91
4.5.1 Strategi Ekonomi 4.5.1.1 Pendapatan Saat Pasang Besar Ikan Banyak dan Pasang Mati
Paceklik
Pendapatan dapat juga dikatakan sebagai jumlah penerimaan yang diperoleh suatu keluarga yang bersumber dari pekerjaan pokok termasuk juga
pekerjaan tambahan.Pendapatan berkaitan erat dengan jenis pekerjaan seseorang, karena pendapatan adalah merupakan imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukan
seseorang, jadi dapat dinyatakan bahwa pekerjaan maupun kegiatan untuk memperoleh pendapatan dan biasanya imbalan yang diberikan berupa barang dan
uang.Pendapatan seseorang dilatar belakangi oleh jenis pekerjaan.Pendapatan sebagai indikator status ekonomi mempunyai peranan penting dalam
mempengaruhi perekonomian keluarga. Masyarakat nelayan di Desa Perupuk mengenal dua musim dilaut, musim
pasang besar dan pasang mati.Musim banyak ikan atau lebih dikenal dengan pasang besaroleh masyarakat Desa Perupuk merupakan suatu musim terdapat
banyak ikan dilautan dan pasang air laut tinggi yang berlangsung selama 20 hari dalam sebulan.Dengan demikian pasang besar sangat ditungu-tunggu oleh
nelayan.Saat tiba pasang besar penghasilan nelayan sedikit meningkat, terkecuali saat angin kencang, hujan dan badai karena perubahan cuaca dapat terjadi kapan
saja. Penghasilan nelayan tradisional disaat pasang besar terkadang mencapai Rp.50.000,- perharinya, namun bukan berarti perharinya selalu mendapat
penghasilan yang lebih, sering juga mereka mendapatkan penghasilan dibawah Rp. 50.000,- dan bahkan tidak ada sama sekali.
Universitas Sumatera Utara
92 Lain lagi halnya dengan pasang mati, pasang mati merupakan musim
dimana para nelayan tradisional tidak dapat melaut dengan kondisi pasang air laut yang rendah.Musim pasang mati berlangsung sekitar 10 hari dalam sebulan,
selama masa itu para nelayan tradisional harus berhenti melaut.Musim pasang mati merupakan masa-masa sulit yang dihadapi oleh keluarga nelayan tradisional.
Seperti yang diungkapkan oleh pak Rozali yaitu : “Kalau lagi pasang bosa besar, kadang begaji jugo 50.000,- sampai
60.000,- tapi tak selalu, kadang bisa jadi kosong terus. Kalau udah tibo maso pasang mati poailah cuti kelaut, kalau pasang mati kami makan
apo adonyo ajolah.Sumber : Wawancara 20 Juli 2016 Tidak ada ukuran yang pasti untuk mengukur pendapatan nelayan, hanya
saja dapat dirata-ratakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang nelayan sampan dayung yaitu pak Ishak mengatakan bahwa:
“Wah susah la nak untuk menghitungnyo, kadang-kadang ado kadang- kadang tak ado, kadang bejoki Rp. 30.000;- kadang Rp. 15.000;- dan
terkadang ado Rp. 5.000;- ajo, tak tontu la nak”.Sumber : Wawancara 14 Juli 2015
Sementara itu, pendapatan nelayan tradisional yang menggunakan mesin tempel tidak berbeda jauh dengan nelayan sampan dayung.Nelayan yang
menggunakan mesin tempel pendapatan yang didapatkan dalam 1 satu hari melaut rata-rata berkisar Rp. 30.000; - 50.000 perhari.Hal ini sangat bergantung
pada keadaan cuaca. Keadaan ini dipertegas oleh pak Ridwan, berdasarkan hasil wawancara dengan beliau, pak Ridwan mengatakan :
“Hampir samanya dek gaji nelayan macam kami ini dengan nelayan sampan dayung, kadang dapat Rp. 30.000;- terkadang dapat lebih, kalau
cuaca tidak bagus kadang kosong gajinya, dapat sehari untuk makan sehari la dek, kalau gak cukup ya ngutang-ngutang la dek.Sumber :
Wawancara 15 Juli 2016
Universitas Sumatera Utara
93 Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan tersebut maka
dapat dipahami untuk pendapatan nelayan itu tidak dapat diprediksikan jumlahnya walaupun itu saat pasang besar.Berbeda halnya dengan pekerja bulanan yang
gajinya sudah ditentukan. Dengan kondisi demikian, keluarga nelayan tradisional tidak tinggal diam, mereka melakukan berbagai strategi guna memenuhi
kebutuhan pada saat penghasilan saat pasang besar yang terkadang tidak mencukupi dan pada saat pasang mati yang hadir di setiap bulan dengan cara
melibatkan anggota keluarga dan bertani.
1. Melibatkan Anggota Keluarga Isteri Dan Anak
Keluarga nelayan tradisional berusaha mengoptimalkan peran tenaga kerja anggota keluarga dalam berusaha mengatasi masalah kemiskinan.Peran
anggota keluarga sangat membantu para nelayan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.Dari semua informan yang ditemui peneliti, hampir semua para
nelayan dibantu oleh isteri maupun anak-anaknya untuk mencari nafkah demi kelangsungan hidup mereka. Seperti yang diungkapkan ibu Aisyah isteri dari
pak M. Salam yang bekerja menganyam tikar membuat anyaman, beliau mengatakan:
“Kalau lagi ado pandan, menganyam tikar la dek, pandannyo kami boli dari orang lain, kami gak punya pokok pandan sendiri.
Harga pandannya untuk 1 tikar Rp. 6.000;- 1 tikar palingan harganya Rp. 25.000; - 30.000;- gitulah dek, untuk 1 tikar siapnya
seminggu. Murahnya dek harganya tapi kayak mana lagi gak ada kerjaan lain, nanti kalau udah terjual lumayan jugolah bisa
nambah belanjo dapur”.Sumber : Wawancara 15 Juli 2016
Universitas Sumatera Utara
94 Hal senada juga diungkapkan oleh buk Sahara, isteri dari pak Irwan
yang ikut bekerja menambah penghasilan keluarga dengan mencari kerang di laut:
“Kalau lagi musim korang dek, akak pogi cari korang kelaut.Tapi taulah musim korang ne tidak selalu, jadi kalau tak musim korang
akak dirumah ajolah.Akak cari korang siang malam dek tergantung pasang air lah. Kalau mengharap suami ajo tak
cukulah dek, anak-anak awaksaya ondak sekolah jugo.Sumber : Wawancara 17 Juli 2016
Hal ini juga dialami beberapa masyarakat nelayan lainnya, mereka mendayagunakan anggota keluarga mereka untuk membantu perekonomian
keluarga. Seperti yang dikatakan salah satu informan, ibu Yusmi isteri dari pak Ishak yaitu :
“Kojo ibuk selain ibu rumah tangga, menjahit baju lah nak, kadang ado jugolah orang mintak jahitkan baju baru ataupun
merombak baju, hasil dari itulah nak tambah-tambahkan untuk belanjo sehari-hari, kalau nunggu hasil laut ajo tak cukuplah nak,
kadang ado kadang tak ado”.Sumber : Wawancara 17 Juli 2016
Selain isteri, anak juga ikut membantu memenuhi kebutuhan keluarga, seperti salah satu dari informan anak dari pak M. Salam :
“Rumah kami ni dek, anak kami yang punyo, ibo atinyo sedih hatinya nengok kami dirumah gubuk, jadi merantaulah dio ke
Medan, itulah hasil dio kojo tu dikirimnyo kekampung buat rumah ni, bilo masonyo nanti tak taulah kami, mana tau diambiknyo lagi.
Lumayan jugolah dek kalau dio udah merantau tak pala lah kami mengganti baju rayo nyo lagi dio sendirilah membolinyo”.Sumber
: Wawancara 15 Juli 2016
Hal yang senada diungkapkan oleh pak Jamhur : “Kalau apak ne, anak lah yang banyak membantu, rumah ne anak
apak yang buatkan, meteran listrik dio yang masukkan, kalau diharap dari hasil laut nak tak kan bisa la buat rumah, dulu ajo
sebolum anak apak merantau dirumah kami ne pakai pelito lampu dinding, anak apak sekarang merantau di Malaysia kojo di
Universitas Sumatera Utara
95 Rumah Makan, kalau kami besakitansakit dirumah ne mintak
tolong kirimkan duit samo diolah”. Sumber : Wawancara 18 Juli 2016
Isteri dan anak sangat berperan penting dalam meringankan perekonomian keluarga.Peran istri dan anak disini sangat berguna membantu
kepala keluarga dalam membantu perekonomian keluarga. Apalagi hasil tangkapan seorang nelayan tersebut tidak menentu kadang selagi banyak
tangkapan ikannya maka akan mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah, tetapi jika sedang mendapatkan ikan sedikit maka nelayan akan mendapatkan
tangkapan ikan yang sedikit pula dan kadang-kadang nelayan tidak ada mendapatkan hasil tangkapan ikan sama sekali. Penghasilan keluarga yang
didapatkan dari penghasilan utama ditambah penghasilan tambahan yang melibatkan anak beserta isteri sekitar Rp. 700.000 sampai Rp. 900.000,-
perbulannya.
