Landasan Teori .1 Teori Efisiensi

Pada umumnya bawang merah yang digunakan untuk konsumsi sudah dipanen pada umur sekitar 60 - 70 hari, atau kira-kira 60 - 70 dari seluruh tanaman daun-daunnya sudah menguning atau mengering dan batang leher umbi terkulai. Untuk bawang bibit harus dipanen lebih lama, yaitu sekitar umur 80 - 90 hari, atau kira-kira 80 - 90 dari seluruh tanaman sudah menguning daunnya danbatang leher umbi terkulai. Bawang merah yang dipanen terlalu muda dapat mengakibatkan umbi kurang padat, jika disimpan banyak susutnya, mudah membusuk, dan cepat keropos. Umur bawang yang cukup tua menjadikan umbi kelihatan keras dan padat, dan jika disimpan dapat tahan lama. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Efisiensi Farrell 1957 dalam Coelli et al 1998, mengemukakan bahwa efisiensi suatu perusahaan terdiri dari dua komponen: efisiensi teknis, yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan output yang maksimal dari himpunan input dan efisiensi harga, yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan input dalam proporsi yang optimal, mengingat harga masing- masing dan teknologi produksi. Kedua langkah tersebut kemudian dikombinasikan untuk memberikan ukuran total efisiensi ekonomi. Farrell 1957 dalam Coelli et al 1998, mengukur efisiensi melalui dua pendekatan yaitu; 1. Sisi penggunaan input Membutuhkan ketersediaan informasi harga input dan sebuah kurva isoquant yang menunjukkan kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan ouput secara maksimal. Universitas Sumatera Utara 2. Sisi output yang dihasilkan Merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat sejauh mana jumlah output secara proporsional dapat ditingkatkan tanpa mengubah jumlah input yang digunakan. Seorang petani secara teknis dikatakan lebih efisien dibandingkan petani lain, apabila dengan penggunaan jenis dan jumlah input yang sama, diperoleh output fisik yang lebih tinggi. Efisiensi teknis dianggap sebagai kemampuan untuk berproduksi pada isoquant batas. Sebaliknya, inefisiensi teknis mengacu pada penyimpangan dari isoquant frontier. Konsep efisiensi dari sisi input diilustrasikan oleh Farrell 1957 dalam Coelli et al 1998 pada Gambar 2.1 berikut: Gambar 1. Efisiensi Teknisdan Alokatif Sumber Farrel 1957 dalam Coelli et al. 1998 Pada Gambar 1 kurva isoquant frontier SS’ menunjukkan kombinasi input per output x1y dan x2y yang efisien secara teknis untuk menghasilkan output Y0 = 1. Titik P dan Q menggambarkan dua kondisi suatu perusahaan dalam berproduksi menggunakan kombinasi input dengan proporsi input x1y dan x2y yang sama. Keduanya berada pada garis yang sama dari titik O untuk Universitas Sumatera Utara memproduksi satu unit Y0. Titik P berada di atas kurva isoquant, sedangkan titik Q menunjukkan perusahaan beroperasi pada kondisi secara teknis efisien karena beroperasi pada kurva isoquant frontier. Titik Q mengimplikasikan bahwa perusahaan memproduksi sejumlah output yang sama dengan perusahaan di titik P, tetapi dengan jumlah input yang lebih menunjukkan efisiensi teknis TE perusahaan P, yang menunjukkan proporsi dimana kombinasi input pada P dapat diturunkan, rasio input per output x1y : x2y konstan, sedangkan output tetap. Jika harga input tersedia, efisiensi alokatif AE dapat ditentukan. Garis isocost AA’ digambarkan menyinggung isquant SS’ di titik Q’ dan memotong garis OP di titik R. Titik R menunjukkan rasio input-output optimal yang meminimumkan biaya produksi pada tingkat output tertentu karena slope isquant sama dengan slope garis isocost. Titik Q secara teknis efisien tetapi secara alokatif inefisien karena perusahaan di titik Q berproduksi pada tingkat biaya yang lebih tinggi dari pada di titik Q’.Jarak OR-OQ menunjukkan penurunan biaya produksi jika produksi terjadi di titik Q’ secara alokatif dan teknis efsien, sehingga efisiensi alokatif AE untuk perusahaan yang beroperasi di titik P adalah rasio OROQ. Oleh Farrell 1957, efisiensi alokatif ini juga disebut sebagai efisiensi harga price efficiency. Dengan interpretasi kenaikan pendapatan mirip dengan interpretasi penurunan biaya, inefisiensi alokatif dalam kasus orientasi input. Selanjutnya, kita mendefinisikan keseluruhan efisiensi pendapatan sebagai perkalian dari kedua ukuran ini. Universitas Sumatera Utara EE = ET x EA Keterangan : EE : Efisiensi Ekonomi ET : Efisiensi Teknis EA : Efisiensi Alokatif Menurut Bakhshoodeh dan Thomson 2001 dalam Tanjung 2003, petani yang efisien adalah petani yang menggunakan input lebih sedikit dari petani lainnya untuk memproduksi sejumlah output pada tingkat tertentu, atau petani yang dapat menghasilkan output yang lebih besar dari petani lainnya dengan menggunakan sejumlah input tertentu. Berdasarkan defenisi diatas, efisiensi teknis dapat diukur dengan pendekatan dari sisi output dan input. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi output merupakan rasio dari output observasi terhadap output batas. Indeks efisiensi ini digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur efisiensi teknis di dalam analisis stochastic frontier. McEachern 2001 dalam Anandra 2010, menyatakan efisiensi harga atau alokatif menunjukkan hubungan biaya input dan ouput. Efisiensi alokatif tercapai jika perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. Bila petani mendapat keuntungan yang besar dari usaha taninya, misalnya karena pengaruh harga maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan input usaha taninya secara efisien. Universitas Sumatera Utara Menurut Widyananto 2010, konsep yang digunakan dalam efisiensi ekonomi adalah meminimalkan biaya artinya suatu proses produksi akan efisien secara ekonomis pada suatu tingkatan output apabila tidak ada proses lain yang dapat menghasilkan output serupa dengan biaya yang lebih murah.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Produksi

Frisvold dan Ingram 1994 dalam Zuandri 2011, menyatakan bahwa berbagai studi telah dilakukan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi efisiensi produksi. Dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor konvensional dan faktor non konvensional. Faktor non konvensional menggambarkan dampak variabel makroekonomi seperti investasi umum dan variabel agroekologi. Faktor konvensional merupakan variabel pilihan tradisional dalam proses menentukan produksi suatu produsen. Input konvensional termasuk intensitas tenaga kerja, penggunaan pupuk dan penggunaan traktor. Di sisi lain, input non konvensional termasuk kualitas lahan, irigasi, penelitian pertanian, ekspor pertanian dan ketidakstabilan. Terdapat faktor internal dan eksternal sehingga petani tidak dapat mencapai efisiensi tertinggi. Faktor internal yang merupakan kemampuan teknik dan manajerial petani dalam usaha tani meliputi luas dan penguasaan lahan, pendidikan, umur, pendapatan, pengalaman, penguasaan teknologi serta kemampuan petani mengolah informasi untuk meningkatkan produksinya. Faktor eksternal meliputi hal-hal di luar kendali petani seperti bencana alam, iklim, harga, penyakit dan hama tumbuhan dan lainnya Sumaryanto, 2003. Universitas Sumatera Utara Hernanto 1996 menjelaskan bahwa terdapat empat unsur pokok faktor-faktor produksi dalam usahatani, yaitu : 1 Lahan Lahan merupakan faktor yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lain serta distribusi penguasaannya tidak merata di masyarakat. Oleh karena itu, lahan memiliki beberapa sifat, di antaranya adalah : luasnya relatif atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan, dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Lahan usahatani dapat diperoleh dengan cara membeli, menyewa, membuka lahan sendiri, wakaf, menyakap atau pemberian negara. 2 Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan pelaku dalam usahatani yang bertugas menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi. Dalam usahatani, tenaga kerja dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu : tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak, dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia digolongkan menjadi tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani didasari oleh tingkat kemampuannya. Kualitas kerja manusia sangat dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam kegiatan usahatani digunakan satuan ukuran yang umum untuk mengatur tenaga kerja yaitu jumlah jam dan hari kerja total. Ukuran ini menghitung seluruh pencurahan kerja mulai dari persiapan hingga pemanenan dengan menggunakan inventarisasi jam kerja 1 hari = 7 jam kerja lalu dijadikan hari kerja total HK total. Tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja ternak sering digunakan untuk Universitas Sumatera Utara pengolahan tanah dan angkutan. Begitu pula dengan tenaga kerja mekanik sering digunakan untuk pengolahan tanah, penanaman, pengemdalian hama, serta pemanenan. 3 Modal Modal merupakan barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta manajemen menghasilkan produk pertanian. Penggunaan modal berfungsi untuk membantu meningkatkan produktivitas dan menciptakan kekayaan serta pendapatan usahatani. Modal dalam suatu usahatani untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal dapat diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit kredit bank, kerabat, dan lain-lain, warisan, usaha lain, atau kontrak sewa. 4 Manajemen Manajemen usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi dengan sebaik- baiknya sehingga mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Dengan demikian, pengenalan secara utuh faktor yang dimiliki dan faktor yang dikuasai akan sangat menentukan keberhasilan pengelolaan.

2.3 Penelitian Terdahulu