82
4.3 Proses Kerja Nelayan Tradisional
Kegiatan keseharian para nelayan tradisional yang ada di Desa Perupuk ini yaitu bekerja sebagai nelayan.Ada nelayan yang memiliki sampan dan alat
tangkap sendiri yang sudah pasti pendapatan nelayan kategori ini bersih tanpa ada pembagian untuk tokeh nelayan. Nelayan yang menggunakkan sampan dayung di
Desa Perupuk semuanya memiliki alat tangkap milik sendiri, akan tetapi nelayan yang menggunakan sampan yang menggunakan mesin tempel sebagai penggerak
sampan ada milik sendiri dan dan ada juga milik tokeh. Walaupun bagi nelayan yang menggunakan sampan milik tokeh, nelayan tersebut tidak ada pembagian
hasil dengan tokeh.Kesepakatan yang telah dibuat oleh tokeh dengan nelayan yang menggunakan sampannnya adalah harus menjual ikan dengannya dan boleh
memakai sampan dan alat tangkap selagi bekerja dengannya. Seperti yang diungkapkan oleh pak Rozali:
“Itulah enaknya kami, sampan samo jaring dikasih pinjam samo tokeh, tak ado yang namonyo potong-potong gaji, hanyo saja ikan yang didapat
harus dijual samo tokeh itu, dan pekarangan tu dapat dipakai selagi bekojosamo dengannyo”.Sumber : Wawancara 20 Juni 2016
Hal yang senada juga diungkapkan oleh pak Johan, beliau mengatakan: “Waah, kalau uwak tak punyo sampan sendiri, uwak memakai sampan
punyo tokeh, sampannyo tak diboyadibayar tetapi dipinjamkan, tak ado istilah-istilah untuk potong gaji, yang penting jual ajolah ikan samo
diotokeh”.Sumber : Wawancara 19 Juni 2016 Setiap nelayan di Desa Perupuk walaupun memiliki alat tangkap serta
sampan sendiri tetap menjual ikannya dengan tokeh langganannya terlebih lagi nelayan yang menggunakan sampan milik tokeh.Hal ini dikarenakan tidak adanya
akses bagi nelayan tradisional untuk menjual ke pasar, dan tidak adanya waktu untuk menjual bebas dengan masyarakat lainnya.Seperti yang diungkapkan oleh
Universitas Sumatera Utara
83 pak Ishak yang merupakan seorang nelayan yang memiliki alat tangkap sendiri
yaitu : “Ikan yang didapat terpaksa dijual ke tokeh langganan lah, mano bisa
bapak menjual langsung ke pajak, balek dari laut ajo potang sore, sedangkan awak butuh duit secopat mungkin untuk belanjo
dapur”.Sumber : Wawancara 17 Juli 2016
Ikan yang didapatkan oleh nelayan tradisional di Desa Perupuk dibayar oleh tokeh kepada nelayan dengan harga yang berbeda tipis dengan harga jual di
TPI tempat pelelangan ikan.Ikan yang dibeli oleh tokeh dengan nelayan dengan harga Rp. 5.000;-kg dan dijual kembali oleh tokeh ikan dengan harga Rp. 7.000,-
kg di TPI maupun di Pasar. Kegiatan para nelayan tradisional di Desa Perupuk berangkat melaut
dimulai dari jam 05.00 ataupun selesai sholat shubuh dan pulang antara waktu siang hingga sore hari dan itu juga tergantung pada kondisi cuaca di laut dan
tergantung pada pendapatan. Seperti yang diungkapkan oleh pak Ridwan sebagai berikut :
“Pogi kelaut subuh hari sekitar jam 5 pagi kalau baleknyo kadang sekitar jam-jam duo lah, tergantung cuaca lah”.Sumber : Wawancara 15 Juli
2016
Hal senada juga diungkapkan oleh pak Mansyur, beliau mengatakan : “Kalau pogi kelaut habis sembayang shubuh la, kalau baleknyo
tergantung cuaca samo pasang air laut lah, tapi lebih sering balek sekitar jam-jam duo gitulah.”Sumber : Wawancara 24 Juli 2016
Pulang dari melaut, nelayan tradisional memperbaiki alat tangkapnya berupa jaring, jika kondisi jaring banyak yang rusak maka para nelayan harus
Universitas Sumatera Utara
84 mengerjakan sampai sore hari dan terkadang hingga malam hari, dikarenakan
besoknya harus dibawa kembali ke laut.
4.4 Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan