Hasil Penelitian yang Relevan

didik oleh pemerintah dilakukan melalui Ujian Nasional UN yang bertujuan untuk mengukur dan menilai ketercapaian standar nasional pendidikan terkait dengan pencapaian standar kompetensi lulusan peserta didik secara nasional. Sebagai salah satu bentuk kegiatan penilaian, UN membutuhkan instrumen sebagai alat pengumpul data. Instrumen yang digunakan dalam UN adalah soal-soal UN yang berupa tes objektif dengan bentuk pilihan ganda. Pemilihan tes jenis ini tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan yang dimilikinya sebagai instrumen penilaian. Pada prinsipnya, penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik ditinjau dari perubahan tingkah lakunya setelah melalui proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun demikian, sebagai salah satu bentuk penilaian hasil belajar, soal-soal yang ditanyakan dalam UN lebih dominan mengukur salah satu ranah, yaitu ranah kognitif. Ranah ini berhubungan dengan keterampilan intelektual atau keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir kognitif yang diperlukan untuk menjawab soal pada suatu ujian dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu keterampilan berpikir tingkat rendah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Kedua tingkat keterampilan berpikir ini penilaiannya dapat dilakukan dengan pengukuran jenjang dimensi proses kognitif yang didasarkan pada Taksonomi Bloom revisi. Dimensi proses kognitif pada Taksonomi Bloom revisi terdiri atas enam kategori yang tersusun secara hierarkis, yaitu: mengingat C1, memahami C2, mengaplikasikan C3, menganalisis C4, mengevaluasi C5, dan mencipta C6. Berdasarkan keenam jenjang dimensi proses kogitif tersebut, keterampilan berpikir tingkat rendah mencakup tiga jenjang dimensi proses kognitif terbawah, sedangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup tiga jenjang dimensi proses kognitif berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian yang relevan, ditinjau dari kompleksitas berpikirnya, proporsi keterampilan berpikir tingkat tinggi dan tingkat rendah pada soal yang ditanyakan dalam ujian bervariasi. Ada ujian yang soal- soalnya dominan menuntut keterampilan berpikir tinggi, namun banyak pula ujian yang soal-soalnya dominan menuntut keterampilan berpikir tingkat rendah. Mengingat peranan tes yang dapat menjadi motivasi dan tantangan untuk perbaikan mutu dan daya saing pendidikan, penulis tertarik untuk mengetahui perbedaan kualitas soal UN Kimia tahun pelajaran 20112012 dan 20122013 ditinjau dari proporsi keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diukurnya. Kerangka berpikir pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.3 Kerangka Berpikir