2. Wawancara. Untuk mendapatkan data yang terkait dengan proses pemberian kredit
dengan jaminan Cessie tagihan Piutang pada PT. Permodalan Nasional Madani Persero, Maka dilakukan wawancara yang terstruktur dengan
para informan dan narasumber yang terkait dengan penelitian ini yakni antara lain bagian legal team PT.Permodalan Nasional Madani Persero
cabang Medan, melakukan wa wancara dengan Notaris yang menjadi rekanan dengan PT. Permodalan Nasional Madani Persero cabang
Medan, juga wawancara dengan pejabat di kantor wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara Khusunya Bagian yang
membidangi Fidusia Medan.
5. Alat Pengumpulan Data.
Penelitian ini menggunakan 2 dua alat pengumpulan data yaitu: 1. Studi dokumen untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan
permasalahan yang akan diajukan, dengan cara mempelajari buku -buku, hasil penelitian dan dokumen -dokumen perundang-undangan yang terkait sebagai
kerangka teoritis pada penelitian di lapangan. 2. Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara yang terstruktur kepada,
informan dan narasumber yang telah di tetapkan terkait dengan resiko hukum atas cessie tagihan piutang sebagai jaminan kredit studi pada PT. Permodalan
Nasional Madani Persero cabang Medan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Wawancara dengan legal team kredit PT. Permodalan Nasional Madani Persero cabang Medan.
b. Wawancara dengan Notaris yang menjadi reka nan PT. Permodalan Nasional Madani Persero cabang Medan.
c. Wawancara dengan pejabat di kantor wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Khususnya bagian yang membidangi Fidusia sebagai
seksi pelayanan hukum pendaftaran fidusia. Wawancara dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui lebih mendalam tentang proses pemberian kredit dengan jaminan Cessie tagihan Piutang, pada PT.
Permodalan Nasional Madani Persero.
6. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Medan, pada Perusahaan Pembiayaan PT. Permodalan Nasional Madani Persero, Cabang Medan.
7. Analisa data
Sumber data pada penelitian ini berupa bahan hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan library reseach, Peraturan perundang-undangan, Buku-buku ,
Jurnal-jurnal hukum, Yurisprudensi, Kamus hukum, Ensclopedia, serta hasil wawancara yang diuraikan dan di hubungkan sedemikian rupa, sehingga disajikan
dalam penulisan yang sistematis. Data primer dan data sekunder yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu hasil analisa data
tanpa menggunakan rumus matematis, dengan menggunakan logika deduktif
Universitas Sumatera Utara
yakni berfikir dari hal yang umum menuju kepada hal yang khusus atau spesifik dengan menggunakan perangkat normatif sehingga dapat memberikan jawaban
yang jelas atas permasalahan.
Universitas Sumatera Utara
37
BAB II KEDUDUKAN HUKUM CESSIE TAGIHAN PIUTANG SEBAGAI OBJEK
JAMINAN KREDITPEMBIAYAAN
A. Tinjauan Umum Perjanjian Kredit.
Pengertian Perjanjian kredit tidak ada diatur secara tegas dalam undang- undang. Baik itu Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang per ubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan maupun dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Para ahli berpendapat bahwa perjanjian kredit sangat mirip dengan perjanjian pinjam meminjam menurut pasal 1754 KUHPerdata yang berbunyi:
” Perjanjian pinjam meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang -
barang yang menghabis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama da ri
macam dan keadaaan yang sama pula”
Sedangkan Sutan Remy S jahdeini berpendapat bahwa ”P erjanjian kredit bukanlah perjanjian rill seperti halnya perjanjian pinjam meminjam. Bahwa
perjanjian kredit memiliki pengertian secara khusus yaitu bahwa perjanjian kredit adalah perjanjian antara bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur
mengenai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
Universitas Sumatera Utara
yang mewajibkan debitur untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tetentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
40
Melihat bunyi pendapat di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa dalam hal perjanjian kredit terdapat persetujuan dengan mana pihak kreditur
menyediakan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu dala m jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan, kepada pihak debitur dengan
syarat bahwa debitur akan mengembalikan hutangnya disertai jasa bunga, imbalan atau pembagian keuntungan.
Hermansyah berpendapat bahwa: ”Perjanjian Kredit adalah perjanjian poko k principal yang bersifat rill. Sebagai
perjanjian principal, maka perjanjian jaminan adalah accesornya. Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan adalah bergantung pada perjanjian pokok, arti rill
ialah bahwa perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan ua ng oleh bank kepada debitur.
41
Dari pendapat yang dikemukakan diatas maka bisa diambil sebuah kesimpulan bahwa definisi perjanjian kredit dapat diartikan sebuah perjanjian
pokok prinsipal yang bersifat formil dan rill, maksudnya perjanjian kredit bersifat formil dan penyerahan uangnya bersifat rill.
Dalam pemberian kredit kepada debitur ada asas -asas yang harus di perhatikan oleh bank yaitu:
1. Character watak
40
Sutan Remy Sjahdenie, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang seimbang bagi para Pihak dalam Perjanjian Kredit . Jakarta, 1993 Institut bankir Indonesia. hal. 14.
41
Hermansyah, Edisi Revisi Hukum Perbankan Nasional Indonesia , Kencana Prenada Media Group. Hal. 71.
