Hakikat Pengukuran dan Instrumennya

c. Karakteristik Tes yang Baik Menurut Sudijono, suatu tes dinyatakan sebagai tes yang baik apabila tes tersebut paling sedikit memiliki empat karakteristik. Keempat karakteristik tes yang baik sebagaimana dikatakan Sudijono, yaitu: 1 valid; 2 reliabel; 3 obyektif; 4 praktis dan ekonomis. 28 Sejalan dengan Sudijono, Arikunto juga memaparkan bahwa karakteristik dari sebuah tes yang baik sebagai alat ukur, yaitu memiliki: 1 validitas, 2 reliabilitas, 3 objektivitas, 4 praktikabilitas, dan 5 ekonomis. 29 Sebagaimana diungkapkan Sudijono dan Arikunto, penjelasan mengenai karakteristik-karakteristik yang perlu dimiliki agar sebuah tes dikatakan baik adalah sebagai berikut: 1 Valid Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, valid adalah menurut cara yang semestinya; berlaku; sahih. 30 Arikunto menjelaskan bahwa sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut mampu secara tepat mengukur apa yang hendak diukur. 31 Tes hasil belajar menurut Sudijono dikatakan valid jika tes tersebut dengan secara tepat, benar, shahih, atau absah telah mampu mengukur dan mengungkap tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran selama kurun waktu tertentu. 32 Dengan demikian, suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut sebagai alat ukur, dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan cara yang semestinya, berlaku, benar, tepat, shahih, atau absah. 28 Sudijono, op. cit., h. 93 29 Arikunto, op. cit., h. 72 30 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia , ed. 2, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, cet. 9, h. 1116 31 Arikunto, op. cit., h. 73 32 Sudijono, loc. cit. 2 Reliabel Suatu tes dikatakan baik jika tes tersebut bersifat dapat dipercaya reliabel. Arikunto menjelaskan bahwa suatu tes dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukkan konsistensi, walaupun pengetesannya dilakukan berulangkali. 33 Tes hasil belajar menurut Sudijono dinyatakan reliabel ketika hasil- hasil pengukuran dari tes tersebut selalu memperlihatkan hasil yang tetap sama atau bersifat ajeg dan stabil, walaupun pengetesannya terhadap subyek yang sama dilakukan secara berulang-ulang. 34 Dengan demikian, sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran skor yang diperoleh dari penggunaan tes tersebut secara berulang-ulang kepada subyek sama adalah sama, ajeg, konsisten, atau bersifat stabil. 3 Objektif Suatu tes dikatakan baik apabila tes tersebut bersifat objektif atau memiliki objektivitas. Arikunto menjelaskan bahwa suatu tes disebut memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaan tes tersebut tidak terdapat faktor subjektif yang mempengaruhi, terutama pada sistem penskorannya. 35 Menurut Sudijono, sebuah tes hasil belajar dikatakan objektif apabila disusun dan dilaksanakan menurut apa adanya, yakni menggunakan materi yang telah diberikan sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan serta terhindar dari unsur subjektivitas penyusun tes, baik dalam hal pengoreksian, pemberian skor maupun penentuan nilainya. 36 Dengan demikian, sebuah tes dikatakan objektif apabila pelaksanaan tes dilakukan tanpa ada unsur pribadi penyusun tes 33 Arikunto, op. cit., h. 74 34 Sudijono, op. cit., h. 95 35 Arikunto, op. cit., h. 75 36 Sudijono, op. cit., h. 96 yang mempengaruhi, terutama dalam hal proses penskoran dan penilaian serta dalam menentukan materi tes yang diberikan. 4 Praktis Tes yang baik adalah tes yang bersifat praktis atau memiliki praktikabilitas. Tes yang praktis menurut Arikunto adalah tes yang mudah pelaksanaannya, mudah pemeriksaannya, serta dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas. 37 Tes hasil belajar menurut Sudijono dikatakan praktis apabila tes tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah, karena tes tersebut bersifat sederhana dan lengkap. Suatu tes dikatakan bersifat sederhana apabila tes tersebut tidak membutuhkan peralatan yang banyak atau yang sulit cara mendapatkannya. Sedangkan suatu tes dikatakan lengkap apabila tes tersebut memiliki petunjuk tentang cara pengerjaan, kunci jawaban, pedoman penskoran serta penentuan nilainya. 38 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tes dikatakan bersifat praktis apabila tes tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah, baik dalam proses pengadaannya, pelaksanaanya, maupun pemeriksaannya. 