknya pihak

trustee juga mempunyai kewajiban yang tinggi untuk melaksanakan tugasnya

dengan sebaik-baiknya dengan itikad baik yang tinggi, fair dan penuh tanggung jawab, dalam menjalankan tugasnya dan untuk kepentingan beneficiary, baik yang terbit dari hubungan hukum atau jabatannya selaku trustee (secara teknikal), atau dari jabatan lain seperti lawyer (dengan kliennya), perwalian (guardian), executor,

broker, kurator, pejabat publik atau direktur dari suatu perusahaan.198

Direktur Fiduciary DutiesAfter Sarbanes-Oxley mengemukakan ada 4 jenis fiduciary duty, dengan 2 jenis kewajiban pokok yaitu199

a. Duty of Loyalty

:

Duty of loyalty is a duty requires a director, affirmatively and in good faith, to protect the interests of the company and its stockholders, and to refrain from doing anything that would injure the company or deprive the company of profit or an advantage that might properly be brought to the company for it to pursue” Untuk memenuhi Duty of Loyalty, “a director must act in a manner that he or she believes in good faith to be in the best interest of the company and its stockholders”.

b. Duty of care

Duty of care is a duty requires a director to perform his or her responsibilities with a care that a reasonably prudent person would exercise under similar circumstances, while acting in an inform manner”. Untuk memenuhi duty of care ini , “a director must proceed with a

197

Ibid.

198

Ibid

199

Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris & pemilik PT (Jakarta: Forum Sahabat, 2008), hlm. 45


(49)

“critical eye” in assessing information presented to him or her, and with inquisitive nature in confirmning that he or she has been presented with all material information.”

c. Duty of good faith

Duty of good faith is duty to act bona fide in the interest of the company, to exercise power for their proper purpose, to retain their discrenatory powers, and to avoid of conflicts of interest.

d. Duty of disclosure

In U.S. certain information, such as the names and addresses of copies of any documents that it intends to use as evidence, to the opposing party.

(terjemahan bebasnya adalah: a. kewajiban untuk setia, yaitu suatu kewajiban yang menghendaki direktur, dengan persetujuan dan dengan jujur, melindungi kepentingan perusahaan dan pemegang sahamnya, dan untuk menghentikan perbuatan yang dapat merugikan perusahaan atau mencabut dari perusahaan sebuah keuntungan atau suatu keuntungan yang mungkin dibawa ke perusahaan yang dalam proses. Untuk memenuhi kewajiban untuk setia, seorang direktur harus berbuat dalam cara yang ia percaya dengan jujur merupakan kepentingan terpenting dari perusahaan dan pemegang. b. kewajiban peduli, adalah sebuah kewajiban yang menghendaki direktur untuk menjalankan tanggung dengan hati-hati yang mana seorang yang berhati-hati dengan alasan akan menggunakan dibawah keadaan yang sama, ketika bertindak dalam cara yang berbeda. Untuk memenuhi kewajiban berhati-hati ini, seorang direktur harus meneruskan dengan pandangan kritis dalam menilai informasi yang diberikan kepadanya, dan dengan sifat ingin taju dalam memastikan bahwa dia telah diberikan semua materi informasi c. Kewajiban untuk jujur, adalah kewajiban untuk mengelola perusahaan untuk kepentingan dan keuntungan perusahaan, melaksanakan kepengurusan dan wewenang dengan sewajarnya, dapat melaksanakan tugasnya dengan berimprovisasi sepanjang masih sesuai dengan aturan yang disepakati bersama, dan berkewajiban untuk menghindari diadakan, dibuat, atau ditandatanganinya perjanjian atau dilakukannya perbuatan yang akan menempatkan direksi tersebut dalam suatu keadaan yang tidak memungkinkan dirinya untuk bertindak secara wajar demi tujuan dan kepentingan perseroan. d.


(50)

Kewajiban keterbukaan, yaitu kewajiban untuk memberikan pemberitahuan dan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan yang mempengaruhi hak dan kewajiban para pihak).