2. Bertani
Kehidupan sebagai petani tidak berbeda dengan kehidupan penduduk lain. Mereka mempunyai tujuan hidup dan cara
agar dapat mempertahankannya. Untuk itu mereka berusaha memenuhi kebutuhan
hidupnya baik primer maupun sekunder.Dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka berpikir sangat sederhana, dengan kesederhanaan teknologinya
cangkul dan bajak sekurang-kurangnya mereka bertani untuk makan. Pekerjaan sebagai petani dianggap sebagai suatu cara hidup dan bukanlah
sebagai usaha dagang. Ini berarti bahwa kehidupan sebagai petani merupakan
Universitas Sumatera Utara
96 suatu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup dan bukanlah dianggap sebagai
tujuan hidup. Sementara itu, mata pencaharian sebagai petani bagi nelayan
tradisional di Desa Perupuk merupakan mata pencaharian tambahan guna untuk meningkatkan ekonomi keluarga.Mata pencaharian tersebut dilakukan
karena adanya lahan pendukung yang tersedia dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada dilingkungannya.Di Desa Perupuk selain memiliki
kekayaan alam lautan, masyarakat juga punya kekayaan alam daratan.Seperti yang dikatakan oleh pak Edi Surianto yang merupakan salah seorang nelayan
tradisional. Awal mulanya ia hanya sebagai nelayan tradisional, tetapi karena kebutuhan keluarga yang semakin meningkat dan penghasilan yang selalu
mengalami ketidakpastian, ia semakin sadar bahwasanya pekerjaan sebagai nelayan tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pak Edi,beliau mengatakan: “Duit yang dihasilkan dari laut tu tak cukuplah untuk keperluan
belanjo sehari-hari, apalagi musim angin koncang kosong terus penghasilan.Makonyo makanya saya mintak izin samo anak saya
untuk memakai lahannyo dan mintak tolong samo anak untuk dikasih modal beladang, hasilnyo nanti kalau tak dijual, ya untuk
makan kami sendiri”.Sumber : Wawancara 21 Juli 2016
Pak Edi juga merupakan salah seorang nelayan tradisional yang memiliki empat orang tanggungan. Untuk itulah ia harus bekerja keras agar
semua kebutuhan keluarganya dapat terpenuhi. Dalam membagi waktu biasanya pak Edi mulai melaut dari pukul 05.00 pagi sampai pada pukul
02.00 siang, sementara itu isterinya sudah berada di sawah sekitar pukul 10.00 pagi. Setelah pulang melaut pak Edi langsung pergi ke sawah untuk
Universitas Sumatera Utara
97 menggantikan isterinya dalam mengolah sawah mereka.Setelah itu isterinya
kembali kerumah untuk menyelesaikan pekerjaan dirumah seperti memasak makanan. Biasanya pak Edi di sawah hingga pukul 05.00 - 06.00 sore, yang
kemudian ia kembali ke rumah untuk berkumpul bersama keluarga. Begitulah aktivitas yang dilakukan oleh pak Edi setiap harinya tanpa mengenal lelah.
Lain halnya dengan nelayan tradisional yang tidak memiliki lahan pertanian untuk dijadikan sebagai mata pencaharian tambahan, mereka hanya
memanfaatkan pendapatan yang dihasilkan dari melaut. Namun bagi pak Mansyur, ia tidak mempermasalahkan hal tersebut karena ia diberikan lahan
untuk bertani dari salah satu bagian keluarganya yang memiliki lahan persawahan kosong yang tidak terawat, yang kemudian diberikan
kepercayaan kepada pak Mansyur untuk mengolahnya dan dengan senang hati ia menerima kebaikan dari saudaranya tersebut. Seperti pernyataan yang
diungkapkan pak Mansyur sebagai berikut: “Sonang rasonyo dek, kami dikasih lahan oleh saudara yang
kebetulan saudara tu orang yang berada. Oleh karena itulah, kami diberikan kepecayoankepercayaan untuk mengolah sawahnya,
tetapi bukan dikasih gitu ajo, melainkan dipinjamkan lahannyo, kalau udah panen hasilnyo dikasih jugolah dio, tapi ya enggak
apo-apo yang penting terbantu jugolah perekonomian keluarga kami”.Sumber : Wawancara 24 Juli 2016
Bagi para nelayan yang memiliki mata pencaharian tambahan sebagai petani, mereka sangat bersyukur walaupun pengetahuan yang dimiliki dalam
bertani sangat terbatas.Lahan yang digunakan adalah lahan bekas rumput yang tinggi dan tidak terawat dan kemudian dibersihkan dan dikelola menjadi
lahan persawahan.Lahan persawahan tersebut sebagian ada yang milik pribadi dan ada juga yang merupakan pinjaman dari sanak keluarga.Bagi mereka
Universitas Sumatera Utara
98 yang hidup sebagai petani jauh lebih sulit dari pada menjadi nelayan, karena
sebagai petani harus benar-benar belajar untuk mengolah lahan dengan baik, menanam padi, menabur bibit dan menunggu hasil panen padi dalam jangka
waktu 6 enam bulan sekali.Hal itu tidak pernah membuat mereka mengeluh, karena yang terpenting adalah kehidupan perekonomian keluarga dapat
meningkat dan dapat mencukupi kebutuhan keluarga.
4.5.1.2 Pengeluaran kebutuhan sehari-hari, menjelang lebaran, pendidikan anak dan hari-hari tertentu
Pengeluaran merupakan segala sesuatu yang dikeluarkan oleh manusia baik berupa barang, jasa, uang dan sebagainya guna untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan manusia tersebut. Seperti manusia yang memiliki pekerjaan lain pada umumnya, misalnya saja masyarakat petani. Masyarakat nelayan juga sudah
pasti memiliki pengeluaran layaknya pengeluaran masyarakat petani seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan yang harus mereka penuhi.Pengeluaran
setiap rumah tangga memiliki bermacam keragaman, sesuai dengan kondisi rumah tangga dari tiap-tiap nelayan tersebut.
Pada umumnya, yang menjadi prioritas utama yang harus dipenuhi oleh para nelayan di Desa Perupuk ini adalah kebutuhan primer, terutama kebutuhan
pangan. Kebutuhan ini mau tidak mau harus terpenuhi setiap harinya, biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pangan sekitar Rp. 30.000,- perharinya. Dengan
biaya Rp. 30.000,- mereka hanya dapat membeli beras 1½ kg, minyak makan ¼, gula ¼ dan bumbu-bumbu dapur. Makanan yang dikonsumsi sehari-hari sangat
jauh dari kata seimbang, ikan yang dibawa dari laut itulah yang dijadikan
Universitas Sumatera Utara
99 makanan pendamping nasi. Hal ini diungkapkan oleh pak Ridwan, yang
mengatakan bahwa : “Yang kami makan nasi samo ikan yang dibawak dari laut tulah, ikan
tulah dijadikan lauk sam sayur, kalau muak kami ikan goreng, kami gulai pulak lah ikan tu”.Sumber : Wawancara 17 Juli 2016
Hal senada juga diungkapkan oleh pak Ishak, beliau mengatakan bahwa : “Apo yang ado itulah kami makan, ikan yang ado, mako ikan tulah yang
dimasak, ondak boli ini itu mano cukup duit nyo, daripado menghutang elok lah makan apo adonyo ajo”.Sumber : Wawancara 20 Juli 2016
Untuk beli pakaian hanya setahun sekali dan itu juga tidak terlalu
dipaksakan. Namun berbeda halnya lagi untuk anak-anak mereka yang masih kecil, bagaimanapun caranya mereka akan berusaha untuk membeli pakaian
anaknya jika pada saat lebaran, meskipun mereka terpaksa menghutang atau mengangsur pakaian anak-anaknya pada penjual pakaian angsuran. Jumlah
angsuran dapat mencapai Rp. 300.000,-. Angsuran tersebut mereka bayar dari menyisihkan uang belanja harian. Hal ini dipertegas oleh ibu Sumini isteri dari
pak M. Tarmizi, yang mengatakan bahwa : “Kalau baju kami tak beganti tak apo-apolah, setahun sekali pun kadang
tak beganti, tapi kalau untuk anak pas hari rayo macam manopun kami usahakan, ibo hati kalau anak-anak tak beganti bajunyo, kadang kami
ngambik angsuran baju lah untuk anak-anak”.Sumber : Wawancara 22 Juli 2016
Pendidikan, pengobatan, dan pembelian perabot rumah tangga merupakan
prioritas kedua setelah kebutuhan makan terpenuhi dengan baik.Dalam hal kesehatan, jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, mereka cukup membeli
obat di warung, dan jika sakitnya bertambah maka alternatif mereka biasanya pergi ke rumah Bidan Desa.
Universitas Sumatera Utara
100 Bagi para nelayan yang memiliki anak yang masih sekolah SMP dan
SMA, mereka harus mengeluarkan uang untuk biaya transportasi setiap hari, karena jarak dari rumah ke sekolah lumayan jauh.Sekolah SMP di Desa Perupuk
terletak di ujung desa, terkadang anak-anak dari mereka menggunakan sepeda ke sekolah, tetapi jika sepeda rusak mereka harus diantar menggunakan sepeda
motor. Untuk anak yang sedang duduk dibangku SMA, mereka harus menggunakan sepeda motor dan perlu biaya untuk mengisi bensin setiap harinya,
ini dikarenakan tempat tinggal mereka dengan sekolah sudah berbeda desa. Biaya transportasi yang dikeluarkan mencapai Rp. 5.000,- perharinya.
Selain itu pengeluaran yang harus mereka keluarkan untuk setiap bulannya adalah biaya pembayaran listrik sekitar Rp. 40.000,- perbulannya, bukan itu saja
mereka juga harus mengeluarkan uang untuk mengisi ulang gas yang dua minggu sekali yang digunakan untuk keperluan masak-memasak.
Lain lagi halnya mereka juga harus memenuhi undangan acara pesta sanak saudara maupun tetangga yang juga mengeluarkan biaya.Apabila salah satu
diantara nelayan tradisional mengadakan acara pesta, maka untuk mendapatkan biaya pesta alternatif mereka adalah berhutang kepada famili, setelah selesai acara
pesta maka uang yang didapatkan digunakan untuk membayar hutang tersebut. Pengeluaran keluarga informan rata-rata melebihi dari pendapatan pokok
kepala keluarga nelayan tradisional.Pengeluaran keluarga nelayan yang paling banyak adalah pemenuhan kebutuhan pangan, harga bahan pokok yang terus
meningkat sementara penghasilan mereka tidak menentu.Dengan demikian selain pekerjaan pokok sebagai nelayan tradisional mereka juga memiliki penghasilan
tambahan yang didapatkan dari keterlibatan isteri serta anak dan pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
101 sampingan lainnya.Pendapatan pokok ditambah penghasilan tambahan keluarga
berkisar Rp. 700.000,- hingga Rp.900.000, perbulannya. Sedangkan untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga yang bisa mencapai lebih dari Rp.900.000,-
perbulannya, hal ini membuat masyarakat nelayan di Desa Perupuk sangat minim mendapatkan kesempatan menabung untuk kebutuhan hidup di masa depannya.
