43 2. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
relatif lama Bungin 2007:111. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap informan yang berstatus sebagai nelayan tradisional.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian.Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini melalui penelitian
studi kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data, diperoleh dari buku- buku ilmiah, laporan penelitian ilmiah, dokumen, jurnal, skripsi, dan foto yang
dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.
3.5 Interpretasi data
Interpretasi data atau penafsiran data merupakan suatu kegiatan menggabungkan antara hasil analisis dengan permasalahan penelitian untuk
menemukan makna yang ada dalam permasalahan.Interpretasi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia yang didapat melalui observasi,
wawancara, dan juga dokumentasi. Setelah itu kemudian data akan dipelajari dan ditelaah kembali menggunakan teori yang digunakan dan di interpretasikan secara
kualitatif untuk menganalisis permasalahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
44 Interpretasi data dimulai dengan seluruh data-data yang telah diperoleh
dalam penelitian ini baik melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan catatadilapangan akan diinterpretasikan berdasarkan dukungan teori dalam kajian
pustaka, kemudian data tersebut akan diatur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti akan mengelompokkan data-
data yang diperoleh dari hasil wawancara dan sebagainya, selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang
baik dan sampai pada akhirnya menjadikan laporan penelitian.
3.6 Jadwal Kegiatan
Tabel 2 : Jadwal Kegiatan Penelitian
No
Kegiatan Bulan Ke-
1 2
3 4
5 6
7 8
9
1.
Pra Proposal √
2.
ACC Judul √
3.
Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √
4.
Seminar Proposal Penelitian √
5.
Penelitian Lapangan √
6.
Pengumpulan dan Analisis Data √ √ √
7.
Bimbingan Skripsi √ √ √
8.
Penulisan Laporan
Akhir
√ √ √
9.
Sidang Meja Hijau √
Universitas Sumatera Utara
45
BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1 Sejarah dan Dinamika Perkembangan Desa Perupuk
Desa Perupuk merupakan salah satu Desa yang terdapat di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara yang sudah berdiri sejak tahun 1400.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang tokoh masyarakat Bapak Syahbuddin62 tahun yang merupakan penduduk asli Desa Perupuk, terkait
sejarah Desa disebutkan bahwa dulunya datanglah orang dari Pagaruyung Sumatera Barat 1 keluarga sebanyak 5 lima orang, 5 Lima orang inilah yang
pertama membuka hutan untuk dijadikan pemukimankampung, diwaktu itu kelima orang tersebut gotong royong membuka hutan, hutan tersebut ditumbuhi
sejenis pohon pupuk yang sangat lebat dan berantai, pada siang harinya ditebas dibersihkan, keesokan harinya pohon pupuk tersebut kembali seperti biasa,
sudah beberapa hari dikerjakan tetap kembali seperti biasa. Pada akhirnya salah satu dari 5 orang tersebut bermimpi agar memotong seekor ayam dan dimakan
bersama-sama di sebuah tanah lapang. Jadi terpikirlah satu diantara ke-5 dari Keluarga tersebut untuk memberikan nama kampung Perupuk, jika hal ini berhasil
maka dijadikan dinobatkan nama kampung tersebut Kampung Perupuk, setelah diniatkan oleh salah satu dari Keluarga tersebut maka hutan itu dapatlah
dibersihkan. Mulai saat itu Desa Perupuk dikepalai oleh keturunan dari 5lima orang pembuka Desa Perupuk sampai 7 keturunan. Setelah habis 7 keturunan
dapat digantikan oleh warga lainnya.
Universitas Sumatera Utara
46 Sejak Desa ini berdiri menjadi Desa Perupuk terdapat 10 Kepala Desa
yang pernah menjabat di Desa ini.Sedangkan Kepala Desa selanjutnya yang menjabat sampai saat ini merupakan Kepala Desa yang ke 11 memimpin Desa.
Awalnya Desa Guntung yang ada di sebelah Timur dan desa Kuala tanjung yang terletak di sebelah Barat merupakan Desa Perupuk, seiring dengan
perkembangan waktu dua desa tersebut melakukan pemekaran.Dengan dipersempitnya Desa Perupuk, sampai saat ini banyak mengalami kemajuan.
Desa Perupuk saat ini dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang bernama Bapak Syarkawi yang telah menjabat selama 2 tahun dan sekretaris Desa yang
bernama Muhammad Hendra Adha S.H. Desa ini memiliki 13 Dusun yang masing-masing Dusun dipimpin oleh seorang kepala Dusun. Balai Desa saat ini
memiliki anggota sebanyak 3 perangkat Desa, 1 Kepala Urusan Pemerintahan yang bernama Elyus Fauziati, 1 Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat bernama
Eva Meutia, dan 1 Kepala Urusan Umum yang bernama Siti Suratna dan 12 kepala Dusun. Dusun I kepala lingkungannya bernama Alfian, Dusun II dipimpin
oleh Khairuddin, Dusun III dipimpin oleh Syamsul Bahri, Dusun IV dipimpin oleh Hassanuddin, Desa V dipimpin oleh Ruspan, Dusun VI dipimpin oleh
Swalis, Dusun VII dipimpin oleh Harunsyah, Dusun VIII dipimpin oleh Khoiri,Dusun IX dipimpin oleh Abu Bakar, Dusun X dipimpin oleh Marwan,
Dusun XI dipimpin oleh Khoirul Usman, Dusun XII dipimpin oleh Muhammad Yusuf, Dusun XIII dipimpin oleh Sabri S. Adapun struktur pemerintahan Desa
Perupuk sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
47
Bagan 1: STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA PERUPUK KEC. LIMA PULUH,
KAB. BATU BARA
4.1.2 Keadaan Geografis Desa dan Lingkungan Alam
Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara memiliki wilayah yang terdiri dari 13 Dusun yaitu Dusun I terdiri dari 213 KK 799 jiwa,
Dusun II terdiri dari 160 KK 540 jiwa, Dusun III terdiri dari 144 KK 618 jiwa, Dusun IV terdiri 220 KK 1.167 jiwa, Dusun V terdiri dari 132 KK 548 jiwa,
Dusun VI terdiri dari 91 KK 351 jiwa, Dusun VII terdiri dari 57 KK 207 jiwa, Kepala desa
Sekdes
Staf
Kaur.kesra Kaur.umum
Kadus.V Kadus VI
Kadus VII Kadus VIII
Kadus.IV
Kadus.III Kadus.II
Kadus.I Kaur.pem
Kadus.XI Kadus.XIII
Kadus.XII Kadus.X
Kadus.IX
Universitas Sumatera Utara
48 Dusun VIII terdiri dari 127 KK 483 jiwa, Dusun IX terdiri dari 179 KK 782
jiwa, Dusun X terdiri dari 82 KK 314 jiwa, Dusun XI terdiri dari 61 KK 255 jiwa, Dusun XII terdiri dari 91 KK 409 jiwa, Dusun XIII terdiri dari 140 KK
586 jiwa. Secara geografis Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh berada di
ketinggian 14 m dpl. Suhu rata-rata harian 27 - 30ºC, curah hujan 20003000 mm, dan jumlah bulan hujan sebanyak 5 bulan, memiliki jarak tempuh dari pusat kota
Medan ± 175 km dan kelurahan ini memiliki wilayah seluas ± 1.235 ha, yang terdiri dari:
Tanah sawah Irigasi : 510ha
Tanah sawah Tadah Hujan : 18ha
Permukiman : 95ha
Kebun KelapaK. Sawit : 520ha
Kebun Palawija : 5ha
Tanah Hutan Lindung : 20ha
Tanah lainnya : 60 ha
Sedangkan batas wilayahnya adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan
: Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Bulan-bulan
Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Gambus Laut
Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Guntung
Universitas Sumatera Utara
49
4.1.3 Gambaran Penduduk Desa Perupuk 4.1.3.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Lingkungan Tempat
Tinggal
Jumlah penduduk di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara adalah 7.059 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 3.499jiwa dan
perempuan berjumlah 3.560 jiwa. Jumlah kepala keluarga KK yaitu 1.697 KK. Dari seluruh jumlah penduduk yang tinggal di Desa ini terbagi ke dalam 13 Dusun
yang masing-masing Dusun terdiri dari 799 jiwa di Dusun I dipimpin oleh Alfian, Dusun II 540 jiwa dipimpin oleh Khairuddin, Dusun III 618 jiwa dipimpin oleh
Syamsul Bahri, Dusun IV 1.167 jiwa dipimpin oleh Hassanuddin, Dusun V 548 jiwa dipimpin oleh Ruspan, Dusun VI 351 jiwa dipimpin oleh Swalis, Dusun VII
207 jiwa dipimpin oleh Harunsyah, Dusun VIII 483 jiwa dipimpin oleh Khoiri, Dusun IX 782 jiwa dipimpin oleh Abu Bakar, Dusun X 314 jiwa dipimpin oleh
Marwan, Dusun XI 255 jiwa dipimpin oleh Khoirul Usman, Dusun XII 409 jiwa dipimpin oleh Muhammad Yusuf, Dusun XIII 586 jiwa dipimpin oleh Sabri
S.Seluruh penduduk di desa ini adalah warga Negara Indonesia atau penduduk pribumi. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3 :Berdasarkan Jenis Kelamin dan Lingkungan Tempat Tinggal
No. Dusun
Jumlah KK
Jumlah Laki- laki
Jumlah Perempuan
Total
F F
F
1. I
213 404
50,56 395 49,43 799
100
Universitas Sumatera Utara
50 2.