Universitas Sumatera Utara
yaitu watak dari pemohon kredit, apakah akan dipercaya, apakah orang tersebut betul-betul mempergunakan kredit seperti apa yang di maksud.
2. Capacity kemampuan yaitu apakah pemberian kredit itu akan membawa manfaat yang
menguntungkan bagi pihak yang meminjam dan apakah ini akan membawa hasil baik bagi usahanya.
3. Capital modal yaitu bahwa pemohon k redit itu mempunyai usaha dan telah tersedia
modal yang menurut perhitungan ekonomi memungkinkan hal itu. 4. Collateral jaminan
yaitu uang yang di pinjamkan kepada debitur betul betul akan di kembalikan dan bila terjadi hal -hal yang negatif terhadap usahany a ada
jaminan yang positif sehingga kreditur tidak merasa dirugikan.
5. Condition of economic kondisi ekonomi yaitu masa depan usaha yang akan di biayai oleh bank dengan kredit
tersebut menunjukan gambaran positif yang akan menguntungkan.
42
Perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan dan pelaksanaan perjanjian kredit tersebut, maka
perjanjian kredit sangat perlu mendapat perhatian yang khusus baik oleh lembaga pembiayaan sebagai kreditur maupun oleh debitur melihat b erkaitan dengan itu
perjanjian kredit mempunyai fungsi: 1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjia n pokok
2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan -batasan hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur.
3. Perjanjian kredit berfungs i sebagai alat untuk melakukan monitoring.
43
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut:
42
Marhainis Abdul Hay, Op.Cit. hal. 153.
43
Hermansyah, Op.cit ,hal. 72.
Universitas Sumatera Utara
a. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang. b. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu linta u ang.
c. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang. b. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.
c. kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. d. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.
44
Di pandang dari sisi lembaga pemb iayaan atau bank sebagai kreditur, fungsi kredit penting bagi kelangsungan usaha lembaga pembiayaanbank karena
sebagai keuntungan diperoleh pendapatan bunga. Perjanjian kredit diatur dalam Kitab undang -undang hukum perdata,
Undang-Undang Nomor 7 tahun 199 2 dan Undang-Undang Perubahan yaitu Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Undang -Undang Perbankan.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak memuat suatu larangan terhadap subjek hukum untuk membuat perjanjian dalam suatu bentuk tertentu
yang mereka inginkan. Asalkan memenuhi syarat sahnya sebuah perjanjian berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata, kecuali perjanjian itu adalah perjanjian
tertentu yang harus dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan karena perjanjian ini berfungsi sebagai alat pembuktian untuk ke depa nnya.
Berdasarkan surat keputusan Direksi Bank Indonesia N omor 277UPPB tanggal 31 Maret 1997 tentang kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan kebijakan
Perkreditan Bank bagi Bank umum yang menyatakan bahwa ”Setiap kredit yang
44
Thomas Suyatno, Dasar-dasar Perkreditan, Jakarta , PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1992. hal 16-17.
Universitas Sumatera Utara
telah di setujui dan di sepakati permohonan kreditnya dituangkan dalam perjanjian kredit akad kredit secara tertulis”.
Dalam praktek perbankan, perjanjian yang dibuat secara tertulis dibedakan menjadi dua bentuk perjanjian, yaitu:
1. Akta dibawah tangan dan, 2. Akta otentik.
45
Dalam hal perjanjian kredit dengan akta dibawah tangan adalah merupakan perjanjian kredit yang dibuat oleh kreditur bank atau lembaga
pembiayaan yang telah disetujui dan ditanda tangani oleh debitur yang selanjutnya dimintakan legalisasi dari perjanjian kredit tersebut ke notaris yang di
tunjuk oleh debitur. Biasanya perjanjian kredit dibawah tangan dibuat untuk plafond kredit yang kecil dan biasanya untuk kredit konsumtif atau perorangan.
Sedangkan perjanjian kredit dengan akta otentik di buat dan ditanda tangani oleh kedua pihak kreditur dan debitur dihadapan notaris yang ditunjuk.
Perjanjian kredit merupakan pengikatan antara kreditur dengan debitur yang menentukan hak dan kewajiban para pihak karena adanya pemberian
fasilitas kredit. Jika debitur menerima semua ke tentuan dalam klausula yang diperjanjikan maka ia akan menandatangani perjanjian kredit tersebut, tetapi
apabila ia menolak maka ia tidak perlu menandatangani perjanjian tersebut, dan berarti tidak terjadi kesepakatan antara kedua pihak.
45
Badriyah Harun, Opcit, hal. 24.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian kreditpembiayaan adalah perjanjian kredit dengan jaminan secured loan. Adanya jaminan ini disyaratkan oleh bank dan lembaga
pembiayaan untuk dikabulkannya permohonan pemberian fasilitas kredit pembiayaan kepada calon debitur.
Bagi lembaga keuangan pemberi kre dit khususnya lembaga pembiayaan, jaminan dalam hubungannya dengan pemberian kredit adalah merupakan salah
satu syarat untuk dapat d i kabulkannya permohonan kredit. Benda Jaminan yang diberikan debitur ini bagi kreditur merupakan sebagai jaminan akan di terimanya
kembali uang yang telah di pinjamkan beserta bunganya sesuai dengan syarat - syarat yang di perjanjikan dalam perjanjian kredit.
