Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produktivitas .1 Penggunaan Faktor Produksi

44 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produktivitas 5.1.1 Penggunaan Faktor Produksi Sebelum melakukan uji analisis regresi kuadrat terkecil Ordinary Least Square terlebih dahulu dilakukan uji outlier dengan menggunakan microsoft excel. Hal ini bertujuan untuk memperoleh rangkaian data yang baik dan menghindari data sampel yang menyimpang dari data yang lainnya atau berada pada outlier. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh jumlah petani bawang merah di daerah penelitian berjumlah 41 petani setelah dilakukan uji outlier terdapat 8 petani yang berada pada outlier, 8 petani sampel tersebut tidak diikutsertakan sehingga data petani yang bebas outlier yang kemudian digunakan dalam pengolahan data yaitu 33 petani dengan SPSS 17. Sebelum menguji apakah ada tidaknya pengaruh faktor produksi terhadap produksi tanaman bawang merah di daerah penelitian, maka berikut ini diuraikan kondisi nyata penggunaan faktor produksi pada usahatani bawang merah di daerah penelitian. Bibit Bibit yang digunakan oleh petani di daerah penelitian merupakan varietas setapak lokal. Bibit yang digunakan petani diperoleh dengan cara dibeli di toko sarana produksi pertanian dan ada juga yang menggunakan hasil panen dari usahatani bawang merah sebelumnya. Tabel berikut ini menjelaskan penggunaan bibit rata-rata per petani dan per hektarnya untuk sekali musim tanam. Tabel 5.1 Penggunaan dan Biaya Bibit Rata-rata Per Petani dan Per Hektar Uraian Penggunaan Bibit Kg Biaya Bibit Rp Rata-Rata Per Petani 125 2,429,000 Rata-Rata Per Hektar 660 12,353,000 Sumber : Lampiran 2 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil Tabel 5.1, jika dibandingkan dengan ketentuan penggunaan bibit menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura, 2014 yaitu untuk satu hektar lahan membutuhkan benih bawang merah 1,2 ton dengan berat umbi sekitar 5 gramumbi sedangkan di daerah penelitian penggunaan bibit hanya sebesar 660 per hektarnya, maka di Desa Cinta Dame dalam penggunaan bibit belum sesuai dengan aturan yang seharusnya. Pupuk Di daerah penelitian pemupukan dilakukan dua kali dalam satu musim tanam, pemupukan pertama disebut juga pupuk dasar yaitu sebelum bibit ditanam, pemupukan kedua disebut juga pupuk susulan, dilakukan ketika tanaman sudah tumbuh. Pupuk dasar hanya menggunakan pupuk organik saja atau kombinasi pupuk organik dan kimia. Sementara pemupukan susulan hanya menggunakan campuran dari beberapa pupuk kimia. Tabel berikut ini menjelaskan penggunaan pupuk rata-rata per petani dan per hektarnya. Tabel 5.2 Jumlah Penggunaan dan Biaya Pupuk Rata-Rata Per Petani dan Per Hektar Uraian Jenis Pupuk Organik Kimia Rata-Rata Penggunaan Per Petani Kg 571 35 Rata-Rata Penggunaan Per Hektar Kg 3000 163 Rata-Rata Biaya Per Petani Rp 393.000 378.000 Rata-Rata Biaya Per Hektar Rp 2.143.000 2.097.000 Sumber: Lampiran 3-4 Pupuk alami yang banyak digunakan adalah pupuk kandang dan kompos. Sementara pupuk kimia yang digunakan kebanyakan pupuk majemuk, contohnya pupuk mutiara. Dari hasil penelitian yang dilakukan penggunaan pupuk organik petani di daerah penelitian rata-rata sebesar 3 ton per hektar dalam hal ini masih sangat kurang jika dibandingkan dengan aturan yang seharusnya menurut Tim Bina Karya Tani, 2008 Universitas Sumatera Utara untuk setiap satu hektar lahan bawang meah membutuhkan pupuk dasar dengan pupuk kandang atau kompos sekitar 10-15 ton per hektar. Begitu juga dengan pupuk kimia pemakaian rata-rata per hektar sebesar 163 Kg masih kurang sesuai dengan aturan seharusnya contohnya Urea 50 kgha, pupuk SP-36 300 kgha dan pupuk KCl 100 kgha. Pestisida Pembasmian hama penyakit dilakukan dengan penyemprotan sejak tanaman bawang merah berusia 2-3 minggu. Penyemprotan dilakukan dengan pompa semprot berkapasitas 12 Liter. Tabel 5.3 Penggunaan dan Biaya Pestisida Rata-Rata Per Petani dan Hektar Uraian Jenis Pestisida Insektisida Fungsisida Rata-Rata Penggunaan Per Petani 0,45L 9,4 Kg Rata-Rata Penggunaan Per Hektar 3,15L 49,6 Kg Rata-Rata Biaya Per Petani Rp 208.000 Rp 32.500 Rata-Rata Biaya Per Hektar Rp 1.506.000 Rp 167.000 Sumber: Lampiran 5-6 Penyemprotan dilakukan 1-3 kali dalam seminggu tergantung kondisi cuaca, apabila musim hujan dalam seminggu penyemprotan dilakukan sampai 3 kali sebaliknya apabila tidak hujan penyemprotan hanya dilakukan 1 kali seminggu. Penggunaan pestisida kimia yang digunakan petani pun cukup beragam tergantung jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah di lapangan. Tenaga Kerja Tenaga kerja di daerah penelitian digunakan untuk mempersiapkan lahan, penanaman, perawatan hingga panen dan pascapanen. Tenaga kerja yang digunakan adalah TKDK Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan TKLK Tenaga Kerja Luar Keluarga dengan upah harian. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga paling banyak digunakan ketika masa penanaman. Tabel berikut ini akan menjelaskan penggunaan tenaga kerja rata-rata per petani dan per hektarnya : Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4 Penggunaan TKDK dan TKLK Rata-Rata Per Petani dan Per Hektar Uraian Per Petani Per Hektar TKDK TKLK TKDK TKLK HKO HKO Upah HKO HKO Upah Pengolahan Lahan 5 13 408.000 29 76 2.646.000 Penanaman 5 14 373.000 29 82 2.459.000 Perawatan 4 5 200.000 24 29 400.000 Panen Pascapanen 6 12 335.000 35 71 1.730.000 Sumber: Lampiran 7-10