5 Ekonomis Tes hasil belajar dikatakan bersifat ekonomis apabila tes tersebut tidak menghabiskan waktu yang lama dan tidak membutuhkan tenaga serta biaya yang banyak. 39 d. Prinsip-prinsip Penyusunan Tes Agar sebuah tes berfungsi sebaik mungkin dalam meyediakan informasi tentang sejauh mana peserta didik dan program pembelajaran telah mencapai tujuan yang telah ditentukan, maka pengadaan tes harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip dasar 37 Arikunto, op. cit., h. 77 38 Sudijono, op. cit., h. 97 39 Ibid. penyusunan tes. Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes adalah sebagai berikut: 40 1 Mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan instruksional. 2 Mengukur sampel yang mewakili performance hasil belajar peserta didik dan materi yang telah diajarkan. 3 Meliputi berbagai macam bentuk soal yang benar-benar relevan untuk mengukur hasil belajar peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 4 Dirancang sesuai dengan kegunaannya sebagai alat evaluasi untuk memperoleh hasil yang diinginkan. 5 Dibuat seandal mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik. 6 Digunakan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik dan cara mengajar guru. e. Petunjuk dan Tahapan Pengembangan Tes Pada kegiatan pengukuran dan penilaian pendidikan, tes memiliki peranan yang sangat penting dalam mengumpulkan informasi tentang tingkat perkembangan dan kemajuan peserta didik. Oleh karena itu, agar tes yang diberikan mampu memberikan informasi yang akurat dan tepat guna, maka pembuat tes perlu mengkaji petunjuk- petunjuk dan tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan tes. Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam pengembangan tes pengukur keberhasilan adalah sebagai berikut: 41 1 Item tes diturunkan dari indikator hasil belajar. 2 Item tes harus berorientasi pada hasil belajar. 3 Item tes perlu menjelaskan dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat ditunjukkan. 40 Purwanto, op. cit., h. 23 41 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ed. 1, Jakarta: Kencana, 2011, cet. 4, h, 237 4 Setiap indikator hasil belajar sebaiknya disusun lebih dari satu item tes. Adapun tahapan-tahapan pengembangan tes, secara terurut disebutkan Surapranata sebagai berikut: 42 1 Penentuan tujuan 2 Penyusunan kisi-kisi 3 Penulisan 4 Penelaahan dan perbaikan 5 Uji coba 6 Analisis 7 Perakitan 8 Penyajian 9 Skoring 10 Pelaporan 11 Pemanfaatan f. Tes Standar Standardized Test dan Tes Buatan Guru Teacher Made Test Sebagai alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan pengukuran keberhasilan peserta didik, apabila ditinjau dari cara penyusunannya, tes dibagi menjadi dua jenis, yakni tes standar Standardized Test dan tes buatan guru Teacher-Made Test. Purwanto mendefinisikan tes standar sebagai sebuah tes yang telah melalui proses standardisasi, yakni proses validasi dan keandalan sehingga tes tersebut benar-benar valid dan andal untuk suatu tujuan dan bagi kelompok tertentu. 43 Adapun tes buatan guru menurut Arifin adalah “tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan mempergunakan tes tersebut”. 44 42 Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis: Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, cet. 3, h. 46 43 Purwanto, op. cit., h. 33 44 Arifin, op. cit., h. 119 Perbedaan antara tes standar dengan tes buatan guru dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut. Tabel 2.1 Perbedaan Tes Standar dan Tes Buatan Guru 45 Tes Standar Tes Buatan Guru Didasarkan atas bahan dan tujuan-tujuan umum bagi sekolah-sekolah yang sejenis di seluruh negara atau daerah. Didasarkan atas bahan dan tujuan- tujuan khusus bagi kelas atau sekolah di tempat guru itu mengajar. Menyangkut aspek yang luas dari pengetahuan, keahlian, atau keterampilan, biasanya dengan hanya sejumlah item yang diperlukan untuk mengukur suatu skill atau topik tertentu. Menyangkut topik, keahlian, atau keterampilan khusus dan tertentu, tetapi dapat juga menyangkut bagian-bagian yang lebih luas dari pengetahuan dan keterampilan. Dikembangkan dengan bantuan penulis-penulis profesional, para ahli meriview, dan editor-editor soal tes. Biasanya dikembangkan oleh seorang guru dengan sedikit atau tanpa bantuan dari luar. Menggunakan item-item yang telah diujicobakan, dianalisis, dan direvisi sebelum menjadi bagian dari tes itu. Menggunakan item-item yang jarang atau tidak pernah diujicobakan, dianalisis, atau direvisi sebelum menjadi bagian dari tes tersebut. Memiliki reliabilitas yang tinggi. Memiliki reliabilitas yang rendah atau sedang. Memiliki ukuran-ukuran untuk bermacam-macam kelompok yang secara luas mewakili performance seluruh negara atau daerah. Biasanya terbatas pada suatu kelas atau sekolah sebagai kelompok pemakainya. 