Dalam Pasal 2 ayat 1 satu surat keputusan Direksi Bank Indonesia nomor 2369KEPDIR tanggal 28 Februari 1991 tentan g jaminan pemberian
kredit, memberi pengertian bahwa yang dimaksud dengan jaminan dalam hal ini adalah ”Suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit
sesuai dengan yang diperjanjikan”, sedangkan yang dimaksud dengan agunan menurut pasal 1 butir 23 dua puluh tiga U ndang-undang nomor 10 tahun 1998
adalah ”Jaminan tambahan yang diserahkan kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan”.
Thomas Suyatno mengemukakan bahwa, ”Jaminan secara umum dapat diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang
Universitas Sumatera Utara
untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang.
46
Penyerahan kekayaan debitur merupakan bukti kesungguhan debitur untuk mengembalikan dana yang
dipinjamkan oleh kreditur. Thomas Suyatno berpendapat bahwa kegunaan jaminan adalah untuk:
1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan barang -barang jaminan tersebut apabila nasabah
melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
2. Menjamin agar nasabah berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan unutk meninggalkan usaha atau proyeknya
dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya, dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil
terjadinya.
3. Memberi dorongan kepada debitur tertagih untuk memenuhi perjanjian kredit. Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat -syarat
yang telah di setujui agar ia tidak kehilang an kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.
47
Dalam pelaksanaan perjanjian kredit, jaminan kredit juga sebagai motivator kepada debitur supaya menjalankan usahanya secara baik, dan
menggunakan dana kredit sesuai dengan tujuan pengajuan dan pemberian kre dit, memanajemen keuangannya secara hai -hati sehingga mampu untuk memenuhi
prestasinya sampai berakhirnya perjanjian kredit dengan pelunasan sampai pada akhirnya kembalinya hak menguasai terhadap benda yang dijaminkan kepada
kreditur dalam hal ini lembaga pembiayaan. Dari definisi jaminan dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa fungsi
utama dari jaminan adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari kreditur. Dalam
46
Thomas Suyatno,dkk, Op.Cit, hal. 81.
47
Ibid, hal. 81.
Universitas Sumatera Utara
hal ini bahwa seorang calon debitur mempunyai kemampuan untuk memenuhi clausul yang telah disepakati dalam perjanjian kredit yang telah disepakati
bersama oleh para pihak.
B. Jaminan Kebendaan Dalam Perjanjian Kredit.
Perjanjian kredit pada prinsipnya diberikan kepada debitur yang mempunyai kelayakan sebagai penerima fasilitas kredit. Dibutuhkan keperc ayaan
dari kreditur kepada calon debitur bahwa debitur akan menjalankan komitmen yang konsisten sesuai dengan klausula yang diperjanjikan, juga dalam hal menilai
seorang debitur layak atau tidak untuk diberikan fasilitas kredit harus dilihat bahwa calon debitur mempunyai kelayakan usaha yang memiliki sumber
pengembalian yang pasti dan mencakupi. Disamping kepercayaan dan kelayakan dari seorang debitur untuk lebih
menjamin kepentingan kreditur dalam hal pengembalian hutang maka dibutuhkan jaminan tambahan berupa segala hak atas kebendaan yang dapat dimiliki oleh
perorangan maupun institusi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Jaminan diberikan kepada kreditur adalah semata -mata untuk
menumbuhkan keyakinan bahwa seorang debitur akan memenuhi kewajiban atas pemenuhan prestasinya yaitu melunasi kreditnya sesuai yang dituangkan dalam
akta perjanjian kredit.
Universitas Sumatera Utara
Dasar penilaian jaminan atas benda yang menjadi objek jaminan pada perjanjian pembiayaan kredit adalah :
48
1. Persediaan barang dagangan sebagai objek ja minan meliputi nilai kondisi barang dagangan, bahan baku, setengah jadi.
2. Piutang dagang sebagai objek jaminan yang meliputi nilai tagihan. 3. Surat-surat berharga sebagai objek jaminan meliputi keabsahan yuridis.
4. Tanah sebagai objek jaminan dilihat peruntukan nya dan lokasi yang ada. 5. Bangunan sebagai objek jaminan dengan memperlihatkan IMB, lokasi
konstruksi, kondisi dan tahun pendirian. 6. Kendaraan bermotor sebagai objek jaminan dengan melihat tahun
pembuatannya, kondisi fisik, jenis, dan merek. 7. Mesin-mesin sebagai objek jaminan dengan melihat umur ekonomis semakin
lama umurnya semakin menurun nilai agunannya. Shanty Dewi, Legal Team PT. Permodalan Nasional Madani Persero
mengatakan bahwa perjanjian jaminan adalah bersifat accesoir yaitu perjanjian tambahan, yang mana ada atau hapusnya perjanjian jaminan tergantung dengan
perjanjian pokoknya. Jika perjanjian pokoknya batal maka perjanjian
tambahannya juga batal, jika perjanjian pokok berakhir maka perjanjian tambahan juga berakhir dan jika perjanjian pokok be ralih karena cessie maka perjanjian
tambahan akan beralih tanpa penyerahan khusus.
49
Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani berpendapat bahwa ”Menurut sifatnya, ada jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang
diberikan bagi kepentingan semua kreditur dan menyan gkut semua harta debitur, sebagaimana yang diatur dalam pasal 1331 KUHPerdata. Dan jaminan yang
bersifat khusus yang merupakan jaminan dalam bentuk penunjukan atau penyerahan barang tertentu secara khusus sebagai jaminan atas pelunasan
48
Hasil wawancara Shanty Dewi Legal team Pada PT. Permodalan Nasional Madani Persero Cabang Medan, Pada hari Selasa Tanggal 12 Juli 2011.
49
Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal Team PT. Permodalan Nasional Madani Persero cabang Medan. Pada hari Selasa tanggal 12 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara
kewajiban hutang debitur kepada kreditur tertentu, yang hanya berlaku untuk kreditur tertentu tersebut, baik secara kebendaan maupun perorangan. Timbulnya
jaminan khusus ini karena adanya perjanjian yang khusus diadakan antara debitur dan kreditur yang dapat berupa :
a. Jaminan yang bersifat kebendaan yaitu adanya benda tertentu yang
dijadikan jaminan zakelijk b. Jaminan perorangan personlijk yaitu adanya orang tertentu yang
sanggup membayar atau memenuhi prestasi jika debitur cedera janji. Jaminan perorangan ini tunduk kepada hukum perjanjian yang diatur dalam buku II
Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
50
Pasal 499 KUHPerdata memberi pengertian tentang benda yang berbunyi: ”Menurut paham undang -undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap -
tiap barang dan tiap-tiap hak yang dikuasai hak milik.” Menurut H. Riduan Syahrani, pengertian benda zaak secara yuridis
adalah segala sesuatu yang dapat dihaki atau yang dapat menjadi obyek hak milik.
51
Jadi pengertian kebendaan menurut paham undang -undang dalam ketentuan pasal 499 KUH Perdata adalah setiap benda atau barang yang menjadi
objek hak milik dan dikuasai dengan hak milik. Penguasaan atas benda atau barang itu mutlak harus ada karena layaknya sebuah benda atau barang harus
dalam penguasaan orang atau badan hukum. Benda atau ba rang yang belum dikuasai oleh hak milik bukanlah benda yang dimaksud pasal ini.
50
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. hal. 81.
51
H.Riduan Syahrani. Seluk Beluk dan Asas -Asas Hukum Perdata , Bandung, PT.Alumni Bandung, 2004. hal. 104.
Universitas Sumatera Utara
Menurut sistem hukum perdata Indonesia benda dapat digolongkan menjadi dua yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak, maka dengan adanya
pembedaan antara benda bergerak de ngan benda tiak bergerak terjadi pembedaan dalam hal pembebanan terhadap jaminan kebendaan.
Pembedaan benda bergerak dan benda tidak bergerak dalam perjanjian pengikatan jaminan menimbulkan pengikatan jaminan yang berbeda pula.
Sehingga pihak kreditur yang dalam hal ini diwakili oleh seorang analis kredit harus mengetahui macam -macam benda dan bentuk pengikatan benda tersebut.
Mengenai Jaminan kebendaan dalam praktek dilakukan suatu pemisahan bagian kekayaan calon debitur pemberi jaminan, yaitu melepaskan sebagian
kekuasaan atas sebagian atau secara keseluruhan diperuntukan guna memenuhi kewajiban debitur apabila kelak diperlukan. Kekayaan yang dimaksud adalah
berupa kekayaan debitur itu sendiri, ataupun kekayaan pihak ketiga. R. Soebekti memberi pendapa
t bahwa: ”Pemberian jaminan kebendaan kepada si kreditur, memberikan suatu keistimewaan baginya terhadap kreditur
lainnya.
52
Hak jaminan kebendaan adalah hak yang memberikan kepada seorang kreditur kedudukan yang lebih baik karena :
1. Kreditur didahulukan dan dimudahkan dalam mengambil pelunasan atas tagihannya dari hasil penjualan benda teretntu milik debitur.
52
R.Soebekti, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Cetakan Ketiga, Bandung, Alumni.1996. hal. 29.
Universitas Sumatera Utara
2. Ada benda tertentu yang dipegang oleh kreditur yang terikat hak kepada kreditur, yang berharga bagi debitur yang dapat memberi tekanan psikologi
terhadap debitur untuk melunasi kewajibannya dengan baik terhadap kreditur.
53
a. Jaminan Kebendaan Barang Bergerak.
Pembebanan kebendaan barang bergerak yaitu antara lain dapat dijatuhkan kepada jaminan fidusia dan gadai.
Undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia dalam pasal 1 butir 2 menjelaskan bahwa: jaminan fidusia adalah hak jaminan atas
benda bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
sebagaimana yang dimaksud dalam undang -undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai
agunan bagi pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.
Munir fuady berpendapat bahwa ketentuan tentang objek jaminan fidusia terdapat antara lain dalam pasal 1 butir 4, Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 20 undang -
undang jaminan fidusia nomor 42 tahun 1999, benda -benda tersebut adalah sebagai berikut:
a. Benda tersebut harus dimiliki dan dialihkan secara hukum. b. Dapat atas benda berwujud.
c. Dapat juga atas benda tidak berwujud, termasuk piutang. d. Benda bergerak.
53
J.Satrio, Hukum Jaminan Hak Jamin an Kebendaan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal. 73.
Universitas Sumatera Utara
e. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan. f.
Benda tidak bergerak yang tidak dapa t diikat dengan hipotik. g. Baik atas benda yang sudah ada maupun terhadap benda yang akan ada
dikemudian. Dalam hal benda yang akan diperoleh kemudia, tidak diperlukan suatu akta pembedaan fidusia tersendiri.
h. Dapat atas satu satuan jenis benda. i.
Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda. j.
Termasuk hasil dari benda yang telah menjadi objek fidusia. k. Termasuk juga hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi objek jaminan
fidusia. l.
Benda persedian inventory, stock perdagangan dapat juga menjadi obje k jaminan fidusia.
54
Dalam hal cessie tagihan piutang merupakan benda bergerak tidak berwujud yang termasuk kedalam benda objek jaminan fidusia menurut undang -
undang ini. Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia nomor 42 tahun 1999
mengatur ruang lingkup berlakunya undang-undang jaminan fidusia yaitu berlaku terhadap setiap perjanjian yang bertujuan untuk membebani benda dengan
jaminan fidusia. Yang dipertegas dengan rumusan yang dimuat dalam pasal 3 Undang-undang jaminan fidusia, undang -undang nomor 42 tahun 1999 bahwa
undang-undang fidusia ini tidak berlaku terhadap: a. Hak tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang
peraturan perundang-undangan yang berlaku menentuka jaminan atas benda-benda tersebut wajib didaftar. Namun demikian b angunan diatas
hak milik orang lain yang tidak dapat dibebani hak tanggungan berdasarkan Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan dapat dijadikan objek jaminan fidusia.
b. Hipotik atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 M3 dua puluh meter kubik atau lebih.
54
Munir Fuady, Jaminan Fidusia cetakan kedua revisi . PT.Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 48.
Universitas Sumatera Utara
c. Hipotik atas pesawat terbang. d. Gadai.
Terhadap objek jaminan fidusia yang berupa kendaraan -kendaraan, mesin-mesin dan alat-alat berat, debitur pemberi fidusia berhak menguasai
objek jaminan fidusia, tetapi dilarangtidak d iperkenankan untuk menjual, menyewakan atau mengalihkan haknya. Sedangkan untuk objek jaminan fidusia
berupa persediaan barang dagangan inventory, pemberi fidusia dalam kapasitas sebagai kuasa dari kreditur penerima fidusia berhak dan diperkenankan me nukar
atau menjual atau mengalihakan objek jaminan kepada pihak lain dan debitur pemberi fidusia berkewajiban mengganti dari objek yang digunakan sesuai
jumlah yang di jual atau dialihkan dengan objek fidusia lainnya sesuai jumlah yang diperjanjikan yaitu dengan nilai nominal yang sama.
Selain penyerahan jaminan dengan fidusia terdapat juga penyerahan jaminan dengan Gadai. Kitab Undang -Undang Perdata Pasal 1150 menerangkan
yang dimaksud dengan gadai adalah: ” Suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang at as suatuu barang
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berhutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada
siberpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari orang-orang berpiutang lainnya; dengan pengecualian
biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya -biaya
mana harus dikeluarkan”
Sedangkan yang menjadi objek gadai antara lain adalah barang bergerak bertubuh dan tak bertubuh yaitu diantaranya saham, deposito, emas dan benda
berharga lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tahapan pembebanan jaminan dengan gadai antara lain: a. Adanya penandatangan perjanjian pemberian dan penerimaan gadai.
b. Penyerahan objek gadai dari pemberi ke penerima hak gadai. Dalam gadai terjadi penyerahan kekuasaan atas barang yang dijadikan
objek gadai dari pemberi gadai kepada penerima gadai. Dana pembebanan jaminan gadai hapus bila objek gadai berpindah kepada pemberi gadai.
Pada jaminan gadai pemberi gadai memberikan hak preferent kepada penerima gadai dalam hal ini kreditur, dimana kreditur penerima gadai
mempunyai hak yang didahulukan preferent terhadap kreditur lainnya artinya bila debitur dinilai cedera janji atau lalai maka kreditur penerima
gadai mempunyai hak untuk menjual jaminan gadai tersebut dan hasil penjualan
digunakan terutama unutk melunasi hutang debitur. Apabila terdapat kreditur lain ysng juga memiliki tagihan kepada debitur tersebut, kreditur yang ada setelah
kreditur pertama tidak akan mendapat pelunasan sebelum kreditur yang pertama mendapat pelunasan.
b. Jaminan Kebendaan Barang Tak Bergerak.
Pembebanan benda tak bergerak sebagai jamina n kredit dalam hal hak atas tanah dan bangunan yang terdapat diatasnya dibebankan hak tanggungan , hal
ini dijelaskan dalam undang -undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan Pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa:
”Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan atas tanah berikut atau tidak berikut benda yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu,
Universitas Sumatera Utara
untuk pelunasan suatu utang teretntu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur lainnya.”
