STUDI TERKAITSEBELUMNYA KINERJA Jurnal Bisnis dan Ekonomi.

Aspek Lingkungan dalam Pertumbuhan Kota di Wilayah Aglomerasi Perkotaan Semarang dan DIY Amin Pujiati 3 Kajian tentang pertumbuhan kota sudah banyak dilakukan, baik antar negara maupun antar waktu. Meskipun sudah banyak diteliti namun tetap menarik karena kenyataannya penduduk perkotaan semakin hari semakin bertambah yang tentunya masalah-masalah baru akan muncul sebagai konsekuensi bertambahnya penduduk. Berbicara tentang pertumbuhan kota akan berkaitan dengan banyak aspek seperti ekonomi, sosial, kebijakan, demograi, spasial dan lingkungan. Namun, kajian tentang pertumbuhan kota yang sudah dilakukan tidak melibatkan aspek lingkungan sebagai variabel yang mempengaruhi pertumbuhan kota dalam model empirik secara langsung serta hanya mengkaji pengaruh pertumbuhan kota terhadap kerusakan lingkungan. Fokus tulisan ini adalah bagaimana pengaruh variabel ekonomi, sosial, kebijakan, demograi, spasial dan lingkungan terhadap pertumbuhan kota di wilayah aglomerasi perkotaan Semarang dan DIY ?

2. STUDI TERKAITSEBELUMNYA

Cheshire and Magrini 2009 telah melakukan penelitian sumber-sumber pertumbuhan kota di 121 kota di 12 Negara Eropa. Data yang digunakan adalah data cross section tahun 1971, 1981 dan tahun 1991 dengan alat analisis regresi dan metode OLS. Pertumbuhan kota diukur dengan pertumbuhan GDP per kapita sedangkan variabel penjelas yang digunakan adalah variabel penduduk, kepadatan penduduk, , ukuran pelabuhan, pertanian, pengangguran, pertumbuhan ekonomi, keuntungan integrasi, dummy kota inti core , dummy daerah pinggiran hinterland dan dummy daerah perbatasan peripherality , jumlah mahasiswa dan fasilitas Riset Development = RD . Hasil penelitiannya perbedaan lokal potensi modal manusia dan fasilitas RD mempengaruhi pertumbuhan kota. Administrasi dan pengaturan pemerintah kota yang sistematis mempengaruhi pertumbuhan kota. Integrasi ekonomi mempunyai dampak mempercepat pertumbuhan. Ada perbedaan pertumbuhan antar kategori kota, daerah pinggiran atau hinterland lebih cepat pertumbuhannya. Salenussa 2009 melakukan penelitian pertumbuhan kota di empat kota di Maluku pada periode 1985 – 1995 dengan menggunakan panel data. Pertumbuhan kota dikur dengan indeks primacy yaitu jumlah penduduk perkotaan di satu kota di bagi dengan jumlah total penduduk perkotaan di empat kota terbesar di Maluku.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa populasi, pendapatan per kapita dan industrialisasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan kota. Pendidikan dan pertumbuhan ekonomi daerah lain spillover berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan kota. Sriwinarti 2005 melakukan penelitian di Indonesia pada periode tahun 1970 – 2002 dengan menggunakan pendekatan Error Correction Model ECM Pertumbuhan kota diproksi dengan indeks primacy yaitu rasio penduduk kota terbesar di Indonesia Jakarta dibagi total penduduk perkotaan di Indonesia.Variabel yang digunakan pertumbuhan kota indeks primacyIP, ukuran negarasize of country GDP riil , pembangunan ekonomi GDP Per kapita, kepadatan penduduk jumlah pendudukkm2DENS, industrialisasi rasio penduduk yang bekerja di luar sektor pertanianIND, keterbukaan rasio eksporGDPOPEN. Hasil penelitian menyebutkan bahwa GDP riil sebagai ukuran negara hanya berpengaruh pada jangka panjang dan berkorelasi negatif, demikian juga pembangunan ekonomi berpengaruh positif hanya dalam jangka panjang. Kepadatan penduduk berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan kota baik jangka pendek maupun jangka penjang. Industrialisasi dan keterbukaan berpengaruh positif hanya dalam jangka panjang, sementara dalam jangka pendek industrialisasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kota. Moowaw and Alwosabi 2007 melakukan penelitian tentang hubungan antara urban primacy, gigantism dan perdagangan internasional di 30 negara Asia dan Amerika pada tahun 1975 – 1990 . Dalam studinya urban primacy diukur dengan rasio jumlah penduduk kota terbesar dengan jumlah kota terbesar kedua. Gigantism diartikan kenaikan urban primacy karena kebijakan perdagangan internasional. Alat analisis yang digunakan regresi. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa perdagangan internasional mempunyai pengaruh positif terhadap urban primacy tetapi tidak berpengaruh terhadap gigantism. Urban primacy lebih kuat terjadi di negara yang perekonomiannya lebih terbuka. Moowaw and Shatter 1996 melakukan studi tentang urban percentage, metropolitann concentration, dan urban primacy di 90 negara dunia yang terbagi menjadi 11 region. Alat analisis yang digunakan regresi dengan KINERJA, Volume 16, No.1, Th. 2012: Hal. 1-12 4 metode OLS. Urban percentage diukur dengan sebagai persentase penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan. Metropolitan concentration diukur dengan persentase penduduk perkotaan di wilayah metropolitan wilayah dengan penduduk lebih dari 100.000 orang sedangkan urban primacy diukur dengan persentase penduduk wilayah perkotaan terbesar. Hasil penelitiannya menyebutkan faktor -faktor yang mempengaruhi urban percentage : pembangunan ekonomi, industri, tingkat melek huruf, keterbukaan berpengaruh positif namun pertanian berpengaruh negatif. Faktor yang mempengaruhi metropolitan concentration : Pertanian, keterbukaan berpengaruh negatif sedangkan industri berpengaruh positif. Faktor yang mempengaruhi urban primacy : keterbukaan, populasi, melek huruf berpengaruh negatif. Henderson 2002 melakukan penelitian di 320 negara berkembang di Sub Saharan Afrika, Latin Amerika, Asia tentang hubungan antara primacy dan pembangunan ekonomi. Alat analisis yang digunakan regresi OLS dengan panel data. Variabel penjelas yang digunakan urban primacy, pertanian, GNP per kapita, pengeluaran pemerintah, keterbukaan, kepadatan jalan, saluran telpon dan dummy waktu. Hasil penelitiannya GNP per kapita, pengeluaran pemerintah, keterbukaan, kepadatan jalan, saluran telpon signiikan positif terhadap urban primacy namun pertanian signiikan negatif. Semakin berjalannya waktu tingkat urbanisasi lebih tinggi . Sarungu 1990 melakukan penelitian derajat urbanisasi di Indonesia. Unit analisis yang digunakan provinsi dan alat analisisnya regresi berganda dengan data panel. Variabel penjelas yang digunakan variabel ekonomi pendapatan regional per kapita, kesempatan kerja pertanian, peranan sektor manufaktur provinsi secara nasional, variabel sosial angka literasi, rasio wanita usia subur yang berpendidikan SLTA + dan angka kematian bayi, variabel demograis angka fertilitas total, usia harapan hidup, angka migrasi masuk dan keluar antar provinsi dan variabel situasional wilayah urbanisasi, wilayah kebijakan pembangunan, waktu sebagai variabel dummy. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berpegaruh terhadap urbanisasi adalah pendapatan per kapita yang bersifat positif, kesempatan kerja pertanian yang bersifat negatif, peranan sekor manufaktur provinsi secara nasional yang bersifat negatif dan angka literasi bersifat positif. Variabel – variabel situasional menunjukkan semakin ke Barat wilayah Indonesia, derajat urbanisasi semakin tinggi, dan semakin berjalannya waktu juga menunjukkan derajat urbanisasi semakin tinggi. Khatun 2009 melakukan penelitian di 43 Negara di Asia dan Afrika tentang variabel – variabel yang menyebabkan degradasi lingkungan dengan alat analisis principal component analysis PCA. Variabel yang digunakan adalah GDP per kapita , tingkat fertilitas, konsumsi bahan bakar, persediaan air bersih , sanitasi dan listrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat fertilitas yang tinggi menyebabkan pertumbuhan penduduk tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan tingkat degradasi lingkungan juga tinggi. Zheng et. Al., 2010 melakukan penelitian di 35 kota di Cina periode 1997 – 2006 tentang faktor yang mempengaruhi lingkungan polusi partikel dan SO 2 . Alat analisis yang digunakan regresi panel data. Variabel penjelas yang digunakan adalah penduduk perkotaan, pendapatan per kapita, investasi asing, permintaan tenaga kerja industri dan curah hujan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penduduk perkotaan signiikan positif terhadap lingkungan sedangkan investasi asing dan curah hujan signiikan negatif terhadap lingkungan. Hasil lain pendapatan per kapita dan permintaan tenaga kerja industri terbukti berpengaruh positif terhadap lingkungan. Graves 1976 melakukan penelitian di 48 standard metropolitan statistical areas SMSA untuk menganalisis hubungan antara migrasi dan faktor yang mempengaruhi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel lingkungan adalah variabel penting dalam menjelaskan perbedaan kota. Variabel lingkungan berdampak terhadap migrasi intra SMSA bukan migrasi inter SMSA. Shapiro 2006 melakukan penelitian di 222 metropolitan area di Amerika Serikat tentang hubungan antara pertumbuhan kota yang diukur dengan pertumbuhan tenaga kerja dan kualitas hidup . Variabel kualitas hidup adalah jumlah restoran per kapita, tingkat kejahatan per kapita, angka putus sekolah dan jumlah hari diatas ambang polusi udara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup memainkan peran yang penting bagi pertumbuhan kota. Aspek Lingkungan dalam Pertumbuhan Kota di Wilayah Aglomerasi Perkotaan Semarang dan DIY Amin Pujiati 5

3. METODE PENELITIAN