45 Purwanto, op. cit., h. 34 UN merupakan jenis tes yang termasuk ke dalam tes standar, alasannya adalah sebagai berikut: 1 Soal UN dikembangkan dan dirakit menurut kisi-kisi soal yang disusun berdasarkan SK dan KD dalam Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang berlaku secara nasional; 2 Soal UN yang berbentuk pilihan ganda memuat banyak materi yang diujikan. Tes ini dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan, terutama dari aspek pengetahuan kognitif; 3 Soal UN dikembangkan dan dirakit berdasarkan kisi-kisi soal yang disusun oleh dosen, guru, dan pakar penilaian pendidikan. 4 Kisi-kisi yang menjadi acuan dalam pengembangan dan perakitan soal UN telah melalui validasi oleh dosen, guru, dan pakar penilaian pendidikan. g. Tes Obyektif Pilihan Ganda multiple choice test; Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, objektif adalah mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi. 46 Menurut Arikunto, tes objektif merupakan tes yang pada proses pemeriksaannya dapat dilaksanakan secara objektif guna mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada tes yang berbentuk esai. 47 Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tes objektif adalah tes yang dalam kegiatan pemeriksaan tesnya tidak dipengaruhi oleh unsur subjektivitas pemeriksa, sehingga skor dari hasil pemeriksaan tesnya menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Ada beberapa bentuk soal jenis tes objektif, yang menurut Sudijono dibedakan menjadi lima golongan, yaitu: 1 tes objektif dengan bentuk soal benar-salah true-false test; 2 tes objektif dengan bentuk soal menjodohkan matching test; 3 tes objektif dengan bentuk soal melengkapi completion test; 4 tes objektif dengan 46 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op. cit., h. 699 47 Arikunto, op. cit., h. 179 bentuk soal isian fill in test; dan 5 tes objektif dengan bentuk soal pilihan ganda multiple choice item test. 48 Tes objektif dengan bentuk soal pilihan ganda digunakan secara luas untuk berbagai macam keperluan, antara lain pada ulangan umum, ulangan kenaikan kelas, ujian sekolah dasar, ujian akhir nasional, survei nasional, survei internasional seperti Trends in Mathematics and Science Study TIMSS dan Programme for International Student Assessment PISA, tes bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh lembaga testing di luar negeri seperti TOEFL, IELTS, TOEIC, dan GRE, serta tes bakat skolastik. 49 Menurut Kusaeri dan Suprananto, soal yang berbentuk pilihan ganda adalah soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa alternatif jawaban yang tersedia. 50 Penjelasan lebih lanjut mengenai soal pilihan ganda disampaikan oleh Noll sebagai berikut: “the multiple choice item usually consists of an incomplete declarative sentence followed by a number of possible responses, one of which is clearly correct or best ”. 51 Artinya soal pilihan ganda terdiri atas sebuah kalimat pernyataan tidak lengkap diikuti oleh sejumlah kemungkinan jawaban, satu dari kemungkinan jawaban tersebut adalah yang paling benar atau yang terbaik. Sudaryono juga mengungkapkan bahwa tes pilihan ganda terdiri atas dua bagian, yakni bagian keterangan stem dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif options. 52 Berdasarkan stem- nya, bentuk soal pilihan ganda dibedakan menjadi dua macam, yaitu: bentuk soal dengan stem yang berupa pertanyaan, dan bentuk soal dengan stem yang berupa pernyataan. 53 Options pada tes pilihan ganda 48 Sudijono, op. cit., h. 107 49 Surapranata, op. cit., h. 131 50 Kusaeri dan Suprananto, op. cit., h. 107 51 Noll, op. cit., h. 150 52 Sudaryono, op. cit., h. 110 53 Surapranata, op. cit., h. 133 terdiri atas satu jawaban benar yang disebut kunci jawaban dan beberapa pengecoh distractor. 54 Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tes obyektif pilihan ganda merupakan salah satu bentuk tes yang terdiri atas bagian keterangan tidak lengkap stem yang diikuti oleh sejumlah kemungkinan jawaban option, dimana satu diantara kemungkinan jawaban tersebut adalah jawaban yang benar kunci jawaban dan yang lainnya adalah pengecoh distractor. h. Penyusunan Soal yang Menuntut Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Salah satu bentuk soal yang sangat luas penggunaannya untuk mengukur keberhasilan peserta didik adalah soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda merupakan soal yang mampu mengukur berbagai macam kemampuan, mulai dari kemampuan yang sederhana sampai dengan kemampuan yang kompleks. Salah satu keunggulan dari soal pilihan ganda adalah mampu mengukur berbagai tingkatan kemampuan kognitif berpikir, yakni mulai dari tingkat ingatan sampai dengan tingkat evaluasi. 55 Dengan demikian, penggunaan bentuk soal pilihan ganda pada kegiatan pengukuran dan penilaian, tidak hanya memungkinkan evaluator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat rendah peserta didik, tetapi juga kemampuan berpikir tingkat tingginya. Memungkinkannya penggunaan bentuk soal pilihan ganda dalam pengukuran kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik juga dikemukakan oleh Kubiszyn dan Borich sebagai berikut: “Multiple-choice items are unique among objective test items because, contrary to popular opinion, they enable you to measure behavior at the higher levels of the taxonomy of educational objectives ”. 56 Artinya 54 Sudaryono, loc. cit. 55 Surapranata, op. cit., h. 178 56 Tom Kubiszyn and Gary Borich, Educational Testing Measurement: Classroom Aplication and Practice , 9 th ed., United State: John Wiley Sons, Inc, 2010, p. 139. soal-soal pilihan ganda adalah unik di antara soal-soal tes objektif lainnya karena, berlawanan dengan pendapat umum, mereka memungkinkan kamu untuk mengukur tingkah laku pada tingkat yang lebih tinggi dari taksonomi tujuan-tujuan pendidikan. Kusaeri dan Suprananto menjelaskan bahwa ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam penyusunan soal yang menuntut keterampilan berpikir lebih tinggi, yaitu: 57 1 Materi tes tidak hanya mencakup aspek keterampilan berpikir yang berupa ingatan, tetapi juga mencakup berbagai aspek keterampilan berpikir lainnya, seperti: pemahaman, penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi. 2 Setiap item soal atau pernyataan perlu diberikan dasar pertanyaan. 3 Pertanyaan yang diberikan harus dapat mengukur keterampilan berpikir kritis. 4 Pertanyaan yang diberikan harus dapat mengukur keterampilan pemecahan masalah.

C. Ujian Nasional

Ujian nasional UN merupakan bentuk penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh pemerintah. Sebagai salah satu bentuk penilaian hasil belajar, pelaksanaan UN bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. 58 Kegiatan ini ditujukan bagi peserta didik pada jenjang pendidikan tingkat dasar dan menengah. 59 Untuk menyelenggarakan kegiatan UN, Menteri Pendidikan Nasional membentuk suatu badan yang bersifat mandiri dan independen yang disebut Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP. 60 Badan inilah yang mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan SKL sebagai pedoman 57 Kusaeri dan Suprananto, op. cit., h. 151 58 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, BAB X. Standar Penilaian Pendidikan, Pasal 66, Ayat 1, h. 34 59 Ibid ., Pasal 63, Ayat 1, h. 32 60 Zaenal Arifin, op. cit., h. 64 penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, baik pendidikan dasar dan menengah, maupun pendidikan nonformal. Hal itu sesuai dengan pasal 27 ayat 2 PP No. 19 Tahun 2005, yaitu “Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan nonformal dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. ” 61 Berdasarkan Pasal 1 Ayat 2 Permendiknas No. 23 Tahun 2006, SKL sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan terdiri atas SKL minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. 