Dalam pasal 4 ayat 1 dan 2 disebutkan yang menjadi objek hak tanggugan adalah: hak atas tanah hak milik, hak guna u saha, hak guna bangunan dan hak
pakai atas tanah negara. Untuk tanah yang telah bersertifikat Pemberian hak tanggungan dilakukan
dengan akta pemberian hak tanggungan oleh pejabat pembuat akta tanah PPAT dan akta pemberian hak tanggungan tersebut wajib di daftarkan pada kantor
pertanahan di kabupaten kota wilayah objek hak tanggungan berada. Dengan adanya pendaftaran tersebut akan melahirkan sertifikat hak tanggungan. Dimana
didalam sertifikat hak akan dijelaskan bahwa tanah tersebut dibebankan hak tanggungan.
Hak tanggungan memberikan hak preferent bagi kreditur pemegang hak , dan hak tanggungan mengikuti objek nya di tangan siapapun objek hak
tanggungan itu berada droit de suite. Hak tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial, halmana ketika
debitur pemberi hak cidera janjiwanprestasi maka penerima hak tanggungan kreditur berhak melakukan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek hak
tanggungan. Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan
menjelaskan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
”Apabila debitur cidera janji, pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekusaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.”
Ketika kreditur atas debitur pemberi hak tan ggungan lebih dari satu, maka kreditur pertama penerima hak tanggungan mempunyai hak untuk menjual
objek hak tanggungan. Ini merupakan perwujudan dari kedudukan yang diutamakan yang dimiliki pemegang hak tanggungan yang pertama kali.
Pasal 14 ayat 1, 2, dan 3 undangundang hak tanggungan, Undang -Undang Nomor 4 Tahun 1996 menegaskan bahwa: Sertifikat hak tanggungan memuat
irah-irah dengan kata-kata ”Demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa”
Hal ini menyebabkan sertifikat hak tanggungan mempuny ai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse acte hypotik sepanjang mengenai hak atas tanah.
Dengan adanya irah-irah ini, maka kreditur sebagai pemegang hak tanggungan dapat melakukan penjualan benda jaminan secara langsung dengan
bantuan kantor lelang negara tanpa persetujuan pemilik benda jaminan dan tidak perlu meminta fiat eksekusi dari pengadilan. Hanya pemegang hak tanggungan
pertama yang mempunyai hak para te eksekusi ketika terdapat lebih dari satu pemegang hak tanggungan.
Universitas Sumatera Utara
Sifat hak tanggungan yang memberikan kemudahan dan pasti dalam pelaksanaan eksekusi adalah bersifat kuat dari hak tanggungang sebagai lembaga
jaminan yang disukai Undang-undang Perbankan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, tidak
menyebutkan dengan tegas tentang adanya kewajiban dan keharusan tentang tersedianya jaminan kredit yang di mohonkan oleh seorang calon debitur. Akan
tetapi dalam Pasal 8 delapan ayat 1 satu undang -undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan menyiratkan adanya suatu jaminan yaitu di dalam kalimat
”Keyakinan berdasarkan analisa yang mendalam atas itikad dan kemampuan s erta kesanggupan nasabah debitur ” disini juga terlihat apa yang di sebut collateral
jaminan atau agunan yang harus disediakan debitur. Dalam pasal 8 delapan undang -undang nomor 10 tahun 1998 ini juga
disebutkan bahwa kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga pada pelaksanaan perkreditan bank harus memperhatikan asas -asas perkreditan
yang sehat. Maka untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian suatu kredit dalam arti keyakinan atau kemampuan dan kesanggupan dari debitur untuk
melunasi hutangnya sesuai dengan yang di perjanjikan merupakan faktor penting yang di perhatikan oleh bank.
Dalam hal pembebanan hipotik yaitu dibebankan terhadap kapal laut dan pesawat terbang. Pembebanan kapal laut sebagai objek jaminan kredit diatur
dalam pasal 314 KUHDagang yang berbunyi:
Universitas Sumatera Utara
1. Atas kapal-kapal Indonesia yang berukuran paling sedikit 20 m3 isi kotor dapat didaftar dalam register kapal menurut ketentuan -ketentuan
yang di tetapkan dalam suatu ordonansi tersendiri. 2. Atas kapal-kapal yang didaftar dalam register kapal -kapal dalam
pembangunan dan kapal dalam andil -andil seperti itu dapat dibeba ni dengan hipotik.
Dari bunyi pasal diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa bahwa syarat - syarat pembebanan hipotik atas kapal laut adalah :
a. Kapal tersebut adalah kapal laut I ndonesia dan tidak berlaku untuk kapal asing.
b. Berukuran paling sedikit 20 m3 isi kotor. c. Telah terdaftar dalam register kapal Indonesia di syahbandar tempat kapal
tersebut pertama kali bersandar. Kapal laut yang dimaksud dalam pasal ini dianggap sebagai benda tetap
tidak bergerak apabila kapal telah terdaftar. Apabila kapal terse but belum terdaftar dalam register pendaftaran kapal Indonesia maka kapal laut tersebut
dapat dibebankan dengan jaminan fidusia. Sedangkan dalam hal pesawat terbang sebagai jaminan dapat dibebankan dengan hipotik.
