KINERJA, Volume 16, No.1, Th. 2012: Hal. 45-62
60 bahwa perusahaan retail atau swalayan dapat mempercayai pemasoknya, sehingga walaupun pemasok
melakukan investasi bersama, belum tentu kepercayaan terhadap pemasok meningkat. Investasi khusus dilakukan semata-mata demi kepuasan konsumen akhir, yang dapat berbentuk: perusahaan retail atau swalayan membina
pemasoknya agar mampu menyediakan produk-produk yang memenuhi standar kualitas tertentu, menentukan trend
kebutuhan konsumen sehingga produk-produk pemasok mampu mengikuti perubahan selera konsumen setiap waktu, dan mengkoordinasi sebagian atau seluruh kegiatan pemasok agar pasokan dapat berjalan tepat
waktu serta akurat. Dari hasil analisis tampak bahwa perilaku oportunistik berpengaruh secara negatif terhadap kepercayaan.
Perusahaan retail atau swalayan menyadari bahwa pemasok yang melakukan tindakan oportunistik tidak dapat dijadikan mitra dalam waktu yang lebih lama. Apabila hubungan dipertahankan, maka kerjasama mereka hanya
dapat dilaksanakan dalam lingkup yang terbatas. Dalam konteks hubungan perusahaan retail dengan pemasok, perilaku oportunistik juga dapat dilihat dari sisi perusahaan retail apabila perusahaan ini terus menekan pemasok
untuk memberikan harga terendah. Hal ini menunjukkan ketidakadilan yang diperoleh pemasok karena perusahaan retail lebih mengedepankan kepentingannya sendiri dibandingkankomitmen jangka panjang. Lebih jauh dijelaskan
oleh Batt 2003, perilaku oportunistik yang sering dilakukan salahsatu pihak akan berdampak penarikan diri pihak lain dari hubungan atau putusnya komitmen hubungan yang telah ditentukan sebelumnya. Bahkan, salahsatu
pihak yang merasa dirugikan akan terus menghindar dari hubungan transaksional dengan pihak lain yang dianggap bertindak tidak jujur. Pada hasil akhir penelitiannya, Batt menyarankan perlunya tingkatan kepercayaan minimum
untuk pemasok atau perusahaan retail agar hubungan mereka tetap terjalin. Komunikasi dua arah yang lancar antarpihak dapat meningkatkan kepercayaan diantara mereka, sehingga
seiring dengan berjalannya waktu, kedua belah pihak dapat saling memahami satu sama lain. Anderson dan Weitz 1989 juga mengemukakan bahwa komunikasi mempengaruhi aspek kepercayaan dalam jaringan pemasaran.
Komunikasi yang dilandasi kepercayaan tidak terbatas hanya pada transaksi jual beli, namun juga kerjasama untuk memperoleh keuntungan bersama di masa mendatang. Hal ini juga sesuai dengan proposisi Stern dan El-Ansary
1988 serta Anderson dan Narus 1990 yang menyatakan komunikasi dalam konteks distribusi bermanfaat untuk mengurangi konlik, meningkatkan kepercayaan, dan memperbaiki koordinasi antarpihak. Dengan kata lain,
waktu, upaya, dan berbagai masalah yang muncul dari suatu proses pertukaran informasi dan komunikasi mampu mengikat kedua belah pihak ke arah aliansi bisnis yang lebih mendalam dan berjangka panjang.
5.2. Implikasi Manajerial
Hasil penelitian replikasi ini tidak jauh berbeda dari hasil yang diperoleh Batt 2003, yaitu kepuasan, investasi khusus, perilaku oportunistik dan komunikasi menentukan tingkatan kepercayaan yang muncul dan terjalin antara
swalayan dengan pemasoknya, sedangkan durasi tidak berpengaruh terhadap peningkatan kepercayaan dalam sebuah hubungan bisnis.
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, penulis menyarankan swalayan untuk membangun jaringan informasi dalam rantai pasokan supply chain information system and networks yang memungkinkan pemasok
mengakses serta memperoleh data-data dengan batasan tertentu di perusahaan retail seperti jenis kebutuhan, jumlah, tingkatan kualitas, dan sistem pembayaran pada produk-produk agaar tercipta sistem pemesanan
persediaan yang eisien dan efektif. Bentuk investasi khusus seperti ini dapat memperpanjang siklus hubungan perusahaan retail-pemasok, sekaligus meningkatkan kepercayaan antarmereka lebih tinggi dari waktu ke waktu.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah tidak adanya identiikasi perbedaan antara kepercayaan yang muncul di minimarket atau supermarket. Selain itu, sumber kepercayaan ini sesungguhnya
berasal dari swalayan atau perorangan juga tidak dieksplorasi dalam penelitian ini. Moorman et al. 1993 dan Swan et al. 1985 telah mendeskripsikan berbagai faktor interpersonal yang berpengaruh terhadap kepercayaan.
Selain itu, Morgan dan Hunt 1994 telah menjelaskan cara-cara yang ditempuh seseorang untuk membangun
Determinan Kepercayaan dalam Hubungan Business-To-Business di Pasar Swalayan Modern Tri Hendro Sigit Prakosa
61 kepercayaan terhadap dirinya dalam suatu organisasi. Doney dan Cannon 1997 menyatakan seorang konsumen
dapat mempercayai sebuah perusahaan, para tenaga penjualnya, atau keduanya pada saat melakukan pembelian. Penulis sependapat dengan pernyataan terakhir bahwa sumber kepercayaan berasal dari swalayan atau orang-
orang yang bekerja di swalayan tersebut. Untuk kelanjutan penelitian ini, penulis menyarankan untuk memasukkan lebih banyak variabel independen
yang diduga mempengaruhi kepercayaan, misal: komitmen hubungan, kredibilitas, kemampuan adaptasi, kemampuan untuk bekerjasama, dan lain-lain. Hal ini perlu dilakukan mengingat besaran coeficientof determination
r
2
dari penelitian ini hanya sebesar 41,4, yang bermakna hubungan variabel independen dengan kepercayaan bersifat lemah weakrelationship. Setiap dimensi yang mempengaruhi kepercayaan bersifat saling melengkapi
sehingga munculnya kepercayaan merupakan kontribusi dari banyak faktor independen.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E., Leonard L., and Barton, W., 1987, “Resource Allocation Behavior Conventional Channels.” Journal of Marketing Research
, No. 23, pp. 254-262. Anderson, E., Fornell, C., and Lehmann, D., 1994, “Customer Satisfaction, Market Share, and Proitability:
Findings from Sweden.” Journal of Marketing, Vol. 58, pp. 53-66. Anderson, J., and Narus, J., 1990, “A Model of Distributor’s Perspective of Distributor-Manufacturer Working
Relationships.” Journal of Marketing, Vol. 48, pp. 62-74. Anderson, E., and Weitz, A., 1989, “Determinants of Continuity in Conventional Industrial Channel Dyads.”
Marketing Science , Vol. 8., pp. 310.
Anderson, E., and Weitz, B., 1992, “The Use of Pledges to Build and Sustain Commitment in Distribution Channels.” Journal of Marketing Research, Vol. 29, pp. 18-34.
Bagozzi, R., 1994, Principles of Marketing Research. Cambridge: Blackwell. Batt, P., 2003, “Building Trust Between Growers and Market Agents.” International Journal of Supply Chain
Management , Vol 8 1, pp. 66.
Carmines, E., and Zeller, R., 1979, Reliability and Validity Assessment. Sage: Newbury Park. Doney, P.M., and Cannon, J., 1997, “An Examination of the Nature of Trust in Buyer-Seller Relationships.” Journal
of Marketing , Vol. 61, pp. 35-51.
Dyer, J.H., Cho, D., and Chu, W., 1998, “Strategic Supplier Segmentation: The Next Best Practice in Supply Chain Management.” California Management Review, Vol. 40 2, pp. 57-77.
Dwyer, F, P. Schurr, and S. Oh., 1987, “Developing Buyer-Seller Relationships.” Journal of Marketing, No. 51. Fornell, C., 1992, “ A National Customer Service Barometer: the Swedish Experience.” Journal of Marketing, Vol.
55, pp. 15-21. Fynes, B., Chris Voss, and Seán de Búrca, 2005, “The Impact of Supply Chain Relationship Dynamics on
Manufacturing Performance.” International Journal of Operations Production Management, Vol. 25, pp. 6.
Ganessan, S., 1994, “Determinants of Long-term Orientation in Buyer-Seller Relationships.” Journal of Marketing, Vol. 58, pp. 223-248.
Geykens, I., Steenkamp, J., and Kumar, N., 1998, “Generalizations About Trust in Marketing Channel Relationships Using Meta-Analysis.” International Journal of Research in Marketing, Vol. 15, pp. 245-248.
