pengolahan tanah dan angkutan. Begitu pula dengan tenaga kerja mekanik sering digunakan untuk pengolahan tanah, penanaman, pengemdalian hama, serta
pemanenan. 3 Modal
Modal merupakan barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta manajemen menghasilkan produk pertanian.
Penggunaan modal berfungsi untuk membantu meningkatkan produktivitas dan menciptakan kekayaan serta pendapatan usahatani. Modal dalam suatu usahatani
untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal dapat diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau
kredit kredit bank, kerabat, dan lain-lain, warisan, usaha lain, atau kontrak sewa. 4 Manajemen
Manajemen usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi dengan sebaik-
baiknya sehingga mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Dengan demikian, pengenalan secara utuh faktor yang dimiliki dan
faktor yang dikuasai akan sangat menentukan keberhasilan pengelolaan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi referensi dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Tanjung 2003 dalam “Efisiensi Teknis dan Eknomis Petani
Kentang Di Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat: Analisis Stochastic Frontier” Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat efisiensi teknis, alokatif,
dan ekonomis petani kentang di Kecamatan Lembah Gumanti dan Danau
Universitas Sumatera Utara
Kemeber Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis data menggunakan dua alat
analisis yaitu fungsi produksi stochastic frontier dan fungsi biaya dual. Rata-rata petani kentang di daerah penelitian cukup efisien secara teknis.
Kontribusi pengaruh efisiensi teknis terhadap produksi batas petani ditemukan bernilai 0,9789. Angka ini menunjukkan bahwa 97.89 dari variasi produksi
diantara petani responden disebabkan oleh perbedaan dari efisiensi teknis dan sisanya sebesar 2,11 disebabkan oleh efek-efek stochastic seperti pengaruh
cuaca, keberuntungan, serangan hama dan penyakit serta kesalahan pemodelan. Petani di daerah penelitian tidak efisien secara alokatif dan ekonomis. Nilai rata-
rata efisiensi alokatif dan ekonomis petani kentang masing-masing adalah 0,602 dan 0,443. Sebaran nilai efisiensi alokatif dan ekonomis petani sampel lebih
banyak berada pada kelompok nilai yang kecil daro 0,7. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani diidentifikasi berjumlah sebanyak
delapan variabel. Variabel-variabel yang ditemukan signifikan berpengaruh secara statistik terhadap efisiensi tek
nis petani baik positif maupun negatif pada pada α = 5 dan α = 10 adalah usia, pengalaman, keikutsertaan petani dalam kelompok
tani dan jenis benih. Rasio luas lahan terhadap total luas lahan yang diusahakan dan bentuk kepemilikan lahan ditemukan signifikan berpengaruh terhadap
efisiensi teknis petani pada α = 15.
Manurung 2014 mengenai “Analisis Efisiensi Faktor Produksi Usahatani Kentang Solanum tuberosum Di Desa Ajibuhara Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo” Penelitian ini bertujuan untuk menganilisis pengaruh faktor produksi kentang bibit, pupuk alami, pupuk kimia, insektisida, fungisida dan
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja yang digunakan pada usahatani kentang serta menganilisis tingkat efisiensi teknis, harga dan ekonomi pada usahatani kentang di Desa Ajibuhara,
Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
fungsi produksi dengan pendekatan frontier production function. Berdasarkan hasil estimasi OLS diperoleh hasil bahwa variabel bibit, pupuk alami, pupuk
kimia, insektisida, fungisida dan tenaga kerja secara bersama-sama keseluruhan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah produksi kentang, sedangkan yang
tidak berpengaruh secara parsial adalah pupuk kimia, insektisida dan fungisida.Tingkat efisiensi teknik didapatkan mean efisiensi efisiensi rata-rata
sebesar 0,605 yang lebih kecil dari 1 menunujukkan bahwa penggunaan faktor produksi ushaatani kentang secara teknik tidak efisien. Dari segi efisiensi harga
dan ekonomis secara berturut-turut tingkat efisiensi sebesar 1,3 lebih besar dari 1 dan 0,078 yang lebih kecil dari 1, menunujukkan bahwa penggunaan faktor
produksi usahatani kentang di Desa Ajibuhara secara harga dan ekonomis tidak efisien.
Widyananto 2010 dalam “
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Faktor Produksi Pada Usahatani Bawang Putih Studi Kasus di Kecamatan Sapuran Kabupaten
Wonosobo” Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh penggunaan faktor produksi luas lahan, bibit, pupuk, fungisida,
insetisida, dan tenaga kerja terhadap jumlah produksi bawang putih di Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah fungsi produksi dengan pendekatan frontier production function. Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa variabel lahan, bibit, pupuk
Universitas Sumatera Utara
dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap jumlah produksi bawang putih sedangkan variabel fungisida dan insektisida ditemukan tidak signifikan
berpengaruh terhadap jumlah produksi bawang putih. Rata–rata efisiensi teknik usahatani bawang putih baru mencapai 0,58 belum mendekati 1 yang berarti
produksi bawang putih pada daerah penelitian belum efisien sehingga masih terdapat peluang sebesar 42 persen untuk meningkatkan produksi bawang putih di
daerah tersebut. Efisiensi harga pada daerah penelitian lebih besar dari 1, yaitu sebesar 1,8335 yang artinya penggunaan input produksi belum efisien. Oleh
karena usahatani bawang putih di Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo belum mencapai efisiensi baik teknik maupun harga maka usahatani bawang putih
di Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo belum mencapai tingkat efisiensi ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kerangka Pemikiran