C. CESSIE SEBAGAI JAMINAN KEBENDAAN DALAM PERJANJIAN
KREDITPEMBIAYAAN 1. Pengertian Umum Cessie
KUHPerdata tidak mengenal istilah Cessie, tetapi di dalam pasal 613 KUHPerdata disebutkan bahwa:
1. Penyerahan akan piutang -piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan memb uat sebuah
akta otentik atau dibawah tangan, dengan mana dengan mana
Universitas Sumatera Utara
hal-hak atas kebendaan tersebut dilimpahkan kepada orang lain.
2. Penyerahan yang demikian bagi siberutang tiada akibat, melainkan setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya,
atau secara tertulis disetujui dan diakui. 3. Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakukan
dengan menyerahkan surat itu; penyerahan tiap -tiap piutang karena surat-surat tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat
disertai dengan endosmen.
Dari pasal 613 ayat 1 satu KUHPerdata diatas dapat dilihat dua hal bahwa disana disebutkan dua jenis penyerahan tagihan yaitu tagihan atas nama
dan penyerahan tagihan atas nama yang bukan berupa tagihan atas nama. Rachmad setiawan dan J satrio berpendapat bahwa :
”Cessie merupakan istilah yang diciptakan oleh doktrin, untuk menunjukan kepada tindakan penyerahan tagihan atas nama, sebagai mana yang diatur oleh
pasal 613 KUHPerdata penyerahannya dilakukan dengan membuat akta penyerahan tagihan piutang atas nama yang disebut akt a cessie.
Namun karena pasal 613 sekaligus mengatur tentang penyerahan tagihan atas nama dan benda-benda tak bertubuh lainnya, maka orang sedikit tidak jeli
untuk membedakan benda tak bertubuh lainnya. Penyerahan benda tak bertubuh lainnya memang sama den gan penyerahan tagihan atas nama, dilakukan dengan
membuat akta, tetapi dalam doktrin tidak disebutkan sebagai akta cessie. Ini perlu dibedakan sebab kalau tidak dibedakan, maka kita bisa lagi mengatakan, bahwa
cessie selesai dalam arti objek
cessie telah beralih kedalam pemilikan cessionaries dengan ditanda tanganinya akta cessie, sebab penyerahan saham
sebagai benda tak bertubuh melalui akta penyerahan, dengan ditandatangan akta penyerahan saham, belum meng alihkan hak milik atas saham yang bersangkuta n
kepada pembelinya, karena untu k itu masih diperlukan balik nama dalam daftar saham.”
55
Dari pendapat diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa istilah cessie yang diciptakan doktrin diperuntukan untuk tindakan penyerahan tagihan atas
nama.
55
Rachmad Setiawan, Op.Cit, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pasal 613 diatur dua hal pokok, yaitu penyerahan tagihan atas nama dan penyerahan benda tak bertubuh lainnya. Adapun yang dimaksud dengan
benda tak bertubuh lainnya adalah benda tak bertubuh yang bukan berupa tagihan atas nama dan bahkan yang bukan berupa tagihan. Sebab penyerahan tagihan atas
tunjuk aan toonder dan tagihan kepada order me mpunyai cara penyerahan sendiri, sebagimana diatur dalam pasal 613 ayat 3 KUHPerdata.
Wirjono Prodjodikoro dalam Rachmadi Usman berpendapat bahwa : ”Untuk jelasnya, ada baiknya kita sepakati dulu istilah tagihan atas nama. Tagihan
tertentu disebut tagihan atas nama, berdasarkan ciri, krediturnya tertentu dan diketahui dengan baik oleh debitur”. Sedangkan J.Satrio dalam Rachmadi Usman
berpendapat : tagihan Order adalah tagihan -tagihan yang menunjuk orang tertentu kepada siapa tagihan harus dilunasi, tetapi disertai dengan hak untuk
memindahkan kepada orang lain melalui endosmen. Sedangkan tagihan-tagihan yang krediturnya sengaja dibuat, demi untuk memudahkan pengalihannya tidak
tertentu. Untuk mudahnya orang menyebut tagihan atas nama sebagai semua tagihan yang bukan tagihan kepada order dan juga bukan tagihan atas tunjuk atau
aan toonder”. Perlu di ingat, bahwa benda tak bertubuh diluar tagihan atas nama, seperti yang disebutkan dalam pasal 613 KUHPerdata, tentunya bukan berupa
tagihan. Contohnya adalah saham perseroan.
56
Rachmad Setiawan berpendapat bahwa pada dasarnya cessie bukanlah merupakan lembaga jaminan seperti halnya hipotikcreditverband, gadai atau
fidusia. Namun dalam praktek pemberian kredit perbankan selama ini, cessie banyak dipergunakan untuk menjanjikan pengalihan suatu piutangtagihan yang
dijadikan jaminan suatu kredit.
57
Setelah di undangkannya Undang -Undang Nomor 42 tahun 1999, tentang jaminan fidusia cessie tagihan piutang sebagai benda jaminan masuk kedalam
ranah fidusia. Hal ini terdapat dalam ketentuan pasal 1 angka 2 Undang -Undang
56
Ibid.
57
Ibid, hal 50.
Universitas Sumatera Utara
Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia memberi definisi tentang jaminan fidusia yaitu :
“Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya
bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak
tanggungan yang tetap berada dalam pe nguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lain”.
