Hakikat Evaluasi DESKRIPSI TEORITIS

Secara lebih khusus, Hamalik mendeskripsikan tujuan evaluasi hasil belajar untuk: 10 a. memberikan informasi tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar. b. memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar peserta didik lebih lanjut. c. memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik, menentukan kesulitan-kesulitannya dan merekomendasikan kegiatan-kegiatan remedial. d. memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memotivasi peserta didik dalam belajar. e. memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku peserta didik, dengan demikian guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang bermutu. f. memberikan informasi yang tepat untuk membimbing peserta didik dalam memilih sekolah, atau jabatan yang sesuai dengan keahlian, minat dan bakatnya. Berdasarkan beberapa pendapat tentang tujuan evaluasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum kegiatan evaluasi dilakukan untuk menilai seberapa baik suatu program, prosedur, atau metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, memotivasi peserta didik untuk menjalani proses pendidikan dengan sebaik-baiknya, serta memperoleh informasi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam perbaikan dan penyempurnaan program, prosedur, atau metode yang digunakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3. Fungsi Evaluasi Evaluasi pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan. Sudijono menyebutkan bahwa secara umum evaluasi pendidikan memiliki sedikitnya 3 macam fungsi inti, yaitu: mengukur kemajuan, menunjang 10 Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, op. cit., h. 160 penyusunan rencana, dan melakukan perbaikan atau melakukan penyempurnaan kembali. 11 Menurut Hamalik, sebagai bagian penting dari sistem instruksional, evaluasi mendapat tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi-fungsi pokok sebagai berikut: 12 a. Fungsi edukatif Sebagai subsistem dalam sistem pendidikan, evaluasi bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan sistem danatau salah satu subsistem pendidikan. b. Fungsi institusional Evaluasi berfungsi mengumpulkan informasi yang akurat tentang input dan output pembelajaran di samping proses pembelajaran itu sendiri. c. Fungsi diagnostik Evaluasi berfungsi untuk memperoleh informasi tentang kesulitan atau masalah-masalah yang sedang dialami peserta didik dalam proses belajarnya. d. Fungsi administratif Evaluasi berfungsi menyediakan data tentang kemajuan belajar peserta didik, yang selanjutnya berguna untuk memberikan sertifikat tanda kelulusan untuk melanjutkan studi lebih tinggi danatau untuk kenaikan kelas. e. Fungsi kurikuler Evaluasi berfungsi menyediakan data dan informasi yang akurat dan sangat berguna untuk pengembangan kurikulum perencanaan, uji coba di lapangan, pelaksanaan, dan revisi. f. Fungsi manajemen Evaluasi merupakan bagian integral dalam sistem manajemen, sehingga hasil dari kegiatan ini sangat berguna bagi pimpinan untuk membuat keputusan manajemen pada semua jenjang manajemen. 11 Sudijono, op. cit., h. 7 12 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, cet. 4, h. 147 4. Prinsip-prinsip Evaluasi Evaluasi pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengendalikan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Agar evaluasi yang dilakukan dapat memberikan hasil yang baik, maka terdapat sedikitnya tujuh prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam melakukan evaluasi. 13 Sudaryono menjelaskan ketujuh prinsip evaluasi sebagai berikut: 14 a. Prinsip berkesinambungan continuity Kegiatan evaluasi hasil belajar yang baik adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan secara berkelanjutan atau terus menerus. b. Prinsip menyeluruh comprehensive Kegiatan evaluasi hasil belajar yang baik adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan secara utuh dan menyeluruh, yakni meliputi keseluruhan aspek perilaku masing-masing peserta didik, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. c. Prinsip objektivitas objectivity Alat evaluasi yang digunakan tidak dipengaruhi oleh unsur subjektifitas. d. Prinsip validitas validity dan realibilitas realibility Alat evaluasi yang digunakan harus valid dan reliabel. Alat evaluasi yang valid adalah alat evaluasi yang benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan alat evaluasi yang reliabel adalah alat evaluasi yang ketika diberikan kepada peserta didik yang sama dalam waktu yang berlainan akan memberikan hasil yang menunjukkan ketetapan. e. Prinsip penggunaan kriteria Pada kegiatan evaluasi, penggunaan kriteria diperlukan pada saat memasuki pengukuran, baik pengukuran dengan menggunakan standar mutlak penilaian acuan patokan maupun pengukuran dengan standar relatif penilaian acuan norma. 13 Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, ed. 1, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, cet 1, h. 54 14 Ibid., h. 55 f. Prinsip kegunaan Kegiatan evaluasi yang dilakukan sebaiknya bermanfaat bagi peserta didik maupun pelaksana.

B. Hakikat Pengukuran dan Instrumennya

1. Pengertian Pengukuran Dalam Bahasa Inggris, pengukuran dikenal dengan istilah measurement . Gronlund mendefinisikan pengukuran measurement sebagai “the process of obtaining a numerical description of the degree to which an individual possesses a particular characteristic ”. 15 Artinya pengukuran merupakan proses dalam memperoleh gambaran numerik dari tingkat dimana seorang individu memiliki sebuah karakteristik khusus. Adapun Kusaeri dan Suprananto mendefinisikan pengukuran sebagai suatu prosedur membandingkan antara atribut atau dimensi dari sesuatu yang akan diukur dengan alat ukurnya. 16 Berdasarkan pengertian-pengertian pengukuran menurut Gronlund serta Kusaeri dan Suprananto, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah sebuah proses untuk memperoleh gambaran numerik tentang tingkat pencapaian seseorang melalui proses membandingkan apa yang hendak diukur dengan alat ukurnya berdasarkan aturan-aturan tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif. 2. Tes sebagai Instrumen Pengukuran a. Pengertian Tes Sudijono mengartikan tes sebagai alat atau tata cara yang digunakan untuk pengukuran dan penilaian. 17 Tes merupakan alat atau teknik penilaian yang biasa digunakan guru untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam pencapaian suatu kompetensi 15 Norman E. Gronlund, Measurement and Evaluation in Teaching, ed. 7, United States of America: Prentice Hall, Inc, 1995, p. 6 16 Kusaeri dan Suprananto, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, jilid I, ed. 1, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, cet 1, h. 4 17 Sudijono, op. cit., h. 66 tertentu. 18 Dalam Bahasa Inggris, tes dikenal dengan istilah test. Gronlund mendefinisikan tes test sebagai “An instrument or systematic procedure for measuring a sample of behavior by posing a set of questions in a uniform manner ”. 19 Artinya tes merupakan sebuah alat atau cara sistematis untuk mengukur contoh tingkah laku dengan mengajukan seperangkat pertanyaan dalam cara yang sama. Menurut Sudaryono, tes adalah kumpulan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau harus dikerjakan oleh setiap peserta didik guna mengukur tingkat penguasaan setiap peserta didik terkait materi yang disampaikan, terutama dalam hal pengetahuan dan keterampilan. 20 Menurut Sudjana, tes sebagai alat penilaian merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik untuk mendapat jawaban dari mereka secara lisan tes lisan, tulisan tes tulisan, atau perbuatan tes tindakan. 21 Adapun Arifin mendefinisikan tes sebagai teknik atau cara sistematis yang digunakan pada kegiatan pengukuran, yang di dalamnya memuat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dilakukan atau dijawab peserta didik untuk mengukur aspek tingkah laku peserta didik. 22 Berdasarkan beberapa definisi tentang tes, maka dapat disimpulkan bahwa tes merupakan sebuah alat atau prosedur yang disusun secara sistematis untuk digunakan dalam kegiatan pengukuran dan penilaian, terdiri atas seperangkat pertanyaan, pernyataan, atau tugas yang harus dilaksanakan dan dijawab oleh penempuh ujian peserta didik baik secara lisan, tulisan, maupun tindakan untuk mengukur perilaku peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi. 18 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, ed 1, Jakarta: Kencana, 2008, cet 4, h. 187 19 Norman E. Gronlund, Measurement and Evaluation in Teaching, ed. 7, loc. cit. 20 Sudaryono, op. cit., h. 101 21 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 35 22 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 118 b. Fungsi Tes Menurut Sudijono, secara umum tes memiliki dua fungsi, yaitu: 1 sebagai alat untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran selama kurun waktu tertentu; dan 2 sebagai alat untuk mengukur tingkat keberhasilan program pengajaran yang telah ditentukan. 23 Terkait fungsinya sebagai alat untuk mengukur keberhasilan peserta didik, Arikunto menjelaskan bahwa tes dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. 24 Tes diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik sehingga berdasarkan informasi tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat. 25 Tes formatif merupakan tes yang diberikan pada akhir setiap program yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah terbentuk setelah menempuh program tertentu. 26 Adapun tes sumatif merupakan tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok atau sebuah program yang lebih besar, contoh tes sumatif antara lain adalah ulangan umum pada tiap akhir semester. 27 Dilihat dari fungsinya, Ujian Nasional UN dapat dikategorikan ke dalam tes sumatif, karena tes ini diberikan kepada peserta didik yang telah menyelesaikan sekolompok atau sebuah program pendidikan yang dilakukan pada tingkat dasar maupun menengah. Sebagai tes sumatif, kegiatan ini dilaksanakan pada akhir masa studi peserta didik pada masing-masing jenjang. 23 Sudijono, op. cit., h. 67 24 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, ed. 2, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, cet 1, h. 47 25 Ibid., h. 48 26 Ibid., h. 50 27 Ibid., h. 53 c. Karakteristik Tes yang Baik Menurut Sudijono, suatu tes dinyatakan sebagai tes yang baik apabila tes tersebut paling sedikit memiliki empat karakteristik. Keempat karakteristik tes yang baik sebagaimana dikatakan Sudijono, yaitu: 1 valid; 2 reliabel; 3 obyektif; 4 praktis dan ekonomis. 28 Sejalan dengan Sudijono, Arikunto juga memaparkan bahwa karakteristik dari sebuah tes yang baik sebagai alat ukur, yaitu memiliki: 1 validitas, 2 reliabilitas, 3 objektivitas, 4 praktikabilitas, dan 5 ekonomis. 29 Sebagaimana diungkapkan Sudijono dan Arikunto, penjelasan mengenai karakteristik-karakteristik yang perlu dimiliki agar sebuah tes dikatakan baik adalah sebagai berikut: 1 Valid Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, valid adalah menurut cara yang semestinya; berlaku; sahih. 30 Arikunto menjelaskan bahwa sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut mampu secara tepat mengukur apa yang hendak diukur. 31 Tes hasil belajar menurut Sudijono dikatakan valid jika tes tersebut dengan secara tepat, benar, shahih, atau absah telah mampu mengukur dan mengungkap tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran selama kurun waktu tertentu. 32 Dengan demikian, suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut sebagai alat ukur, dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan cara yang semestinya, berlaku, benar, tepat, shahih, atau absah. 28 Sudijono, op. cit., h. 93 29 Arikunto, op. cit., h. 72 30 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia , ed. 2, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, cet. 9, h. 1116 31 Arikunto, op. cit., h. 73 32 Sudijono, loc. cit.