Geykens, I., Steenkamp, J., and Kumar, N., 1999, “Generalizations About Trust in Marketing Channel Relationships.” International Journal of Research in Marketing, Vol. 15 3, pp. 237.
Gundlach, G., Achrol, R., and Mentzer, J., 1995, “The Structure of Commitment in Exchange.” Journal of Marketing, Vol. 59, pp. 78.
Hair, Joseph F.,R. E. Anderson, R. L. Tathan and W. C. Black, 1998, Multivariate Data Analysis, 5
th
edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. pp. 118.
KINERJA, Volume 16, No.1, Th. 2012: Hal. 45-62
62 Low, B., 1996, “Long-Term Relationships in Industrial Marketing: Reality or Rhetoric?” Industrial Marketing
Management, No. 25, pp 25.
Mackenzie, H., and Hardy, K., 1996, “Manage Your Offering or Manage Your Relationship?” Journal of Business and Industrial Marketing
, Vol. 11, pp. 20-37. Moorman, C., Desphande, R., and Zaltman, G., 1993, “Factors Affecting Trust in Market Research Relationships.”
Journal of Marketing , pp. 91-101.
Morgan, R., and Hunt, S., 1994, “The Commitment-Trust Theory of Relationship Marketing.” Journal of Marketing, July, pp. 29-38.
Murris, TJ., 1981, “Opportunistic Behavior and the Law of Contract.” Minnesota Law Review, hal. 570-590. Oliver. RL., 1980, “A Cognitive Model of the Antecendents and Consequences of Satisfaction Decisions.” Journal
of Marketing Research , Vol. 17, pp. 460-469.
Santoso, S., 2003, SPSS Statistik Multivariat. Elex Media Komputindo, Jakarta. Sekaran, U., 2000, Research Methods for Business. 3rd edition, New York: John Wiley Sons.
Stern, L., and El-Ansary, A., 1988, “Power Measurement in the Distribution Channel.” Journal of Marketing Research,
Vol. 9, pp. 47-52. Swan, J., Trawick, I., and Silva, D., 1985, “How Industrial Salespeople Gain Customer Trust.” IndustrialMarketing
Management , pp. 207-211.
Williamson, O., 1985, The Economic Institutions of Capitalism. New York: The Free Press. Zikmund, G., 2003, Business Research Methods. Thomson South-Western.
Effects of Tri Hita Karana Tradition and Gross Regional Domestic Income on the Economic I Ketut Nama
63
EFFECTS OF TRI HITA KARANA TRADITION AND GROSS REGIONAL DOMESTIC INCOME ON THE ECONOMIC GROWTH OF BADUNG REGENCy,
GIANyAR, AND DENPASAR CITy OF BALI PROvINCE 1985-2010
I Ketut Nama
Lecturer at Faculty of Economic UPN “Veteran” Yogyakarta
Purwiyanta
Lecturer at Faculty of Economic UPN “Veteran” Yogyakarta
Abstract
This study is trying to describe the effect of the Tri Hita Karana tradition as the Balinese’s speciic culture and Gross Regional Domestic Income on the economic growth of Badung Regency, Gianyar and Denpasar City of
Bali Province. Data used in the study were secondary data consisting of data on the Gross Regional Domestic Income of three
regenciesmunicipalities, data on the expense of traditional ceremony and iesta as the variable proxies of the tri hita karana culture, and data of the mid-year population since 1985-2010, and were analyzed using regression
model of panel data. The indings showed that: 1 the tri hita karana variable as a speciic culture of the people of Bali has negative
and signiicant effect on the regional economic growth of the three regenciesmunicipality. The negative effect of this variable was due to any tendencies such as: a that the ceremonies require a huge amount of costs like
ngaben ceremony, teeth cutting, wedding, and other major ceremonies, all of which are carried out in mass; b there tends to be a practical proit sharing of incomes from the tourist objects for the traditional villages
pakraman used for various traditional rites. Consequently, this will decrease the per capita expenditure for the ceremonies and iesta as the proxies of the tri hita karana variable. 2 The per capita Gross Regional Domestic
Product has positive and signiicant effect on the regional economic growth of the three regions. This inding was in accordance with other researches’ indings, which in principally states that there is a positive relationship
between the increase of per capita income and the economic growth of a regioncountry.
Keywords : tri hita karana tradition, per-capita Gross Regional Domestic Product and economic growth.
1. BACKGROUND