Namun demikian keluarga nelayan tradisional tidak menyerah dengan keadaan, mereka berusaha untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga dengan
berbagai cara, yang salah satunya adalah mengurangi pengeluaran keluarga.
1. Mengurangi Pengeluaran Keluarga
Strategi keluarga nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidup salah satunya adalah mengurangi pengeluaran keluarga.Dalam hal ini isteri
sangat berperan penting dalam meminimalisir pengeluaran. Saat pulang dari melaut, si suami memberikan penghasilan yang ia dapatkan kepada
isteri untuk membeli kebutuhan pokok dan keperluan lainnya. Jika suami sedang memiliki penghasilan maka isteri harus pandai mengolah uang
tersebut, mereka hanya membeli seperlunya saja.Para keluarga nelayan tradisional ini jarang memakan makanan seperti daging dan hanya
mengkonsumsinya setahun sekali, hal ini dikarenakan jika mereka membeli makanan yang harga mahal maka mereka berpikir untuk
kebutuhan esok hari yang belum tentu ada rezeki. Dengan menerapkan tindakan demikian mereka akan mampu menyisihkan sedikit dari
penghasilan tersebut untuk disimpan dan dipergunakan saat tiba musim
Universitas Sumatera Utara
102 pasang mati paceklik terjadi. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Ibu
Sahara isteri dari pak Ridwan yaitu: “Kalau untuk menabung untuk masa depan jauh sekali la dek,
palingan belanjo harian tu lah kami kurang-kurangkan, pas-pas untuk makan sehari tu lah kami boli, terkadang kalau tak cukup
kami cukup-cukupkan ajolah. Kalau duit dari hasil laut tu tak bisa la kami sisihkan dek, tau sendirilah kadang ado kadang tak ado,
kadang pas-pasan, kadang itulah akak ikut jugo bekojo kalau musim korang, duit akak tu lah dek selain menambah duit belanjo
sehari-hari, akak sisih-sisihkan jugolah untuk maso pasang matipaceklik samo biaya anak sekolah, pandai-pandai la dek
mengurang-ngurangkan belanjo”.Sumber : Wawancara 15 Juli 2016
Dengan keadaan demikian isteri harus mampu mengambil sikap
dalam membelanjakan penghasilan suami mereka.Misalnya mengurangi belanja harian untuk keperluan biaya makan keluarga, seperti mengurangi
pengeluaran untuk membeli beras, lauk pauk, sayur mayur, bumbu-bumbu masak dan keperluan masak lainnya dan mereka hanya membeli dengan
harga yang murah. Pernyataan ini dipertegas oleh Ibu Aisyah isteri dari Bapak M.Salam, beliau mengungkapkan bahwa:
“Ya kalau kami makan, ikan yang dibawak dari laut tu lah dimasak, ikan itulah kadang digulai dan digoreng, sesekali kami
boli sayur yang harga-harga murah tu macam sayur daun ubi, kalau untuk boli-boli ikan yang harga mahal tu tak ponatidak
pernah la nak, kalau tak melaut kami makan lauk ikan asin ajo, karena itu lebih murah, kalau boli bumbu-bumbu masak hanya
bolibeli untuk cukup 1 hari itu ajolah”.Sumber : Wawancara 21 Juli 2016
Hal yang senada diungkapkan oleh Ibu Supiah yang merupakan isteri dari Bapak Johan, beliau mengungkapkan bahwa:
“Kalau kami ni nak bukan dibilang menabung, tapi lebih cocoknya menghemat, kalau mau boli beras yang harga-harga murah tu lah,
selain itu kalau boli lauknyo ikan yang harga murah-murah tu
Universitas Sumatera Utara
103 jugolah macam ikan tamban, gulamo, ikan asin pokoknyo yang
harga murah-murah lah”.Sumber : Wawancara 19 Juli 2016 Meskipun terkadang ada penghasilan yang lebih namun mereka
tidak mampu menabung uang tersebut.Hal ini terjadi pada keluarga nelayan yang memiliki banyak cicilan hutang.Misalnya cicilan angsuran
baju, barang-barang peralatan rumah tangga, hutang di Warung, hutang kepada tetangga, keluarga dan bahkan hutang dengan koperasi. Hal
tersebut diungkapkan oleh ibu Sumini isteri dari pak M. Tarmizi, beliau mengatakan:
“Aiii mana bisa menabung dek,jauh sekali lah. Penghasilan suami pas-pasan untuk belanjo harian, tapi itulah dek pandai-pandai
kakak la mengurang-ngurangkan belanjo, untuk sekarang ini kakak bayar cicilan rak piring ini dikutip tiap minggu, kayak mana
lagi awak pengen jugo”.Sumber : Wawancara 22 Juli 2016
Hal yang senada diungkapkan oleh ibu Mariana isteri dari pak Syamsudin, yaitu sebagai berikut:
“Kalau ado rejoki langsung diantar ke kodai lahwarung, kalau lagi tak ado penghasilan kami ngutang ke kodai, beapoberapa
ado duit segitulah kami antar kewarung kalau kurang nge-bon la kami dulu, udah gitu kalau ado rejoki langsung kami bayar udah
habis hutang nanti, kalau gak cukup ngutang jugo kami lagi pokoknya gak bisa menabung lah”.Sumber : Wawancara 22 Juli
2016
Hasil wawancara terhadap informan, dari mengurangi pengeluaran keluarga tersebut, keluarga nelayan mampu menyisihkan sisa uang belanja harian
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat terjadi masa pasang mati, walaupun jumlah tabungan tersebut terkadang tidak mencukupi untuk diperlukan
selama masa pasang mati berlangsung, karena hanya sedikit yang bisa mereka tabung dari sisa uang belanja harian. Sama halnya dengan keluarga nelayan yang
Universitas Sumatera Utara
104 mempunyai anak yang masih sekolah dan mempunyai angsuran, mengurangi
pengeluaran keluarga juga dapat membantu mereka dalam mencicil hutang angsuran dan menyisihkan biaya untuk biaya sekolah anak sehari-harinya.