Pembagian fiduciary duty dapat dibagi ke dalam dua jenis kewajiban pokok sebagaimana disebut di atas, perkembangan selanjutnya ilmu hukum juga memperlihatkan kewajiban-kewajiban tambahan yang terkait dengan fiduciary

duty ini.Ada sebagian pihak yang menyatakan perkembangan

kewajiban-kewajiban tambahan yang terkait dengan fiduciary duty ini.Ada sebagian pihak yang menyatakan perkembangan kewajiban-kewajiban yang ada sebagai tambahan terhadap fiduciary duty yang sudah ada, namun tidak kurang juga hanya menyatakan tambahan-tambahan tersebut sebagai perkembangan interpretasi dari kedua jenis fiduciary duty yang telah ada.

Kontrak operasi bersama yang memberikan hak kepada operator untuk menjalankan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan operasi merupakan pihak yang diberikan kepercayaan oleh pihak non-operator untuk mengelola haknya untuk kepentingannya, melalui hal ini dapat kita lihat bahwa operator dalam kontrak operasi bersama merupakan pihak yang memiliki fiduciary.

Prinsip penerapan fiduciary duty dalam kontrak operasi bersama terdapat dua prinsip area.200Yang pertama yaitu pada peran dari operator, operator sebagai pihak yang dipercayakan oleh pihak lainnya untuk bertindak sebagai operator adalah tempat dimana fiduciary duty dapat diterapkan.Dalam hal ini operator bertindak sebagai agen dari pihak lainnya dalam operasi bersama.Operator juga memiliki hak atas properti bersama.201

200

Peter Roberts, Op.Cit.,hlm. 283.

201

Ibid.


(51)

serta-merta memperbolehkan operator mencari keuntungan, dalam hal inilah prinsip

fiduciary duty diterapkan.

Area yang kedua adalah pada mutual interest dari masing-masing pihak dalam kontrak operasi bersama.Tiap-tiap pihak memiliki kepentingan, sehingga sesungguhnya tiap-tiap pihak wajib melaksanakan fiduciary duty sehingga tidak ada pihak yang dapat mencari keuntungan dari pihak lainnya.202

Aspek lain dalam penerapan fiduciary duty dalam mutual interest ini adalah dalam hal terjadinya permasalahan antara para pihak. Dengan prinsip

fiduciary duty,akan lebih mudah melihat siapa yang bertanggung jawab dalam

suatu permasalahan yang ada di antara para pihak.203

Penerapan fiduciary duty dalam kontrak operasi bersama (joint operating

agreement) bukanlah suatu keharusan.Keberadaan doktrin ini juga hingga saat ini

masih menjadi perdebatan dalam dunia internasional. AIPN JOA menyatakan bahwa operator bukanlah agen fiduciary dari pihak lain dalam JOA, kecuali dinyatakan sebaliknya oleh kontrak tersebut, demikian juga halnya OGUK JOA. Model OGUK JOA lebih menyarankan untuk membuat ketentuan mengenai pertanggungjawaban operator dalam hal terjadinya kerugian tidak langsung (consequential damages) untuk menentukan pertanggungjawaban operator bilamana terjadi suatu kerugian tidak langsung dalam pelaksanaan operasi.204

Kembali kepada asas kebebasan berkontrak, maka para pihak dalam kontrak operasi bersama bebas untuk menentukan hal-hal yang disepakati dalam kontrak operasi bersama sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan yang

202

Ibid.,hlm. 284.

203

Ibid.

204


(52)

berkaitan dengan itu.Operator sebagai prudent operator bilamana terjadi kerugian tidak langsung (consequential damages) dalam operasi bersama tidaklah dapat dimintai pertanggungjawaban.

Batasan kerugian yang dikategorikan sebagai kerugian tidak langsung harus ditentukan dengan jelas dalam kontrak operasi bersama, sehingga mengenai pertanggungjawaban bukan lagi hal yang sulit untuk diselesaikan.Dalam hal kontrak operasi bersama menerapkan prinsip fiduciary duty terhadap kontrak, maka penting dijelaskan dengan tegas mengenai batasan dan penjelasan mengenai prinsip tersebut dalam kontrak operasi bersama. Namun dalam hal operator telah menjalankan kewajibannya sebagai prudet operator maka ia tidak akan bertanggung jawab atas kerugian tidak langsung yang timbul dari pelaksanaan operasi, kerugian tersebut akan menjadi tanggungan bersama para pihak dalam kontrak operasi bersama secara proporsional sesuai saham masing-masing.