II 160
220 40,74 320
59,25 540 100
3. III
144 299
48,38 319 51,61 618
100 4.
IV 220
586 50,21 581
49,78 1.167 100
5. V
132 275
50,18 273 46,74 548
100 6.
VI 91
163 46,43 188
53,56 351 100
7. VII
57 106
51,20 101 48,79
207 100
8. VIII
127 254
52,58 229 47,41 483
100 9.
IX 179
390 49,87 392
50,12 782 100
10. X
82 160
50,95 154 49,04 314
100 11.
XI 61
134 59,55 121
47,45 255 100
12. XII
91 206
50,36 203 49,63
409 100
13 XIII
140 302
51,53 284 48,46 586
100
Total 1.697
3.499 49,56 3.560
50,43 7.059 100
Sumber: Profil Desa Perupuk 2015
Dari tabel 3 dapat kita peroleh gambaran bahwa dari 1.697 KK, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk
laki-laki yaitu 3.560 Jiwa 50,43 , Sedangkan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 3.499 Jiwa 49,56 . Dari 13 Dusun yang ada di Desa Perupuk,
Dusun IV dengan kepala Dusun Bapak Hassanuddin merupakan salah satu
Universitas Sumatera Utara
51 lingkungan yang penduduknya lebih banyak dibandingkan dengan lingkungan
lainnya.Dusun ini terdiri dari 220 KK dengan jumlah penduduk 1.167 jiwa.
4.1.3.3Penduduk Berdasarkan Agama
Ditinjau dari sudut agama, masyarakat di Desa Perupuk termasuk kategori masyarakat yang mendekati homogen. Hal ini dikarenakan Mayoritas masyarakat
Perupuk beragama Islam. Selain itu perkembangan agama berkembang berdasarkan turunan dari orang tua ke anak dan ke cucu. Hal inilah membuat
agama Islam mendominasi agama di Desa Perupuk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 4 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama No
Agama Jumlah
Persentase
1. Islam
7.056 99,95
2. Kristen P
3 0,04
Jumlah 7.059
100 Sumber : Profil Desa Perupuk 2015
Bersadarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa agama yang paling banyak dianut masyarakat di Desa ini adalah agama islam dengan jumlah 99,95 atau 7.056
jiwa. Agama ini sebagai agama mayoritas yang paling banyak dianut masyarakat dikarenakan penduduk yang tinggal di Desa ini mayoritas suku Melayu. Dan kita
ketahui bahwa Etnis Melayu sudah pasti beragama islam. Sedangkan agama Kristen Protestan hanya 0,04 atau 3 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
52
4.1.3.4 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu sarana untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dalam berpikir, baik itu secara formal maupun informal.Dengan
bekal pendidikan yang dimiliki, seseorang diharapkan dapat berdiri sendiri dalam menunjang kehidupannya di kemudian hari. Bila ditinjau dari segi
pendidikannya, penduduk Desa Perupuk cukup bervariasi tingkatannya, sebagaimana terlihat dalam tabel 4 berikut ini:
Tabel 5 :Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan No
Tingkat pendidikan Jumlah jiwa
Persentase
1. Belum Sekolah
900 12,74
2. Taman Kanak-Kanak
430 6,09
3. Tidak Tamat SD
1.492 21,13
4. SD
1.820 25,78
5. SMP
985 13,95
6. SMA
850 12,04
7. Diploma
250 3,54
8. Sarjana
238 3,37
9. Pendidikan Keterampilan
94 1,33
Jumlah 7.059
100 Sumber : Profil Desa Perupuk 2015
Berdasarkan tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Desa Perupuk dapat dikatakan tergolong rendah, dimana tingkat
pendidikan penduduknya lebih banyak yang tamatan SD yang berjumlah 1.820
Universitas Sumatera Utara
53 jiwa 25,78 dan jumlah penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 1.492 jiwa
21,13 . Akan tetapi ada penduduk yang memeiliki pendidikan terakhir seperti SMP, SMA, Diploma bahkan Sarjana.
4.1.3.5 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Mata pencaharian merupakan sumber dasar dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penduduk Desa Perupuk memiliki berbagai sumber mata
pencaharian, antara lain ada yang berprofesi sebagai Petani, Nelayan, Jasa, Industri Rumah Tangga, Pedagang dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6 :Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan No.
Jenis Pekerjaan Jumlah jiwa
Persentase
1. Petani
654 38,79
2. Nelayan
476 28,23
3. Jasa
98 5,81
4. Industri Rumah Tangga
66 3,91
5. Pedagang
97 5,75
6. Pegawai Negeri Sipil
57 3,38
7. Karyawan
23 1,36
8. Buruh
129 7,65
9. Lain-laintidak tetap
86 5,11
Jumlah 1.686
100 Sumber: Profil Desa Perupuk 2015
Universitas Sumatera Utara
54 Dilihat dari sumber mata pencaharian penduduk, pekerjaan penduduk
Desa Perupuk yang paling banyak adalah petani yaitu 654 jiwa 38,79, hal ini dikarenakan di Desa Perupuk merupakan Desa yang mempunyai tanah yang subur
dan cocok digunakan untuk menanam padi dan cabai. Selain terletak daerah persawahan, Desa Perupuk juga berada di daerah pinggiran pantai, yang membuat
masyarakat juga bergantung dari hasil laut. Masyarakat Desa Perupuk bekerja sebagai nelayan sebanyak 476 jiwa 28,23. Berprofesi sebagai buruh 129 jiwa
7,65, jasa sebanyak 98 jiwa 5,81, sedangkan pedagang 97 jiwa 5,75. Hal ini dikarenakan Desa Perupuk jauh dari perkotaan yang tidak memungkinkan
untuk belanja kebutuhan sehari-hari ke kota setiap minggunya. Dan masyarakat yang bekerja lainnyatidak tetap sebanyak 86 jiwa 5,11. Pekerjaan lainnya
misalnya saja bekerja serabutan, yang artinya masyarakat tersebut tidak memiliki pekerjaan untuk dikelola sendiri, hanya mencari masyarakat lain yang
membutuhkan tenaganya untuk mendapatkan pekerjaan. Sementara masyarakat yang bekerja di industri rumah tangga 66 jiwa 3,91, selain itu ada juga yang
bekerja sebagai Pegawai negeri sipil 57 jiwa 3,38, dan yang terkecil adalah yang bekerja sebagai karyawan yaitu sebesar 23 jiwa 1,36.
Berdasarkan data yang didapatkan dari Kantor Dinas Sosial Kabupaten Batu Bara yaitu Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS tahun
2016, bahwa masyarakat Desa Perupuk tergolong fakir miskin sebanyak 280 KK 16,49 dari 1.697 KK, yang bersumber dari semua jenis pekerjaan tidak
terkecuali nelayan.Kemiskinan seseorang juga dilatar belakangi oleh jenis pekerjaan.Pekerjaan sebagai indikator status ekonomi mempunyai peranan
penting dalam mempengaruhi perekonomian keluarga.
Universitas Sumatera Utara
55
4.1.4 Sarana dan Prasarana Desa 4.1.4.1 Sarana Kesehatan
Pemenuhan kebutuhan kesehatan di Desa Perupuk dilengkapi oleh beberapa prasarana kesehatan.Adapun sarana kesehatan yang terdapat di Desa ini
sebanyak 8 unit seperti PUSTU puskesmas pembantu dan posyandu yang semuanya diharapkan dapat menunjang dan mendukung kesehatan masyarakat.
Untuk lebih terperinci dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 7 :Sarana Kesehatan yang ada di Desa Perupuk No
Sarana Kesehatan Jumlah
1. Puskesmas Pembantu
1 unit 2.
Posyandu 7 unit
Total 8 unit
Sumber: Profil Desa Perupuk 2015
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang terdapat di kelurahan ini terdiri dari dua sarana kesehatan diantaranya Puskesmas Pembantu
ada 1 unit, dan Posyandu 7 unit.
4.1.4.2 Sarana Pendidikan
Dalam kehidupan dunia pendidikan sangatlah penting karena pendidikan sebagai upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga dalam setiap
Desa sangat dibutuhkan adanya sarana pendidikan berupa lembaga-lembaga pendidikan. Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di Desa Perupuk adalah
Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Madrasah
Universitas Sumatera Utara
56 Ibtida’iyah, Sekolah Menengah Pertama, dan Madrasah Tsanawiyah Al-Wasliyah
yang berstatus negeri dan swasta seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 8 : Sarana Pendidikan yang ada di Desa Perupuk No
Sarana Pendidikan Negeri
Swasta Jumlah
1. PAUD
- 7
7 2.
TK 2
2 3.
SD 4
4 4.
MIB 6
6 5.
SMP 1
1 6.
MTS AL-WASLIYAH 1
1 Jumlah
5 16
21
Sumber: Profil Desa Perupuk 2015
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah sarana pendidikan yang terdapat di Desa Perupuk berjumlah 21 unit. Dimana sarana pendidikan negeri sebanyak 5
unit dengan rincian tingkat SD 4 unit dan tingkat SMP 1 unit, sarana pendidikan milik swasta terdapat 16 unit dengan rincian tingkat PAUD 7 unit, TK ada 2 unit,
tingkat MIB 6 unit, dan tingkat MTS ada 1 unit. Berdasarkan jumlah sarana pendidikan yang terdapat di Desa ini belum maksimal dalam menunjang
pendidikan masyarakat dikarenakan belum adanya sekolah tingkat SMA.
4.1.4.3 SaranaIbadah
Dalam kehidupan beragama, sarana peribadahan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan rohaniah serta memudahkan masyarakat dalam
Universitas Sumatera Utara
57 melaksanakan ibadah, Desa Perupuk memiliki sarana peribadahan berupa rumah
ibadah. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 9 :Sarana Ibadah yang ada di Desa Perupuk No
Sarana Ibadah Jumlah
1. Mushollah
11 unit 2.
Mesjid 5 unit
Total 16 unit
Sumber: Profil Desa Perupuk 2015
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah sarana peribadatan yang terdapat di Desa Perupuk terdiri dari 11 unit Mushollah, dan 5 unit Mesjid. Di
Desa ini tidak terdapat rumah ibadat untuk agama lain, karena pada dasarnya masyarakatnya 99,95 beragama islam.
4.1.4.4 Sarana Komunikasi
Hiburan yang dapat memberi kesenangan hidup di desa Perupuk ini adalah dengan adanya pesawat televisi.TV merupakan sumber informasi utama dan
sarana hiburan bagi seluruh keluarga. Baragam siaran dapat di tangkap oleh TV, seperti Global TV, SCTV, RCTI, INDOSIAR, MNC TV, TV One, dan Trans 7.
Untuk ANTV, Trans TV dan Metro TV dapat dilihat tapi agak buram atau biasanya dibilang bersemut. Siaran yang paling digemari adalah sinetron, dan
siaran berita.Selain televisi penduduk juga menggunakan radio sebagai sarana komunikasi.Siaran yang paling digemari adalah musik pop dan dangdut saat ibu-
ibu rumah tangga dan para remaja yang sedang melakukan rumahnya.Di desa Perupuk sudah masuk alat komunikasi pesawat telepon. Akan tetapi warga di sini
Universitas Sumatera Utara
58 tidak banyak yang menggunakannya, hanya kantor pemerintah saja yang
menggunakannya. Warga lebih memilih menggunakan handphone dari pada memasang pesawat telepon, karena warga merasa lebih hemat dan simpel.
Handphone tidak lagi menjadi barang mewah disini akan tetapi sudah menjadi kebutuhan pokok untuk sarana komunikasi.
4.1.4.5 Sarana Rekreasi dan Hiburan
Desa Perupuk yang terletak di pesisir, menjadikan desa ini memiliki banyak tempat rekreasi, yaitu rekreasi tepi pantai.Terdapat beberapa tempat
rekreasi tepi pantai yang dapat menjadi pilihan untuk wisatawan.Beberapa pantai itu yaitu, Pantai Datuk, Pantai Sejarah, Pantai Bunga, dan Pantai Laut.Pantai
Datuk yang terletak tidak jauh dari desa Perupuk merupakan pantai berpasir putih dan memiliki pemandangan yang indah serta angin yang sejuk menenangkan
hati.Di pantai ini juga terdapat kolam renang air tawar yang dibuat untuk menambah kesenangan pengunjung.Pantai Sejarah yang memiliki pemandangan
kelaut lepas sungguh indah. Fasilitas yang ada di Pantai Sejarah tidak terlalu banyak, tidak seperti di Pantai Datuk, akan tetapi tetap saja pengunjung tidak
pernah sepi di sini terutama pada hari sabtu dan minggu. Ada juga Pantai Bunga, dan Pantai Laut.Untuk mencapai Pantai Laut kita harus menggunakan sampan,
pasir putih dan pemandangan yang indah, tidak banyak yang datang ke pantai ini karena untuk pergi kesana harus menggunakan sampan.
Universitas Sumatera Utara
59
4.1.4.6 Sarana Transportasi
Desa Perupuk terletak jauh dari jalan besar, atau biasanya disebut jalan lintas Kuala Tanjung.Untuk dapat mencapai desa ini dari jalan besar menaiki
becak motor, karena angkutan umum tidak ada yang masuk kedalam desa, tarifnya sekitar Rp.25.000-30.000. Rata-rata warga desa Perupuk memiliki sepeda
motor sebagai sarana transportasi mereka untuk keluar desa atau hanya sekedar belanja ke pajak. Sepeda juga merupakan transportasi penduduk untuk pergi
kerumah saudara terdekat yang masih satu dusun.Dari Medan dapat ditempuh dengan menggunakan bus umum dari terminal terpadu Amplas. Bus yang
mempunyai trayek langsung ke desa Perupuk adalah bus CV Sartika. Lama perjalanan dari kota medan sekitar 4 jam dengan tarif Rp. 30.000.
4.1.5 Keadaan Flora dan Fauna
Jenis tumbuhan yang terdapat di desa Perupuk cukup beragam walaupun desa ini terletak di daerah pesisir pantai. Tumbuhan yang terdapat di daerah ini
antara lain: kelapa, kelapa sawit, rumbia, pohon bakau mangrove, dan nipah. Beberapa jenis tumbuhan palawija juga dapat timbuh di desa ini antara lain: padi,
cabai, dan kacang-kacangan. Hewan yang terdapat di desa Perupuk merupakan hewan yang ada di
daerah persawahan seperti ular dan tikus, termasuk juga burung-burung yang berterbangan.Dan ada juga hewan peliharaan penduduk seperti kambing, lembu,
itik dan ayam.Hewan peliharaan ini selain untuk dikonsumsi sendiri juga dijual sebagai penambah penghasilan rumahtangga. Jenis hewan peliharaan lain yang
tidak untuk dikonsumsi adalah ikan lele, kucing dan burung perkutut.
Universitas Sumatera Utara
60
4.1.6 Hubungan Sosial dan Organisasi Sosial
Hubungan sosial antar tetangga di desa ini sangat baik. Hal ini terlihat saat berkumpul di warung saat belanja, maka ibu-ibu akan bercerita dan bercanda
tertawa dengan ibu-ibu yang lain. Setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah maka ibu-ibu akan kumpul di satu rumah. Begitu pula saat diadakannya wirit yang
dilakukan setiap seminggu sekali disalah satu rumah warga maka warga akan datang membantu. Pada saat acara pesta seperti pernikahan atau sunatan juga
begitu, biasanya disebut rewang, yaitu kegiatan masak memasak yang dilakukan warga disalah satu rumah yang ingin membuat acara.Sama seperti ibu-ibu, bapak-
bapak juga memiliki kebiasaan wirit setiap minggu dirumah warga, wirit bapak- bapak dilakukan saat malam.Bapak-bapak biasanya pada malam hari berkumpul
dimesjid setelah melakukan sholat Isya.Berbincang-bincang tentang pekerjaan, tentang penghasilan mereka dan terkadang juga membahas soal kondisi politik
negara.
4.2 Profil Informan 1. Informan Pertama
Nama : Ishak
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Penghasilan keluargabulan : Rp. 850.000,-
Pengeluaran bulan : Rp. 850.000,-
Universitas Sumatera Utara
61 Jumlah tanggungan
: 5 orang Alat melaut
: Sampan dayung dan Jaring Kepemilikan alat
: Milik sendiri Dusun
: IX Bapak Ishak adalah seorang nelayan tradisional yang berasal dari Dusun
IX.Beliau berumur 50 tahun dan sudah menjadi seorang nelayan sejak belum menikah hingga sekarang ±30 tahun.Orang tua Bapak Ishak dahulunya juga
seorang nelayan.Bapak Ishak memiliki seorang isteri yang bernama Yusmi yang sekarang berumur 41 tahun.Ibu Yusmi sendiri lahir pada tahun
1975.Pendidikan terakhir pak Ishak hanyalah SD dan ibu Yusmi adalah tamatan SMP. Beliau memiliki total 6 enam anggota keluarga yang tinggal
dalam satu rumah dan memiliki 4 empat orang anak yang masih menjadi tanggungannya yang terdiri dari 1 satu orang anak perempuan dan 3 tiga
orang anak laki-laki. Anak yang pertama bernama Hanafi dan telah berumur 23 tahun.Hanafi sendiri berpendidikan terakhir SMP dan saat ini bekerja di
Malaysia menjadi TKI Tenaga Kerja Indonesia. Sedangkan anak pak Ishak yang kedua bernama Aminah berumur 21 tahun, yang ketiga bernama
Zulkifli yang berumur 18 tahun, dan Rizki syahmi anak Pak Ishak yang keempat masih berumur 2 tahun.
Peralatan yang digunakan pak Ishak dalam melaut berupa sampan kecil menggunakan dayung yang terbuat dari kayu, dan alat tangkap yang
digunakan adalah jaring udang.Nelayan kecil seperti pak Ishak hanya beroperasi disekitar pinggir pantai. Penghasilan pak Ishak sendiri sebagai
nelayan tradisional berkisar Rp.15.000; - 30.000;- perhari. Untuk biaya
Universitas Sumatera Utara
62 makan saja terkadang melebihi pendapatan yang didapat perharinya, belum
lagi biaya listrik yang berkisar Rp.40.000,- perbulannya. Dengan keaadan serba kekurangan, isteri serta anaknya tidak tinggal diam. Isteri pak ishak
bekerja sebagai tukang jahit dan anaknya bekerja di luar negeri demi menambah penghasilan keluarga.
2. Informan Ke Dua
Nama : Muhammad Salam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Penghasilan keluargabulan : Rp. 700.000,-
Pengeluaran bulan : Rp. 700.000,-
Jumlah tanggungan : 5 orang
Alat melaut : Sampan Dayung dan Jaring
Kepemilikan alat : Milik sendiri
Dusun : IX
Bapak M. Salam merupakan warga Dusun IX yang sudah cukup lama tinggal di Desa Perupuk, sebelumnya Pak M. Salam merupakan warga
Dusun XI.Beliau tinggal di Dusun IX sejak tahun 2004.Bapak M. Salam telah berumur 40 tahun dan sudah 24 tahun bekerja sebagai nelayan.Beliau
memiliki seorang isteri yang bernama Ibu Aisyah yang sekarang berumur 35 tahun. Bapak M. Salam dan juga isterinya berpendidikan terakhir SD. Dari
Universitas Sumatera Utara
63 hasil pernikahannya Bapak M.Salam memiliki 4 empat orang anak 2 dua
laki-laki dan 2 dua perempuan. Anak yang pertama bernama Suhaimi telah berumur 18 tahun dan anak yang kedua bernama Sumiyanti 17 tahun.
Keduanya sama-sama tamatan SMP dan sekarang bekerja di Rumah Makan RM di Kota Medan. Anak beliau yang ketiga bernama fatimah dan
sekarang berumur 11 tahun dan anak Bapak M. Salam yang terakhir bernama Edo Syahputra dan masih berumur 8 tahun. Anak kedua dan ketiga dari
pasangan Bapak M. Salam dan Ibu Aisyah ini sedang mengenyam pendidikan di bangku SD. Bapak M. Salam mengatakan bahwa rumah dan
kendaraan yang ditumpanginya sekarang adalah milik anaknya. Walaupun anak Bapak Salam belum ada yang menikah, tetapi anak pertama dan kedua
Bapak ini mengirimkan uang dengan orang tuanya untuk membangun rumah dan membeli kendaraan sepeda motor seadanya agar orang tuanya dapat
berpergian dengan mudah. Bapak M. Salam mengatakan bahwa orang tuanya dahulu juga bekerja
sebagai nelayan, dan sehingga pekerjaan nelayan menurun kepada Bapak M. Salam. Alasan Bapak M. Salam masih bertahan menjadi nelayan tradisional
dikarenakan tidak ada modal untuk mengganti peralatan melaut yang lebih modern. Beliau juga mengatakan Selain modal, dikarenakan juga tidak ada
kerja lain, apalagi hanya tamatan SD susah untuk mendapatkan pekerjaan. Jika cuaca bagus dan saat ikan banyak dilaut penghasilan Bapak M. Salam
bisa mencapai Rp. 50.000,- satu harinya, akan tetapi tidak jarang Bapak M. Salam berpenghasilan dibawah Rp. 20.000,- dan terkadang tidak ada sama
sekali dikarenakan cuaca yang tidak bagus.Penghasilan yang selalu
Universitas Sumatera Utara
64 mengalami ketidakpastian ini, membuat anak serta istri dari pak M. Salam
juga terlibat dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
3. Informan Ke Tiga
Nama : Johan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 55
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Penghasilan keluargabulan : Rp. 850.000,-
Pengeluaran bulan : Rp. 850.000,-
Jumlah tanggungan : 4 orang
Alat melaut : Mesin Tempel dan Jaring
Kepemilikan alat : Milik Tokeh
Dusun : X1
Bapak Johan merupakan warga asli Desa Perupuk yang merupakan seorang nelayan tradisional yang sudah berumur 55 tahun.Beliau menjadi
nelayan ±30 tahun. Ibu Supiah adalah istri beliau, Ibu Supiah dan Bapak Johan sama-sama tidak menamatkan pendidikannya di SD. Dari pasangan ini
memiliki anak 7 orang, tetapi yang menjadi tanggungan sekarang 4 orang. Anak Bapak Johan sudah berkeluarga semua, akan tetapi anak dari urutan
keempat dari pasangan Bapak Johan dengan Ibu Supiah ini sudah berpisah dengan suaminya. Anak yang keempat ini bernama Wardiah 30 tahun dan
mempunyai 2 dua orang anak 1 satu laki-laki dan 1 satu perempuan.
Universitas Sumatera Utara
65 Perempuan yang bernama Mahyuni 17 tahun yang sedang mengenyam
pendidikan di SMA, sedangkan laki-laki bernama Rizal 11 tahun masih duduk di bangku SD. Anak, isteri beserta cucu itulah yang menjadi
tanggungan Bapak Johan sekarang. Orang tua Bapak Johan dahulunya adalah seorang pedagang, akan tetapi
pekerjaan itu tidak dapat dilanjutkan oleh pak Johan dikarenakan tidak adanya modal, hingga akhirnya diputuskan oleh pak Johan untuk menjadi
seorang nelayan. Pak johan mengatakan bahwa tidak ada kerja lain yang dapat dikerjakannya selain melautakan tetapi pak johan juga terkadang
membuat atap dari daun nipah apabila ada pesanan orang, jika tidak ada pesanan maka keluarga pak johan hanya bergantung dari hasil laut. Keluarga
pak Johan tidak memiliki modal maupun keterampilan yang dapat dikembangkan.
Bapak Johan tidak memiliki sampan maupun alat tangkap jaring, yang dipakai oleh Pak Johan hingga sekarang ini adalah milik tokeh.Tokeh
memberikan pinjaman sampan dan jaring kepada Pak johan, tanpa meminta bayaran.Akan tetapi ikan yang didapat dari hasil melaut harus dijual kepada
tokeh tersebut, dan sampan beserta jaring tersebut hanya bisa dipakai selagi masih berhubungan jual beli ikan dengan tokeh itu.
Rumah pak Johan terbuat dari papan, beratapkan daun rumbia.Tanah yang ditempati oleh rumah beliau masih status menumpang dan kamar mandinya
tidak terdapat didalam rumah.Sumur dibuat sekitar 15 meter dari rumah dan berdindingkan daun kelapa. Dirumah pak Johan tidak terdapat meteran
Universitas Sumatera Utara
66 listrik, beliau mengambil aliran listrik dari tetangga yang dibayar Rp.
40.000,- perbulannya.
4. Informan Ke Empat
Nama : Ridwan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 43
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Penghasilan keluargabulan : Rp. 900.000,-
Pengeluaran bulan : Rp. 900.000,-
Jumlah tanggungan : 4 orang
Alat melaut : Mesin Tempel dan Jaring
Kepemilikan alat : Milik Sendiri
Dusun : IX
Bapak Ridwan merupakan salah satu warga Dusun IX di Desa Perupuk.Beliau bekerja sebagai nelayan tradisional ±24 tahun dan sudah
menikah dengan isterinya yang bernama Ibu Sahara 20 tahun yang lalu. Pak Ridwan pendidikan terakhirnya adalah SMA sedangkan Ibu Sahara hanya
tamatan SD. Dari pasangan ini mempunyai anak 3 tiga orang dimana terdapat 2 dua anak perempuan dan 1 satu laki-laki yang semuanya masih
menjadi tanggungan pak Ridwan. Anaknya yang mash bersekolah sebanyak 2 dua orang. Jadi total tanggungan pak Ridwan adalah 4 orang yaitu isteri
dan ketiga anaknya yang semuanya masih berada di dalam satu rumah. Anak
Universitas Sumatera Utara
67 pak Ridwan yang pertama perempuan bernama Musdalifah dan sekarang
telah berumur 18 tahun dan baru saja lulus dari SMA. Musdalifah ingin melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi akan tetapi orang tuanya tidak
sanggup untuk membiayainya. Untuk saat ini anak pak Ridwan yang pertama ini belum bekerja dan masih pengangguran.Anak pak Ridwan yang kedua
juga seorang perempuan yang bernama Ariani yang sekarang berumur 15 tahun dan saat ini masih bersekolah di kelas 1 satu SMA. Sedangkan anak
pak Ridwan yang terakhir adalah laki-laki yang sekarang berumur 11 tahun dan masih duduk di kelas 5 lima SD.
Saat tiba musim cari kerang, isteri dari pak Ridwan yaitu ibu Sahara pergi kelaut untuk mencari kerang.Pergi pagi pulang sore dan terkadang pergi sore
pulang di subuh hari.Ibu Sahara ikut bekerja menambah penghasilan dikarenakan jika mengharapkan dari hasil laut maka anak-anak tidak dapat
sekolah. Maka dari itu Ibu sahara ikut berjuang banting tulang demi kelangsungan hidup keluarga. Akan tetapi mencari kerang bersifat musiman.
Dalam 1 satu bulan hanya 15 hari Ibu sahara melaut, selebihnya Ibu sahara hanya mengurus rumah tangga.
5. Informan Ke Lima
Nama : Muhammad Tarmizi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 46
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Universitas Sumatera Utara
68 Penghasilan keluargabulan
: Rp. 850.000,- Pengeluaran bulan
: Rp. 850.000,- Jumlah tanggunga
: 4 orang Alat tangkap
: Sampan dayung dan Jaring Kepemilikan alat
: Milik Sendiri Dusun
: XIII Bapak M. Tarmizi yang biasanya dipanggil sehari-hari mizi ini seorang
nelayan tradisional menggunakan sampan kecil ukuran panjang 4-5 meter dan lebar 0,5-1 meter. Sampan dijalankan dengan dayung yang terbuat dari
kayu dan alat tangkap yang digunakan adalah jaring udang.Nelayan kecil seperti pak Tarmizi ini hanya bisa beroperasi di sekitar pinggir pantai
dikarenakan tidak dapat melawan gelombang laut yang tinggi dengan dayung.
Pak Mizi saat ini berumur 46 tahun dan bekerja sebagai nelayan ±20 tahun.Beliau mempunyai seorang isteri yang bernama Sumini dan sekarang
telah berumur 45 tahun.Pendidikan terakhir pak Mizi adalah SMA sedangkan isterinya hanya tamatan SD. Jumlah anak dari pasangan Bapak
Mizi dan Ibu Sumini 4 orang.Anak yang pertama yaitu perempuan bernama Fitriani 22 tahun tamat SMP dan sekarang sudah berkeluarga.Anak yang
kedua laki-laki bernama Ardiansyah 20 tahun tamat SD dan sekarang tinggal bersama orangtuanya.Sedangkan anak kedua dan ketiga masih
mengenyam pendidikan di SD. Didalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pak Mizi juga dibantu oleh
isteri dan anak laki-lakinya. Ibu Sumini saat tiba musim panen cabai, beliau
Universitas Sumatera Utara
69 ikut memanen cabai milik orang lain dengan upah Rp. 50.000,- perharinya,
saat habis musim panen cabai isteri dari pak Mizi hanya mengurus rumaha tangga. Sedangkan anak laki-lakinya yang bernama Ardi ikut berjualan es
keliling dengan saudaranya.
6. Informan Ke Enam
Nama : Syamsudin
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : Tidak sekolah
Penghasilan keluargabulan : Rp. 700.000,-
Pengeluaran bulan : Rp. 700.000,-
Jumlah tanggungan : 3 orang
Alat tangkap : Sampan dayung dan Jaring
Kepemilikan alat : Milik sendiri
Dusun : X
Bapak Syamsudin seorang laki-laki yang berumur 50 tahun dan sudah bekerja sebagai nelayan dari sejak lajang hingga menikah ±30 tahun.Beliau
mempunyai seorang isteri yang bernama Mariana yang sekarang berumur 48 tahun.Bapak Syamsudin dan ibu Mariana sama-sama tidak pernah
mengenyam sekolah.Sudah 15 tahun Bapak Syamsuddin dan Ibu Mariana menikah sampai saat belum dikaruniai anak.Tangungan Bapak Syamsudin
sebanyak 3 orang yaitu isteri, adik dari isteri yang bernama Satiana, dan anak
Universitas Sumatera Utara
70 dari Satiana.Saat ini Satiana beserta anaknya menumpang di rumah Bapak
Syamsudin karena belum mempunyai rumah.Sedangkan suami dari satiana bekerja di Malaysia sebagai TKI.Satiana berumur 30 tahun dan mengenyam
pendidikan terakhir di SD sedangkan anaknya masih berumur 4 tahun. Dalam kesehariannya Bapak Syamsudin hanya bekerja sebagai nelayan
tradisional, mengayuh sampan dengan dayung yang terbuat dari kayu.Lokasi untuk menangkap ikan hanya di sekitar pinggir pantai saja dikarenakan alat
tangkap yang digunakan tidak dapat mensiasati irama musim.Jika saat angin kencang, maka Bapak Syamsudin terpaksa tidak jadi pergi melaut dan harus
kembali pulang kerumah. Tanah yang ditempati oleh rumah Bapak Syamsudin saat ini masih status
menumpang milik keluarga. Sumber listrik berasal dari aliran listrik tetangga dan harus dibayar perbulannya Rp. 40.000,-. Penghasilan dari hasil melaut
menurut Bapak Syamsudin selalu pas-pasan dan bahkan tidak mencukupi untuk keperluan sehari-hari, dan terpaksa harus menghutang ke warung
untuk memenuhi keperluan dapur.Dalam kesehariannya adik ipar dari pak syamsuddin tersebut juga terkadang membantu biaya untuk belanja
kebutuhan sehari-hari.
7. Informan Ke Tujuh
Nama : Rozali
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Universitas Sumatera Utara
71 Pendidikan terakhir
: SD Penghasilan keluargabulan
: Rp. 900.000,- Pegeluaran bulan
: Rp. 900.000,- Jumlah tanggungan
: 3 orang Alat tangkap
: Mesin Tempel dan Jaring Kepemilikan alat
: Milik Tokeh Dusun
: X Bapak Rozali merupakan warga yang tinggal di Dusun X dan
sudah menikah dengan ibu Sahara.Pak Rozali saat ini sudah berumur 62 tahun sedangkan Ibu Sahara berumur 50 tahun. Sepasang suami isteri ini
mengenyam pendidikan terakhir di SD. Dari pasangan Ibu Sahara dan Bapak Rozali mempunyai anak 4 orang, akan tetapi yang menjadi tanggungan
sekarang sebanyak 3 orang. Walaupun Bapak Rozali hanya seorang nelayan tradisional tetapi beliau mampu menyekolahkan anaknya semua dengan
sedaya upaya beliau. Beliau mempunyai anak 3 tiga perempuan dan 1 satu laki-laki. Anak yang pertama dan kedua sudah berkeluarga dan tinggal
di rumahnya masing-masing.Anak yang pertama bernama Erliza dan anak yang kedua bernama Eriana.Sedangkan anak yang ketiga dan keempat masih
menjadi tanggungan Bapak Rozali.Anak yang ketiga bernama melita dan anak yang keempat bernama Riyon.Dari keempat anak dari beliau 3 tiga
diantaranya sudah tamat SMA, sedangkan anak yang terakhir masih duduk dibangku SMA kelas 2dua.
Sampan dan jaring yang dipakai oleh Bapak Rozali sehari-hari adalah milik tokeh, beliau diberi kepercayaan oleh tokeh untuk membawa
Universitas Sumatera Utara
72 pekarangan tersebut selagi masih bekerja dengannya. Sampan yang diberikan
berukuran kecil sama dengan ukuran sampan dayung, hanya saja sampan tersebut sudah menggunakan mesin bermerek kubota.
Penghasilan keluarga Bapak Johan diperkirakan sekitar 40.000; perhari, dan pengeluarannya sekitar 40.000; perhari.Jadi dari penghasilan
yang minim tersebut membuat keluarga Bapak Rozali tidak pernah menabung untuk keperluan masa mendatang. Apalagi penghasilan nelayan
sangat sulit untuk dipastikan, terkadang ada dan bahkan tidak ada sama sekali. Jika penghasilan tidak cukup untuk keperluan dapur maka beliau
terpaksa menghutang ke warung. Tempat tinggal yang ditempati oleh keluarga Bapak Johan adalah
milik sendiri akan tetapi tanah yang ditempati milik dari saudara beliau. Rumah beliau berlantai dan berdindingkan papan, beratapkan daun rumbia
dan sumurnya berada diluar rumah berjarak sekitar 20 meter dari rumah.Kehidupan ekonomi keluarga masih sangat jauh dari kata sejahtera.
8. Informan Ke Delapan
Nama : Jamhur
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Penghasilan keluargabulan : Rp. 750.000,-
Pengeluaran bulan : Rp. 750.000,-
Universitas Sumatera Utara
73 Jumlah tanggungan
: 4 orang Alat tangkap
: Sampan Dayung dan Jaring Kepemilikan alat
: Milik Sendiri Dusun
: XI Bapak Jamhur adalah seorang nelayan pinggiran atau nelayan kecil yang
hanya beroperasi di sekitar pinggir pantai.Beliau memiliki sampan dan jaring sendiri.Akan tetapi jaring milik pak Jamhur sudah banyak rusak, dan sudah
selayaknya diganti.Dengan penghasilan yang serba pas-pasan, Bapak Jamhur belum dapat mengganti jaring yang baru. Ada kalanya seorang nelayan
tradisional sama sekali tidak mendapatkan penghasilan dikarenakan irama musim.
Bapak Jamhur mempunyai seorang istrri bernama Ibu Herliza.Pasangan suami isteri ini mengenyam pendidikan terakhir di SD. Bapak Jamhur
sekarang telah berumur 40 tahun sedangkan Ibu Herliza berumur 35 tahun.Dari pasangan ini dikarunia 3 orang anak.Ketiga anak beserta isteri
merupakan tanggungan pak Jamhur.Anak yang pertama laki-laki bernama Indra dan sudah berusia 20 tahun.Indra hanya menamatkan sekolah di tingkat
SD dan sekarang bekerja menjadi seorang nelayan.Indra hanya melaut saat tiba musim kerang.Anak kedua pak Jamhur seorang perempuan yang
bernama Ayu yang sekarang sudah berumur 18 tahun.Ayu telah menamatkan sekolahnya sampai tingkat SMP.Anak yang paling kecil dari pasangan pak
Jamhur dan Ibu Aisyah sekarang ini telah berumur 12 tahun dan masih mengenyam pendidikan di SD.
Universitas Sumatera Utara
74 Keadaan ekonomi keluarga pak Jamhur sangat memprihatinkan.Ini terlihat
dari kondisi rumah yang dihuni beliau sekarang ini.Rumah pak Jamhur berlantaikan papan, berdindingkan anyaman bambu dan beratapkan daun
nipah.Rumah beliau tidak terdapat kamar mandi, dan hal ini membuat keluarga pak Jamhur harus mengangkat air dari sumur bor milik pemerintah
yang terdapat 50 meter dari rumah untuk keperluan sehari-hari.
9. Informan Ke Sembilan
Nama : Mansyur
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Penghasilan keluargabulan: Rp. 900.000,- Pengeluaran bulan
: Rp. 850.000,- Jumlah tanggungan
: 2 orang Alat tangkap
: Mesin Tempel dan Jaring Kepemilikan alat
: Milik Sendiri Dusun
: VIII Bekerja sebagai nelayan sudah dilakukan pak Mansyur dari sejak
lajang hingga saat sekarang ini yang sudah ± 32 tahun. Awalnya pak Mansyur dahulunya ikut melaut dengan orang tuanya, tetapi hingga saat ini
pekerjaan itu tidak bisa dilepaskan oleh pak Mansyur, karena disebabkan pendidikan yang rendah dan kurangnya modal, sehingga tidak dapat mencari
Universitas Sumatera Utara
75 pekerjaan tetap lainnya. Jadi pekerjaan nelayan merupakan pekerjaan
turunan dari orang tua pak Mansyur.Saudara laki-laki dari pak Mansyur semuanya bekerja sebagai nelayan tradisional. Hanya saja pak Mansyur yang
dahulunya mendayung sampan pergi melaut, akan tetapi sekarang sudah mengalami perubahan dengan memakai mesin tempel.
Pak Mansyur memiliki 6 enam orang anak, akan tetapi yang menjadi tanggungan beliau sekarang hanya 2 dua orang, yaitu anak yang
ke-enam dan isterinya. Ke-lima anaknya sudah bekeluarga, dan tinggal dirumahnya masing-masing.Dari ke-enam anak pak Burhan hanya 1 orang
yang pernah mengenyam pendidikan tingkat SMA yaitu anak yang ke-5. Rumah yang ditempati oleh keluarga pak Burhan sekarang ini adalah milik
sendiri, akan tetapi tanah yang ditempatinya milik orang lain, pak Burhan hanya menumpang dengan si pemilik tanah. Bagi keluarga pak Mansyur,
untuk makan, lauk dan sayur tidak perlu dicemaskan, yang paling mencemaskan bagi mereka apabila tidak mempunyai beras.Kalau sudah ada
nasi mereka sangat sudah bersyukur, lauk pauk mereka makan seadanya saja, jika ada ikan yang dibawak dari laut, itulah yang mereka makan.Jika sedang
tidak melaut, ikan yang diasinkan itulah lauk mereka makan.Selain bekerja sebagai nelayan, pak Mansyur mempunyai pekerjaan tambahan dengan
bertani padi.Saat mereka mempunyai banyak rezeki, keluarga pak Burhan berusaha untuk bisa menanam padi, hal ini dilakukan agar bisa menutupi
kekurangan ekonomi saat terjadi musim paceklik dan penghasilan yang tidak pasti.
Universitas Sumatera Utara
76
10. Informan Ke Sepuluh
Nama : Edi Surianto
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 56 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Penghasilan keluargabulan : Rp. 850.000,-
Pengeluaran bulan : Rp. 850.000,-
Jumlah tanggungan : 4 orang
Alat tangkap : Sampan Dayung dan Jaring
Kepemilikan alat : Milik Sendiri
Dusun : VIII
Bapak Edi Surianto yang biasa dipanggil pak Sedi adalah warga Dusun VIII Desa Perupuk.Bapak Edi saat ini sudah berusia 56 tahun dan
sudah bekeja sebagai nelayan selama ± 40 tahun.Dilihat dari segi umur dan kondisi fisik, pak Sedi sudah tidak pantas untuk bekerja sebagai nelayan.Jika
dibandingkan dengan seorang pegawai, seusia pak Sedi seharusnya sudah menginjak pensiun. Akan tetapi tidak dengan pak Sedi, pak Sedi harus
menghidupi sebanyak 4 orang yang terdiri dari isteri, anak, dan 2 orang cucu. Ekonomi keluarga pak Sedi banyak dibantu oleh anaknya.Anaknya
yang berada di Pekan Baru terkadang mengirimkan uang untuk orang tuanya, walaupun sudah berkeluarga.Pak Sedi juga diberi modal oleh anaknya untuk
bertani dengan memakai lahan milik anaknya.Saat panen tiba, sangat sedikit keuntungan yang didapat oleh pak Sedi, karena pada dasarnya sawahnya
Universitas Sumatera Utara
77 berukuran kecil.Akan tetapi pak Sedi tidak perlu cemas untuk membeli
beras, karena sudah disisihkan dari hasil panen untuk persediaan selama 2 bulan.
11. Informan ke sebelas
Nama : Burhan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Penghasilan keluargabulan: Rp. 900.000,- Pengeluaran bulan
: Rp. 850.000,- Jumlah tanggungan
: 2 orang Alat tangkap
: Sampan Dayung dan Jaring Kepemilikan alat
: Milik Sendiri Dusun
: XI Bapak Burhan adalah seorang nelayan tradisional yang sudah bekerja
sebagai nelayan ± 36 tahun.Pak Burhan melaut menggunakan dayung yang terbuat dari kayu sebagai penggerak sampan dan menggunakan jaring
udangikan sebagai alat tangkap.Lokasi yang dapat ditempuh oleh nelayan tradisional seperti pak Burhan ini hanya dapat menjangkau perairan pinggir
pantai. Pak Burhan saat ini sudah berusia 45 tahun, dan mempunyai seorang isteri
yang bernama Jarauni yang sudah berumur 48 tahun.Pak Burhan lebih muda
Universitas Sumatera Utara
78 3 tahun dibandingkan umur isterinya. Dari pasangan ini, mereka mempunyai
4 orang anak, akan tetapi yang menjadi tanggungan pak Burhan saat ini hanya 2 orang yaitu anak ke-tiga dan isterinya. Anak pertama dan kedua
sudah bekeluarga dan mempunyai anak, sedangkan anak yang terakhir saat ini duduk dikelas 1 SMK dan statusnya disekolahkan oleh adik kandung dari
pak Burhan dan tinggal bersamanya.Dari keempat anak pak Burhan hanya anak yang terakhir yang dapat mengenyam pendidikan sampai tingkat SMK,
sedangkan yang lainnya hanya tamatan SD. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan pak Burhan menyekolahkan anak-anaknya hingga ke
jenjang yang lebih tinggi. Bekerja sebagai nelayan sudah dilakoni oleh pak Burhan dari semenjak
lajang, hingga saat ini masih menjadi nelayan.Dengan tamatan SD dan tidak adanya modal sulit bagi pak Burhan untuk mencari pekerjaan tetap lainnya,
sehingga membuat beliau harus tetap memaksakan diri bekerja di laut.Akan tetapi selain bekerja tetap sebagai nelayan, pak Burhan juga mempunyai
sawah yang ditanami padi.Tanah sawah yang ditanami padi tersebut adalah tanah saudaranya. Bertani bagi keluarga pak Burhan bukan sebagai usaha
dagang melainkan sebagai sebagai suatu cara hidup agar tetap bertahan. Dengan bertani keluarga pak Burhan tidak perlu mencemaskan biaya untuk
membeli beras saat musim paceklik maupun pada saat tidak bisa melaut.
Konsep nelayan tradisional untuk para nelayan yang ada di Desa Perupuk yaitu merupakan nelayan tradisional yang menggunakan sampan berukuran kecil
yang panjangnya 4 - 5 meter dan lebarnya 0,5 - 1 meter muatan 1 - 2 orang,
Universitas Sumatera Utara
79 menggunakan dayung maupun mesin tempel sebagai alat penggerak sampan serta
menggunakan alat tangkap jaring dan hanya dapat beroperasi di sekitar pinggir pantai. Sampan yang digunakan oleh para nelayan tradisional ini merupakan milik
sendiri dan terdapat juga milik tokeh.Hal ini senada dengan penelitian Sudarso 2008 dalam jurnalnya yang berjudul “Tekanan kemiskinan struktural komunitas
nelayan tradisional di perkotaan”, salah satu ciri dari usaha nelayan tradisional adalah teknologi penangkapan yang bersifat sederhana dengan ukuran perahu
yang kecil, daya jelajah terbatas, daya muat perahu sedikit, daya jangkau alat tangkap terbatas dan perahu dilajukan dengan layar, dayung atau mesin ber PK
kecil. Nelayan tradisional yang ada di Desa Perupuk ini merupakan nelayan
tradisional yang sudah turun temurun dari generasi ke generasi. Sebagai nelayan, mereka harus meninggalan rumah pada saat penduduk yang bukan nelayan sedang
menikmati istirahatnya.Mereka harus berada di laut pada subuh hingga siang dan sore hari, sementara mereka yang bukan nelayan dapat berteduh dari teriknya
panas matahari.Belum lagi adanya badai yang datang secara tiba-tiba, jaring yang tersangkut karang, serta tidak jarang terguyur air hujan yang lebat, sehingga
mereka selalu merasakan kedinginan, kepanasan dan kewaspadaan ketika berada di laut.Sore hari, ketika mereka sudah berada ditengah-tengah keluraganya dengan
keadaan lelah, para nelayan harus membubul memperbaiki jaring yang telah rusak.Dengan demikian, dapat dipahami begitu besar kerja keras para nelayan
untuk mencari nafkah keluarganya.Namun kerja keras tersebut belum tentu dapat membuahkan hasil yang memuaskan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup
mereka dengan baik, karena begitu banyak faktor penyebabnya.Salah satu faktor
Universitas Sumatera Utara
80 penyebab yaitu keterbatasan alat tangkap yang mereka gunakan yang menjadikan
faktor penyebab melemahnya pendapatan nelayan tradisional. Kehidupan ekonomi dari sebagian besar nelayan tradisional yang ada di
Desa Perupuk ini dapat dikatakan berada di posisi menengah ke bawah.Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan primer dan sekunder mereka, misalnya keadaan
rumah, perabot rumah tangga, pendidikan anak dan sebagainya.Tidak terpenuhinya kebutuhan ekonomi nelayan tradisional ini secara tidak memadai
dikarenakan begitu banyak masalah dan persoalan yang mereka hadapi dalam menjalankan rutinitas pekerjaan mereka, cuaca ekstrim merupakan kendala yang
paling tidak bisa dihindari oleh para nelayan.Dalam kondisi cuaca stabil saja belum tentu mereka mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak apalagi saat
terjadi cuaca ekstrim yang sudah jelas membuat nelayan ini harus pulang melaut, karena selain membuat hasil tangkap mereka menurun, juga dapat membahayakan
keselamatan nelayan. Hal ini senada dengan penelitian Aldwin 2009: 198 menyimpulkan bahwa deraan hidup yang datang bertubi-tubi sepanjang karier
sebagai nelayan, boleh diasumsikan sebagai gelombang yang mempermainkan perahu di tengah laut. Perahu itu bahkan seperti sabut kecil, tidak berdaya,
terhempas terhayun oleh gelombang dan hanya pasrah dengan kemurahan hati gelombang laut. Jika gelombang reda maka nelayan akan bisa menarik selama
beberapa waktu. Namun tetap saja mereka harus lebih keras berjuang, sama seperti saat mereka berjuang menghadapi gelombang laut. Penghasilan yang
diperoleh saat merapat ke dermaga untuk menjual hasil laut yang diperoleh, seakan tidak sebanding dengan perjuangan hidup yang mereka alami selama
melaut.Perairan laut yang tenang diiringi riak, tiba-tiba dapat mengubah dirinya
Universitas Sumatera Utara
81 menjadi gelombang yang siap mempermainkan perahu nelayan tradisional.Jika
keadaan sudah seperti ini, para nelayan harus berupaya kuat untuk selamat. Di Desa Perupuk perubahan cuaca yang sering terjadi dan dialami oleh
para nelayan tradisional biasanya seperti gelombang tinggi, angin kencang, hujan dan sebagainya.Cuaca ekstrim ini dapat terjadi kapan saja, terkadang datang pada
saat nelayan belum pergi melaut dan akhirnya mereka menunda keberangkatan melautnya dan bahkan tidak jadi melaut, ada kalanya cuaca ekstrim tersebut
datang ketika para nelayan masih berada di lautan yang membuat mereka sulit untuk kembali ke daratan.Bagi nelayan tradisional yang masih menggunakan
dayung sebagai penggerak sampan, tampak sangat menyedihkan saat mereka harus melawan arus gelombang yang tinggi serta angin kencang, sehingga mereka
harus pulang ke daratan secepatnya. Mungkin tidak banyak yang mengetahui bagaimana perjuangan nelayan
menghadapi gelombang laut sewaktu mereka melaut. Sejumlah orang, tokeh ikan yang sangat dekat dengan proses kerja nelayan, mungkin tidak merasa perlu
mengetahui hal ini. Bagi nelayan, penghasilan yang lebih, boleh jadi jauh lebih menarik dibincangkan dari pada memikirkan perjuangan dan nasib yang mereka
alami di darat dan di laut.Aspek kesehatan dan keselamatan kerja juga tak luput diperhatikan.Padahal saat ini, kedua aspek itu menjadi prioritas perhatian banyak
pihak. Namun bagi nelayan, laut laksana denyut nafasnya, sumber kehidupan yang akan mewarnai perolehan kesejahteran dari dan anggota keluarganya. Hal
yang mereka lakukan adalah melintas gelombang merajut masa depan.
Universitas Sumatera Utara
82
4.3 Proses Kerja Nelayan Tradisional