4.4.3.4.1 Strategi Sosial Kelembagaan 1. Serikat Tolong Menolong STM
Secara umum istilah serikat tolong menolong dapat dijumpai hampir disetiap daerah, baik itu di perkotaan maupun di pedesaan pada
umumnya, baik itu pada masayarakat petani maupun pada masyarakat nelayan.Jadi istilah serikat tolong menolong sangat tidak asing lagi untuk
didengar di negara ini. Di Desa Perupuk juga terdapat organisasi serikat tolong menolong
antar warga masyarakatnya, serikat ini tidak mengenal status sosial ekonomi baik itu dari kalangan pegawai negeri, wiraswasta, petani,
nelayan dan sebagainya.Dari setiap golongan dapat bergabung dengan serikat ini tidak terkecuali para nelayan tradisional.Serikat tolong
menolong yang ada di Desa Perupuk berfungsi memberi bantuan saat mendapat musibah kematian.Bantuan yang diberikan berupa uang tunai
yang disumbangkan oleh anggota yang tergabung ke dalam serikat.Seperti yang diungkapkan oleh pak Ishak :
“STM tu sumbangannya keluar pas ado kemalangan ajo, dai dari sumbangan itu nanti dapat jugolah nambah-nambah biaya untuk
biaya tahlilan”. Sumber :17 Juli 2016
Universitas Sumatera Utara
105 Hal senada diungkapkan oleh pak Ridwan :
“Kalau udah begabung ke STM tu, dapatlah kami meminjam- minjang barang untuk kelongkapan pas kemalangan, tak pala lah
kami menyewo kesanan kemari lagi”. Sumber : Wawancara 15 Juli 2016
Pada dasarnya organisasi STM tersebut bukanlah suatu strategi yang dapat membantu keluarga nelayan pada saat tidak mempunyai
penghasilan.Akan tetapi bantuan tersebut hanya mereka terima pada saat- saat tertentu seperti yang dijelaskan sebelumnya.Namun meskipun
demikian, STM ini setidaknya dapat membantu mereka pada saat-saat mendesak atau pada saat keadaan darurat.Misalnya pada saat ada salah
satu anggota keluarga yang terkena musibah atau meninggal dunia, mereka dapat meminjam perlengkapan yang dibutuhkan untuk keperluan saat itu
tanpa dikenakan biaya, tetapi bagi masyarakat lainnya yang tidak termasuk anggota harus menyewa bahan tersebut.Selain itu jika pada saat itu mereka
tidak memiliki simpanan, maka dengan adanya STM tersebut dapat membantu anggota dalam hal biaya untuk kemalangan tersebut.
2. Perwiritan
Perwiritan di Desa Perupuk dilakukan oleh bapak-bapak dan ibu- ibu. Bagi ibu-ibu perwiritan dilakukan pada hari jumat dari pukul 14.00
hingga pukul 16.00 sore, sedangkan untuk perwiritan bapak-bapak dilakukan pada malam hari yaitu pada malam senin yang berlangsung dari
jam 20.00 – 22.00 malam. Perwiritan ini dilakukan secara bergiliran untuk para anggotanya dan setiap diadakan perwiritan dilakukan pengutipan
Universitas Sumatera Utara
106 uang iuran yang sudah ditentukan berdasarkan kesepakatan.Uang iuran
yang dikumpulkan tersebut dipergunakan untuk membeli barang-barang perlengkapan pesta seperti, teratak, kuali besar, dandang, mangkok besar,
tenda dan sebagainya yang dapat digunakan oleh anggota saat ada acara pesta maupun syukuran tanpa dikenakan biaya.Selain itu juga disimpan
untuk uang kas, uang kas ini juga dapat membantu anggota saat terjadi kemalangan.Bukan hanya itu saja, anggota perwiritan juga setiap
minggunya membayar uang iuran.Uang iuran tersebut diberikan kepada setiap anggota saat giliran perwiritan dilakukan dirumah masing-masing.