62 SKL minimal untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik. 63 Dengan demikian, Kimia, sebagai bagian dari rumpun mata pelajaran IPA yang menjadi salah satu muatan dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki tujuan umum yang sama, yaitu untuk mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik. Sebagai salah satu bentuk kegiatan penilaian, instrumen yang digunakan dalam UN adalah soal-soal UN. Penyusunan soal UN mengacu pada kisi-kisi soal UN yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang telah melalui validasi oleh dosen, guru, dan pakar penilaian pendidikan. Berikut adalah kisi-kisi soal UN Kimia SMAMA Program IPA tahun ajaran 20112012 dan 20122013 yang telah ditetapkan oleh BSNP. 61 Ibid ., Pasal 27, Ayat 2, h. 14 62 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, No. 23 Tahun 2006, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Pasal 1 Ayat 2, h. 341 63 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 23 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006, Standar Kompetensi Lulusan SKL, h. 346 1. Kisi-kisi Soal UN Kimia SMAMA Program IPA Tahun Ajaran 20112012 Tabel 2.2 Kisi-kisi Soal UN Kimia SMAMA Tahun Ajaran 20112012 64 No. Kompetensi Indikator 1. Mendeskripsikan struktur atom, sistim periodik unsur dan ikatan kimia untuk menentukan struktur molekul, sifat-sifat unsur dan senyawa. Menganalisis notasi unsur dan kaitannya dengan struktur atom, konfigurasi elektron, jenis ikatan kimia, rumus molekul, bentuk molekul dan sifat senyawa yang dapat dihasilkannya, serta letak unsur dalam tabel periodik. Menganalisis jenis ikatan kimia atau gaya antar molekul dan sifat-sifatnya. 2. Menerapkan hukum- hukum dasar kimia untuk memecahkan masalah dalam perhitungan kimia. Menyelesaikan perhitungan kimia yang berkaitan dengan hukum dasar kimia. Menganalisis persamaan reaksi kimia anorganik dan organik sederhana. 3. Mendeskripsikan sifat- sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya. Mendeskripsikan daya hantar listrik. Mendeskripsikan konsep pH larutan. Mendeskripsikan titrasi asam basa. Menganalisis sifat larutan penyangga. Mendeskripsikan hidrolisis garam dan Ksp. Mendeskripsikan sifat-sifat koligatif larutan. Mendeskripsikan sistem dan sifat koloid serta penerapannya. 4. Mendeskripsikan senyawa organik, gugus fungsi dan reaksinya, benzena, dan turunannya, dan makromolekul. Mendeskripsikan senyawa karbon termasuk identifikasi, reaksi dan kegunaannya. Mendeskripsikan benzena dan turunannya serta kegunaannya. Mendeskripsikan makromolekul termasuk identifikasi dan kegunaannya. 5. Mendeskripsikan perubahan energi, cara pengukuran dan penerapannya. Menyimpulkan peristiwa eksotermendoterm pada termokimia. Menentukan kalor reaksi. 6. Mendeskripsikan kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, Menentukan laju reaksi. Mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kinetika reaksi dan 64 Badan Standar Nasional Pendidikan, Kisi-Kisi Ujian Nasional Tahun Pelajaran 20112012 , h. 34, http:bsnp-indonesia.orgidwp-contentuploads201112SK-BSNP-tentang- Kisi-kisi1.pdf dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. kesetimbangan kimia. Menentukan KcKp. 7. Mendeskripsikan reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Mendeskripsikan reaksi reduksi- oksidasi. Mendeskripsikan diagram sel. Mengaplikasikan hukum faraday. Mendeskripsikan fenomena korosi. 8. Mendeskripsikan unsur- unsur penting, terdapatnya di alam, pembuatan dan kegunaannya. Mendeskripsikan unsur-unsur penting yang ada di alam termasuk unsur radioaktif. Mendeskripsikan cara memperoleh unsur dan kegunaannya. 2. Kisi-kisi Soal UN Kimia SMAMA Program IPA Tahun Ajaran 20122013 Tabel 2.3 Kisi-kisi Soal UN Kimia SMAMA Tahun Ajaran 20122013 65 No. Kompetensi Indikator 1. Mendeskripsikan struktur atom, sistim periodik unsur dan ikatan kimia untuk mendeskripsikan struktur molekul, sifat- sifat unsur dan senyawa. Menentukan notasi unsur dan kaitannya dengan struktur atom, konfigurasi elektron, jenis ikatan kimia, rumus molekul, bentuk molekul dan sifat senyawa yang dapat dihasilkannya, serta letak unsur dalam tabel periodik. Mendeskripsikan jenis ikatan kimia atau gaya antarmolekul dan sifat-sifatnya. 2. Menerapkan hukum- hukum dasar kimia untuk memecahkan masalah dalam perhitungan kimia. Menyelesaikan perhitungan kimia yang berkaitan dengan hukum dasar kimia. Menjelaskan persamaan suatu reaksi kimia. 3. Mendeskripsikan sifat- sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya. Mendeskripsikan daya hantar listrik. Mendeskripsikan konsep pH larutan. Menjelaskan titrasi asam basa Mendeskripsikan sifat larutan penyangga. Mendeskripsikan hidrolisis garam dan Ksp. Mendeskripsikan sifat-sifat koligatif larutan. 65 Badan Standar Nasional Pendidikan, Kisi-kisi Soal Ujian Nasional SMAMA, h. 33, http:bsnp-indonesia.orgidwp-contentuploads201211Kisi-Kisi-SMP-SMASMK-PLB-tahun-