5.1.2 Analisis Regresi Fungsi Produksi

Uji statistik dilakukan dengan metode Regresi Linier Berganda untuk menjawab identifikasi masalah 1 yaitu pengaruh faktor produksi terhadap produktivitas bawang merah. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu software spss 17. Sebelum dianalisis dengan model linear berganda, sebelumnya dilakukan uji terlebih dahulu apakah data faktor produksi dan hasil produktivitas usahatani bawang merah memiliki hubungan yang linear atau tidak. Setelah uji linearitas, dilanjutkan dengan uji asumsi klasik mencakup uji multikolinearitas, heteroskedastisitas dan uji normalitas. Uji Linearitas Sebelum menentukan persamaan model yang benar maka akan dilakukan uji linearitas terhadap data-data yang ada dengan menggunakan Ramsey RESET Test. Uji ini untuk melihat spesifikasi model yang digunakan benar atau tidak. Hasil dari uji ini akan menghasilkan informasi apakah model yang dianalisis linear atau tidak. Pengujian ini dilakukan terhadap variabel atau parameter. Untuk mengetahui apakah ada hubungan linear diketahui lewat hipotesis sebagai berikut: Dengan kriteria uji, bila : 1. Jika F hitung F tabel maka Ho ditolak 2. Jika F hitung F tabel maka Ho diterima Universitas Sumatera Utara Hipotesa: Ho : model hubungan berbentuk linear H 1 : model hubungan tidak berbentuk linear Tabel 5.5 Nilai Uji Linearitas Fungsi Produksi dengan Ramsey Test Model Summary b Model R R.Square Adjusted R.Square Std. Error of the Estimate 1 0,794 0,631 0,546 1460,63573 Model Summary b Model R R.Square Adjusted R.Square Std. Error of the Estimate 1 0,954 0,910 0,884 736,45672 Sumber : Lampiran 15 Berdasarkan hasil analisis diatas diperoleh nilai R 2 old = 0,546. Lalu dilanjutkan mencari Y presiksi kemudian diolah lagi menggunakan SPSS sehingga diperoleh output new. Kemudian analisis diatas diperoleh nilai R 2 new = 0,884. Jumlah variabel bebas yang baru masuk ada 2, jumlah observasi 33, dan jumlah parameter k persamaan adalah 9. Dari data ini dapat dihitung besarnya F hitung sebagai berikut: Fhitung = R2new −R2old m 1 −R2new n−k Fhitung = 0,884 −0,5462 1 −0,88433−9 Fhitung = 0,169 2,784 Fhitung = 0,0607 Universitas Sumatera Utara Dari tabel F dicari nilai untuk N 1 = k : 9, N 2 = n-k-1 = 23 dengan tingkat kepercayaan 95 maka diperoleh nilai F tabel sebesar 2,32. F hitung 0,0607 F tabel 2,32 maka H diterim yang artinya bahwa antara faktor produksi dan produktivitas berhubungan secara linear. Uji Asumsi Klasik Uji Klasik dapat dikatakan sebagai kriteria ekonometrika melihat apakah hasil estimasi memenuhi dasar linear klasik atau tidak. Uji asumsi klasik ini dibagi dalam tiga bagian yaitu: uji normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas.

a. Uji Multikolinearitas