Hal ini diungkapkan oleh ibu Yusmi isteri dari pak Ishak, beliau mengatakan bahwa:
“Saat tiba giliran dirumah kami yang wirit, biasanya dapat uang iuran itu, nanti duit tu dapatlah kami bolikan makanan untuk
acara wirit tu, sisa uangnyo nanti untuk tambah-tambahan belanjo dapur”. Sumber : Wawancara 17 Juli 2016
Hal yang senada juga diungkapkan oleh ibu Mariana isteri dari pak Syamsuddin :
“Kalau lagi butuh duit, udah tak tau ondak meminjam ke siapo lagi, terkadang meminjam duit kas wirit tu lah. Sumber :
Wawancara Juli 2016 Kegiatan perwiritan ini merupakan suatu strategi yang dapat
membantu keluarga nelayan saat mengalami masa sulit.Para anggota perwiritan memiliki hak untuk meminjam uang kas di perwiritan
tersebut.Akan tetapi uang kas yang dipinjam oleh anggota harus dikembalikan sesuai jangka waktu yang disepakati bersama.Karena bukan
hanya 1 anggota saja yang membutuhkan pinjaman. Dengan dibuat jangka
Universitas Sumatera Utara
107 waktu tersebut agar disaat anggota yang lain meminjam uang kas masih
tetap ada. Dengan demikian, simpanan kas kelompok perwiritan tersebut mampu menjadi salah satu cara atau strategi yang dapat dilakukan nelayan
untuk mengatasi masa-masa sulit mereka saat tidak bisa melaut.
4.4.3.4.2 Strategi Jaringan 1. Berhutang
Melaut tidak bisa karena kaadaan cuaca yang tidak baik dan tidak mendapat pekerjaan lain apapun untuk mengisi waktu luang. Salah satu
pilihan terakhir bagi nelayan adalah dengan berhutang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Salah satu cara mereka biasanya
menghutang, adalah berhutang kepada keluarga atau famili terdekat, berhutang kepada tetangga, berhutang diwarung dan berhutang pada orang
maupun lembaga yang memberi pinjaman yang tetap memakai sistem bunga pinjaman.
Berhutang dengan keluarga atau famili terdekat lebih baik ketimbang harus berhutang kepada rentenir atau koperasi.Namun dalam
berhutang dengan keluarga juga tidak bisa dapat dipastikan, jika keluarga lagi ada uang simpanan dapatlah pinjaman tersebut, jika mereka juga lagi
tidak ada simpanan uang pulanglah dengan tangan kosong. Seperti yang diungkapkan pak Ridwan sebagai berikut :
“Kalau lagi kesusahan, tak ado botul duit untuk belanjo harian, apolagi dek, ngadu samo keluarga lah, minjam duit dulu lah samo
keluarga, kalau udah ado rejoki, apak boya lah secopatnya biak supaya bisa meminjam lagi kalau kesusahan, kalau minjam samo
rentenir, wah tak berani lah”.Sumber : Wawancara 17 Juli 2016
Universitas Sumatera Utara
108 Selain menghutang kepada keluarga, warung juga merupakan
tempat pelarian para keluarga nelayan tradisional, apabila tidak mendapatkan pinjaman kepada keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh
pak Syamsudin sebagai berikut : “ Berapo dapat itulah yang dibawak ke kodai untuk belanjo, kalau
kurang ya ngutang dulu lah di kodai tu, selalu la mengutang dek karena selalu tak cukup. Kalau lagi tak kelaut, nge-bon dululah di
kodai kalau ado joki barulah diangsur hutang tu, untunglah si pemilik kodai ne pecayopercaya samo kami, karena pulak tak
pona tidak pernah kami tak memboya nyomembayarnya, kalau udah ado joki hutang yang paling kami dulukan untuk memboya
nyo”.Sumber : Wawancara 19 Juli 2016 Salah satu kelebihan yang dimiliki masyarakat nelayan tradisional
di Desa Perupuk ini adalah menjunjung tinggi nilai kejujuran dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Hal ini terlihat dari sikap mereka saat
memiliki hutang dengan warung ataupun dengan yang lainnya, maka mereka akan bersegera membayar hutang tersebut saat mempunyai rezeki.
Mereka lebih mengutamakan membayar hutang daripada membeli yang lainnya. Memiliki hutang merupakan beban bagi mereka, akan tetapi
keadaan yang terjepit membuat para nelayan ini harus menghutang. Para nelayan tradisional tidak hanya menghutang di warung untuk 1 kali
ataupun 2 kali saja, akan tetapi hal ini senantiasa dilakukan karena mereka harus memenuhi tuntutan kebutuhan hidup, hal ini juga mendukung
masyarakat nelayan harus berprilaku jujur, agar mereka senantiasa mendapatkan pinjaman.
Selain menghutang dengan keluarga ataupun di warung, para nelayan tradisional juga terkadang meminjam dengan rentenir maupun
dengan koperasi yang memiliki bunga pinjaman.Meminjam dengan
Universitas Sumatera Utara
109 rentenir maupun dengan koperasi yang memiliki bunga pinjaman ini
dilakukan keluarga nelayan dikarenakan kebutuhan yang sangat mendesak, butuh uang dalam waktu yang dekat dan dalam jumlah yang
banyak.Dengan pembayaran yang dapat diangsur inilah membuat keluarga nelayan tertarik untuk melakukan pinjaman dengan uang berbunga. Seperti
yang diungkapkan oleh pak Rozali yaitu : “Kalau butuh uang banyak dan mendesak apak minjam ke
koperasi lah nak, macam mano lagi, minjam samo saudaro lagi tak ado duit, lagipun saudaro apak susah jugo samo macam apak ne
lah susahnyo, nanti setiap bulannyo kami usahakan harus mengumpul uang untuk bayarnyo, kalau tidak, wah bedondokena
denda la kami”.Sumber : Wawancara 20 Juli 2016
Hal yang senada juga diungkapkan oleh pak Jamhur sebagai salah satu nelayan tradisional yaitu sebagai berikut :
“Kalau kelaut ne nak, jaringnyo harus diganti-diganti jugo, kalau tak diganti tak ado ikan lengket ke jaring ne lagi, namonyo udah
rusak pulak, jadi kalau ondak mengharap dari hasil kelaut ne manolah bisa kami menanti jaring ne, kalau hasil melaut ne mano
bisa menyimpan duit, dapat sehari makan sehari, jadi terpaksa jugolah kami meminjam duit dengan rentenir, karena copat proses
cairnyo nanti tiap potang hari sore hari datang tu orang tu ngutip angsurannyo tu.Harus pandai-pandai la kami nak nyisihkan
duit nyo”.Sumber : Wawancara 18 Juli 2016
Karena tuntutan kebutuhan yang mendesak, sementara penghasilan yang tidak pasti dan tidak menjamin, membuat para keluarga nelayan
tradisional harus melakukan berbagai cara agar dapat mengatasi kemiskinan yang mereka alami. Hutang yang telah dipinjam, mereka bayar
saat mendapat penghasilan yang lebih dan menyisihkan dari uang belanja harian untuk dicicil.
Universitas Sumatera Utara
110 Pada masyarakat nelayan tradisional di desa Perupuk, terdapat juga
strategi-strategi bertahan hidup yang dikemukan oleh Edi Suharto, ia mengatakan bahwa dalam mengatasi goncangan hidup dan tekanan ekonomi dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu strategi aktif, strategi pasif, dan strategi jaringan. Kenyataan dilapangan setelah dilakukan penelitian bahwa dapat ditemukan
strategi aktif yang dilakukan nelayan tradisional yaitu dapat dilihat dari tindakan nelayan dalam mengoptimalkan potensi anggota keluarga dalam membantu
pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.Hal ini terlihat dari peranan anggota keluarga seperti isteri dan anak yang ikut terlibat dalam mencari nafkah dengan
bekerja, mengayam tikar, mencari kerang, menjahit, kerja upahan memanen cabai, bertani, anak yang bekerja di Kota dan sebagainya.Strategi yang kedua yaitu
strategi pasif, yaitu strategi yang mengurangi pengeluaran guna memenuhi kebutuhan.Dalam melakukan strategi pasif ini dapat dilihat dari tindakan isteri-
isteri para nelayan tradisional dalam mengurangi pengeluaran keluarga, baik pengeluaran untuk keperluan sandang, pangan, papan, pendidikan dan
kesehatan.Beras yang mereka pergunakan untuk makan adalah Raskin Beras Miskin dan untuk lauk makan terkadang hanya seadanya.Sementara untuk biaya
pengobatan, jika sakit mereka hanya cukup beli obat di warung atau puskesmas terdekat dan biaya pendidikan tidak begitu diutamakan, jika mereka mampu
menyekolahkan anaknya maka disekolahkan, tetapi jika tidak hanya disekolahkan semampunya. Sedangkan strategi jaringan merupakan strategi yang sering
dilakukan oleh para nelayan tradisional di desa Perupuk saat dalam keadaan mendesak, yaitu dengan menghutang kepada keluarga, warung bahkan dengan
Universitas Sumatera Utara
111 rentenir, dan dari penghasilan lebih yang didapat akan digunakan untuk
membayar hutang tersebut. Adapun dalam kenyataannya setelah dilakukan penelitian di lapangan,
peneliti menemukan bahwa, nelayan tradisional yang ada di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara ini belum mampu bangkit dari
keterpurukan ekonomi.Strategi ekonomi senantiasa dilakukan oleh keluarga nelayan jika terdapat peluang kerja yang dapat menambah penghasilan keluarga
walaupun itu tergolong pekerjaan yang berat. Setelah dilakukan penelitian dilapangan dapat diketahui sangat jelas
bagaimana strategi yang dilakukan para nelayan tradisional dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.Segala kemampuan dan kerja keras telah dilakukan
hanya saja pada zaman sekarang ini sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang memiliki penghasilan tetap untuk para nelayan yang hanya memiliki jenjang
pendidikan tingkat SD. Sehingga dengan demikian para nelayan tradisional sangat rentan dengan kemiskinan dan sering mengalami masa-masa sulit.
Berbagai macam strategi bertahan yang telah dikerjakan dengan semampu mereka, namun meskipun demikian nelayan yang ada di Desa Perupuk hingga
saat ini masih tetap berada dalam keadaan tingkat ekonomi yang lemah.Hal ini dikarenakan, strategi yang mereka kerjakan juga memiliki penghasilan yang tidak
tetap layaknya penghasilan pegawai atau karyawan tetap yang sudah pasti memiliki penghasilan tetap setiap bulannya.
Universitas Sumatera Utara
112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan