Kontrak Operasi Bersama Tunduk pada Asas Kebebasan Berkontrak

samaterlebih dahulu dengan badan pelaksana pengusahaan minyak dan gas bumi. Untuk membagi resiko dan biaya yang besar tersebut baisanya akan dibentuk semacam konsorsium untuk membentuk suatu kerja sama turunan pada pengusahaan minyak dan gas bumi. 49 Joint operating agreement kontrak operasi bersama merupakan salah satu cara untuk mewujudkan kerja sama melalui konsorsium tersebut. Peraturan perundang-undangan mengakomodir untuk dilibatkannya pihak lain dalam operasi perminyakan, baik melalui pengalihan, penyerahan, ataupun pemindahtangan seluruh maupun sebagian hak dan kewajibannya participating interest kepada pihak lain setelah mendapatkan persetujuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM, berdasarkan pertimbangan SKK MIGAS. 50

C. Kontrak Operasi Bersama Tunduk pada Asas Kebebasan Berkontrak

Joint operating agreement dapat juga merupakan turunan dari joint venture yang disepakati dengan model kontrak operasi bersama.Peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak mengatur secara jelas dan pasti mengenai kontrak operasi bersama joint operating agreement. Pasal 1233 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap perikatan bisa lahir dari perjanjian maupun undang-undang.Maka dapat disimpulkan bahwa antara perikatan dengan perjanjian adalah dua hal yang berbeda. 51 49 Ibid.,hlm. 112. 50 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Bab IV, Pasal 33 51 J.Satrio, Hukum Perjanjian Perjanjian Pada Umumnya, Cet. 1 Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992, hlm. 8. Perjanjian adalah Universitas Sumatera Utara sumber perikatan, di sampingnya ada sumber-sumber lain. Istilah kontrak lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian yang tertulis. 52 Perjanjian ataupun kontrak merupakan aspek yang sangat penting dalam kegiatan bisnis, baik yang dilakukan antar individu dalam satu negara maupun hubungan antar perusahaan yang bersifat lintas negara maupun dalam negeri.Kontrak tersebut lahir bilamana ada minimal dua pihak terkait, sudah dapat dipastikan bahwa adanya kesepakatan tersebut didasarkan pada kebebasan berkontrak para pihak yang terkait. 53 Asas kebebasan berkontrak adalah asas yang memberikan keleluasaan kepada setiap subjek hukum untuk dapat membuat perjanjian yang melahirkan hak dan kewajiban apapun sesuai dengan kesepakatan.Namun keleluasaan ini tetap dibatasi oleh Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu sebab yang halal. 54 Pasal ini dengan tidak langsung mengakui asas kebebasan berkontrak dan menegaskan bahwa ada batasan-batasan terhadap asas ini, yaitu bahwa asas kebebasan berkontrak dapat dijalankan sepanjang prestasi wajib yang harus dilakukan berdasarkan kontrak bukanlah merupakan sesuatu hal yang tidak halal ataupun sesuatu hal yang terlarang. 55 Kebebasan berkontrak diartikan sebagai kebebasan para subyek hukum untuk mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian, kebebasan untuk menentukan dengan siapa mengadakan perjanjian dan kebebasan untuk 52 Ibid. 53 Christiana Tri Budhayati, Asas Kebebasan Berkontrak dalam Hukum Perjanjian Indonesia Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana, 2009, hlm. 5. 54 Gunawan Widjaja, Memahami Prinsip Keterbukaan Aanvullend Recht Dalam Hukum Perdata, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006, hlm. 275. 55 Sesuatu yang terlarang, lihat pasal 1377 KUHPerdata Universitas Sumatera Utara menentukan isi dan bentuk perjanjian.Dengan demikian kebebasan berkontrak bersumber pada kebebasan subyek hukum individu dalam memenuhi kepentingan individu tersebut.Oleh karena itu dapat dipahami bahwa guna memenuhi kepentingan individu, kepada individu diberikan kebebasan untuk membuat perjanjian. 56 Kebebasan berkontrak pada dasarnya merupakan perwujudan dari kehendak bebas, pancaran dari hak asasi manusia yang perkembangannya dilandasi semangat liberalisme yang mengagungkan kebebasan individu.Perkembangan ini seiring dengan penyusutan BW di negeri Belanda, dan semangat liberalisme ini juga dipengaruhi semboyan revolusi Perancis “liberte, egalite et fraternite” kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. Menurut paham individualisme setiap orang bebas untuk memperoleh apa yang dikehendaki, sementara itu di dalam hukum perjanjian falsafah ini diwujudkan dalam asas kebebasan berkontrak. 57 Doktrin mendasar pada kebebasan berkontrak yang melekat adalah kontrak sebagai perwujudan kebebasan kehendak free will para pihak yang membuat kontrak. Dengan kontrak akan tercipta kewajiban-kewajiban baru yang ditentukan oleh para pihak, dengan demikian kebebasan berkontrak telah memutuskan hubungan antara kebiasaan dan kewajiban kontraktual. Kebebasan 56 Christiana Tri Budhayati, Op.Cit.,hlm. 6. 57 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian, Asas Proporsional Dalam Kontrak Komersial Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009, hlm. 109. Universitas Sumatera Utara berkontrak memperbolehkan kesepakatan untuk mengesampingkan kewajiban- kewajiban berdasarkan kebiasaan yang telah ada sebelumya. 58 Buku III KUHPerdata menganut sistem terbuka, artinya hukum memberikan keleluasaan kepada para pihak untuk mengatur sendiri pola hubungan hukum yang dibuatnya.Sitem keterbukaan buku III KUHPerdata ini tercermin dari substansi Pasal 1338 angka 1 KUHPerdata yang menyatakan bahwa, “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Dengan menekankan pada perkataan semua, maka pasal tersebut seolah-olah berisikan suatu pernyataan kepada masyarakat bahwa kita diperbolehkan membuat suatu perjanjian yang berupa dan berisi apa saja atau tentang apa saja dan perikatan itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu undang-undang. 59 58 Ridwan Khairandy, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak Jakarta: Pasca sarjana FH UI, 2003, hlm. 86. 59 Subekti, Hukum Perjanjian Jakarta : PT. Inermasa, 1979, hlm. 14. Selanjutnya sistem terbuka dari hukum perjanjian itu, juga mengandung suatu pengertian bahwa perjanjian-perjanjian khusus yang diatur dalam undang- undang hanyalah merupakan perjanjian yang paling terkenal di masyarakat pada waktu pembentukan kitab undang-undang hukum perdata. Oleh karenanya untuk setiap perjanjian yang tidak diatur dalam kitab undng-undang hukum perdata ini tunduk kepada asas kebebasan berkontrak dimana para pihak bebas membuat perjanjian dengan bentuk atau format apa pun tertulis, lisan, scriptless, paperless, autentik, non-autentik,sepihakeenzijdig, adhesi,standarbaku, dan lain-lain, serta dengan isi atau substansi yang diinginkan para pihak. Universitas Sumatera Utara Menurut Sutan Remi Sjahdeini, asas kebebasan berkontrak menurut hukum perjanjian Indonesia meliputi ruang lingkup sebagai berikut 60 1. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian : 2. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian 3. Kebebasan untuk menentukan atau memilih kausa dari perjanjian yang akan dibuatnya 4. Kebebasan untuk menentukan objek perjajian 5. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian 6. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi undang-undang yang bersifat opsional. Mengingat kontrak operasi bersama tidak diatur oleh regulasi hukum di Indonesia, maka sebagai salah satu bentuk perjanjian ataupun kontrak, dimana dua atau lebih pihak mengikatkan diri untuk melakukan suatu prestasi, kontrak operasi bersama tunduk kepada asas kebebasan berkontrak. Dalam hal ini kontrak operasi bersama dibuat oleh para pihak yang terkait berdasarkan asas kebebasan berkontrak untuk menentukan isi, bentuk dan pola dari kontrak operasi bersama sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan terkait. Dengan kata lain berlakunya asas kebebasan berkontrak sebagai dasar dalam membuat kontrak operasi bersama dibatasi oleh ketentuan-ketentuan berkontrak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 60 Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hlm. 120. Universitas Sumatera Utara

D. Asas-Asas Kontrak Operasi Bersama