(53)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat dihasilkan beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Pengaturan mengenai kontrak operasi bersama perusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia sejauh ini belum diatur di dalam peraturan perundang-undangan. Maka sebagai salah satu bentuk perjanjian ataupun kontrak, kontrak operasi bersama perusahaan minyak dan gas bumi tunduk kepada asas kebebasan berkontrak, yaitu pihak-pihak bebas membuat suatu kontrak sesuai dengan kesepakatan para pihak sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Asas-asas kontrak operasi bersama yaitu: asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas daya mengikat kontrak (pacta sunt servanda, asas itikad baik, asas kepribadian, asas keseimbangan, asas persamaan hukum, asas perlindungan, asas kepatutan, asas moral, dan asas kepastian hukum. Sahnya suatu kontrak operasi bersama diperlukan empat syarat, yakni : sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, cakap untuk membuat suatu perjanjian, mengenai suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Para pihak dalam kontrak operasi bersama yaitu operator, pihak non-operator, komisi operasi, dan pihak non-partisipasi.

2. Kontrak operasi bersama akan menunjuk operator sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan operasi bersama. Tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan operasi bersama minyak dan gas bumi adalah para


(54)

pihak bertanggung jawab secara proporsional sesuai dengan saham ataupun

participating interest untuk setiap pembiayaan, pengadaan barang dan jasa

yang dibutuhkan untuk operasi bersama, dan juga bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang kemungkinan akan terjadi atau sudah terjadi sebagai akibat dari pelaksanaan operasi bersama minyak dan gas bumi. Dalam hal dilakukannya operasi atas risiko sendiri, maka hal pertanggungjawaban menjadi bagian dari masing-masing pihak yang menggabungkan diri dalam operasi atas risiko sendiri tersebut secara proporsional sesuai partisipasi para pihak tersebut.

3. Tanggung jawab operator atas kerugian tidak langsung dari pelaksanaan operasi pada kontrak operasi bersama perusahaan minyak dan gas bumi adalah bahwa operator dalam menjalankan fungsi dan wewenangnya harus bertindak sebagai prudent operator, yaitu operator yang bijaksana, cekatan dan penuh pertimbangan dalam melaksanakan operasi bersama. Dalam hal operator telah melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan prudent operator maka operator hanya akan bertanggung jawab jika kerugian atau kecelakaan terjadi sebagai akibat dari kecerobohan besar (gross negligence) atau kesalahan disengaja (willful misconduct) oleh operator. Operator biasanya juga tidak bertanggung jawab atas kerugian tidak langsung (consequential damages) yang timbul dari pelaksanaan operasi. Pertanggungjawaban operator akan dibatasi oleh ketentuan dalam kontrak operasi bersama mengenai hal-hal yang dikategorikan sebagai gross negligence/willful misconduct dan consequential


(55)

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan setelah memperoleh kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Kontrak operasi bersama merupakan kontrak yang dalam prakteknya sudah banyak diterapkan dalan kontrak kerja sama kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi. Namun demikian, pengaturan mengenai kontrak operasi bersama belumlah jelas diatur oleh peraturan perundang-undangan di Indonesia. Mengingat kontrak operasi bersama sudah kerap kali digunakan dalam kontrak upstream minyak dan gas bumi maka alangkah lebih baik jika ada peraturan perundang-undangan yang mengatur secara jelas mengenai kontrak operasi bersama (joint operating agreement)

2. Tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan operasi yaitu dalam hal pembiayaan, pengadaan barang dan jasa, dan juga bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang kemungkinan akan terjadi sesuai saham masing-masing, tetapi dalam hal ini pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaannya adalah pihak operator. Para pihak harus memenuhi tanggung jawab di awal produksi agar rencana anggaran produksi dapat terlaksana dengan baik. Para pihak harus memperhatikan dampak dan memperhitungkan risiko pelaksanaan operasi terhadap lingkungan pada saat pembuatan kontrak sehingga dalam hal terjadinya kerusakan lingkungan masalah pertanggungjawaban bukan lagi hal yang rumit. Dengan pelaksanaan operasi yang sedemikian rumit para pihak harus melakukan pengawasan terhadap operator dengan baik melalui komisi operasi. Pihak operator juga harus


(1)

iv

12. Della. Terimakasih untuk waktu yang kita lalui bersama, bukan waktu yang singkat dan banyak sekali kasih dan kebahagian yang penulis peroleh dari kalian, terimakasih sahabat.

13. Adik-adik kelompok kecil “METANOIA” dan “EXODUS” Tioneni, Nanda, Johan, Saul, Gabriel, Posan, Batara, Chandra, Daniel, Bosna, Yohanes. Kalian adalah berkat terindah bagi penulis. Terimakasih untuk setiap tawa dan sukacita, terimakasih sudah menjadi saudara dan teman bertumbuh dalam Kristus, tetaplah bertumbuh adik-adik.

14. Sahabat doa, Stevia Amelia Tambunan yang fenomenal terimakasih telah bersedia mendengarkan keluhan-keluhan penulis dan terimakasih telah bersedia menjadi sahabat doa penulis. Tri Septa Purba, terimakasih beb melewati masa pelayanan menjadi lebih berwarna karenamu. Novika Aritonang, terimakasih PKK kedua, terimakasih telah menjadi pembimbing bagi penulis dalam pertumbuhan dan pengenalan akan Kristus. Maruli Sinaga, ito naburju terimakasih untuk tiap pertolongan dan doamu, sangat bersyukur bisa mengenal dan menjadi adikmu. Paul Brena, terimakasih untuk doa-doa yang dipanjatkan untuk penulis, terimakasih sudah setia mendengarkan ocehan menyebalkan dari penulis. Terimakasih untuk kasih dan doa serta dukungan yang telah kalian berikan. Bersyukur mengenal kalian.

15. UKM KMK USU UP FH, tempat pertumbuhan selama perkuliahan, tempat dimana penulis diajarkan untuk semakin mengasihi Kristus, tempat menangis, tempat tertawa, tempat merenung. Teman-teman koordinasi


(2)

v

16. 2015 dan 2016 terimakasih boleh bertumbuh dan berjuang bersama kalian. Secara khusus kepada Sylvia, rekan sekerja dan sependeritaan penulis yang telah banyak berdoa dan memberikan motivasi dan semangat kepada penulis, semangat kita berbi. Teman-teman AKK dan PKK 2012, Saidibot, tante Ona, Irma, Vania, Lara dan semua teman-teman kompel UP FH yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Terimakasih untuk setiap doa yang dipanjatkan.

17. Teman seperjuangan di masa klinis, Lara, Jones, Iwan, Adi, Andreas, Ritcat, Riska, Esther, Sahata. Terimakasih kawan, dengan kalian akhirnya masa-masa yang ditakuti itu terlewati dengan suka.

18. Untuk segenap pegawai dan staff di Fakultas Hukum USU, terimakasih untuk keberadaan kalian boleh membantu penulis selama menjalani pendidikan S1;

19. Dan untuk setiap orang yang mengenal penulis, setiap orang yang menyebutkan nama penulis dalam doa-doanya. Terimakasih banyak;

Demikian penulis sampaikan, kiranya skripsi ini boleh berguna untuk menambah wawasan dan cakrawala berpikir setiap pihak yang membacanya.

Medan, Maret 2016 Penulis

Bettiteresya


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Pemulisan... 8

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ... 10

F. Metode Penulisan ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II PENGATURAN KONTRAK OPERASI BERSAMA PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI ... 19

A. Pengertian kontrak operasi bersama ... 19

B. Kontrak operasi bersama tidak diatur dalam perundang-undangan di Indonesia ... 27

C. Kontrak operasi bersama tunduk pada asas kebebasan Berkontrak ... 34

D. Asas-asas kontrak operasi bersama ... 39

E. Sahnya kontrak operasi bersama ... 45

F. Para pihak dalam kontrak operasi bersama ... 50


(4)

viii

BAB III TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PELAKSANAAN OPERASI PADA KONTRAK OPERASI BERSAMA PERUSAHAAN MINYAK

DAN GAS BUMI ... 56

A. Tinjauan umum tentang operasi minyak dan gas bumi... 56

1. Sejarah dan pengertian operasi minyak dan gas bumi ... 56

2. Kegiatan-kegiatan pada operasi minyak dan gas bumi ... 59

3. Pihak-pihak yang dapat melakukan kegiatan operasi minyak dan gas bumi ... 61

B. Tinjauan umum tentang pelaksanaan operasi pada kontrak operasi bersama perusahaan minyak dan gas bumi ... 65

1. Pelaksanaan Eksplorasi dan produksi ... 65

2. Pelaksanaan Pengolahan ... 69

3. Pelaksanaan Penyimpanan ... 72

4. Pelaksanaan Pengangkutan ... 74

5. Pelaksanaan Pemasaran... 75

C. Tanggung jawab para pihak pada pelaksanaan operasi pada kontrak operasi bersama perusahaan minyak dan gas bumi ... 76

BAB IV TANGGUNG JAWAB OPERATOR ATAS KERUGIAN TIDAK LANGSUNG DARI PELAKSANAAN OPERASI PADA KONTRAK OPERASI BERSAMA PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI ... 84

A. Tugas dan tanggung jawab operator pada pelaksanaan operasi .. 84

vii


(5)

viii

B. Tanggung jawab operator dalam hal terjadinya kerugian

tidak langsung pada pelaksanaan operasi ... 91

BAB V PENUTUP ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 106


(6)

ABSTRAK

TANGGUNG JAWAB OPERATOR ATAS KERUGIAN TIDAK LANGSUNG DARI PELAKSANAAN OPERASI PADA KONTRAK

OPERASI BERSAMA PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI Bettiteresya*

Bismar Nasution** Mahmul Siregar***

Kegiatan operasi minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang sangat panjang dengan padat modal, berisiko dan berteknologi tinggi.Untuk meminimalisir dan membagi biaya dan risiko para kontraktor mengadakan suatu kontrak operasi bersama (joint operating agreement).Dalam kontrak operasi bersama, operator adalah pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan operasi.Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah pengaturan mengenai kontrak operasi bersama di Indonesia, tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan operasi dan tanggung jawab operator atas terjadinya kerugian tidak langsung (consequential damages) dari pelaksanaan operasi pada kontrak operasi bersama perusahaan minyak dan gas bumi.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif difokuskan mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif.Dengan menggunakan data sekunder yang diolah dengan menggunakan metode kualitatif.

Kontrak operasi bersama tunduk kepada asas kebebasan berkontrak dan berlakulah kaidah-kaidah mengenai kontrak bisnis dengan dibatasi oleh peraturan perundang-undangan yang terkait.Dalam pelaksanaan operasi para pihak dalam kontrak operasi bersama bertanggung jawab secara proporsional sesuai dengan saham atau participating interestmasing-masing.Operator sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan operasi harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan prudent operator. Operator akan bertanggung jawab atas kerugian yang timbul sebagai akibat dari kelalaian berat (gross negligence) atau kesalahan yang disengaja (willful misconduct), tetapi operator tidak bertanggung jawab atas kerugian tidak langsung (consequential damages) yang timbul dari pelaksanaan operasi. Untuk mengetahui apakah operator telah melaksanakan peran sebagai operator sebagai prudent operator maka terhadap kontrak operasi bersama berlakulah prinsip fiduciary duty yang pembatasannya diatur dalam kontrak operasi bersama.

Kata Kunci : Tanggung Jawab Operator, Kontrak Operasi Bersama, Minyak dan Gas Bumi

* Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing II

ix