Dari bunyi pasal diatas sangat jelas tersurat bahwa sebagai benda bergerak tidak berwujud, tagihan piutang cessie adalah merupakan benda objek
jaminan yang diikat dengan jaminan fidusia. Dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 ini juga di
sebutkan bahwa: ”Undang-Undang ini Tidak berlaku terhadap:
1. Hak tanggungan yang berkaitan dengan tan ah dan bangunan, sepanjang peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas
benda-benda tersebut wajib didaftar; 2. Hipotek kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 dua puluh
M3 atau lebih; 3. Hipotek atas pesawat terbang dan;
4. Gadai”.
Cessie tagihan piutang tidak disebutkan dalam pengecualiaan yang tidak berlaku terhadap Undang -Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Dapat disimpulkan bahwa cessie tagihan piutang sebagai jaminan masuk kedalam jaminan yang bisa dibeb ankan jaminan fidusia.
Universitas Sumatera Utara
2. Kedudukan Hukum Cessie a. Cessie Sebagai Objek Jaminan.
Herlien Budiono mengutip H.L.E. Verhagen dan M.H.E.Rongen menuliskan cessie adalah Suatu pengoperan hak tagih. Didalam KUHPerdata
untuk cessie digunakan istilah ”penyerah an atas nama ” dan mempunyai sifat
yang dualistis. Cessie diatur dalam buku kedua didalam bagian yang mengatur tentang kebendaan dari penyerahan pada benda bergerak karena perolehan hak
milik, cessie dari sudut pandang berbeda, hukum perikatan di kategori kan sebagai suatu lembaga dan sarana hukum melalui mana terjadi penggantian kreditor, sama
hal nya seperti dalam subrogasi dan novasi subjek aktif.
58
Cessie sebagai jaminan kredit, berdasarkan ketentuan pasal 613 KUHPerdata dilakukan dengan dibuat dan dit andatangani akta cessie, baik berupa
akta notaril maupun akta bawah tangan. Rachmad Setiwan dan J.Satrio menjelaskan bahwa:
”Pembicaraan tentang cessie adalah pembicaraan atas pasal 613
KUHPerdata, sekalipun dalam pasal tersebut tidak di gunakan istilah cessie, untuk lebih jelasnya, kembali di kutip pasal 613 ayat 1
KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikut: ”Penyerahan akan piutang -piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh
lainya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta autentik atau di bawah tangan, dengan mana ha-hak atas kebendaan itudilimpahkan
kepada orang lain”. Di dalam pasal tersebut diatur dua pokok, yaitu penyerahan ”Tagihan atas
nama” dan ”penyerahan benda tak bertubuh lainnya”. Adapun yang dimaksud dengan benda tak bertubuh lainnya adalah b enda tak bertubuh
yang bukan berupa tagihan atas nama dan yang bukan berupa tagihan. Sebab penyerahan tagihan atas tunjuk aan toonder dan tagihan kepada
order mempunyai cara sendiri, sebagaimana diatur dalam pasal 613 ayat 3 KUHPerdata”
Rachmad setiawan mengutip Wiryono prodjodikoro menuliskan bahwa Untuk lebih jelasnya, ada baiknya disepakati dulu arti istilah tagihan atas
nama tagihan tertentu berdasarkan ciri, krediturnya tertentu dan diketahui dengan baik oleh debitur.
58
Herlien Budiono, Op. Cit, hal. 185.
Universitas Sumatera Utara
Rachmad Setiawan mengutip J.Sa trio menuliskan tagihan kepada order adalah tagihan kepada orang -orang tertentu kepada siapa tagihan harus di
lunasi, tetapi disertai dengan hak untuk memindahkannya kepada orang lain melalui endosmen.
Rachmad Setiwan Mengutip Hartono Soerjopraktiknjo menu liskan bahwa tagihan atas tunjuk aan toonder adalah tagihan -tagihanyang krediturnya
sengaja dibuat demi untuk memudahkan pengalihannya tidak tertentu. Untuk mudahnya orang menyebut tagihan atas nama sebagai semua
tagihan yang bukan tagihan kepada order dan juga bukan tagihan atas tunjuk atau aan toonder.”
59
Herlien Budiono menyatakan bahwa: ”Seseorang yang mempunyai hak tuntut akan piutang atas nama atau hak
kebendaan tak bertubuh lainya kreditor dapat mengalihkan hak piutang atas nama tersebut kepada pihak ketiga yang karena peralihan atau penyerahan tersebut,
menggantikan kedudukan kreditur.”
60
Adapun yang dimaksud dalam kebendaan tak bertubuh terdapat dalam pasal 511 KUHPerdata yang berbunyi:
1. Hak pakai hasil dan hak pakai atas kebendaan bergerak; 2. Hak atas bunga-bunga yang diperjanjikan, baik bunga yang
diabadikan, amupun bunga cagak hidup; 3. Perikatan-perikatan dan tuntutan –tuntutan mengenai jumlah –jumlah
uang yang dapat ditagih atau mengenai benda -benda bergerak; 4. Sero-sero atau andil-andil dalam
persekutuan dagang atau persekutuan perusahaan, sekalipun benda -benda persekutuan yang
bersangkutan dan perusahaan itu adalah kebendaa bergerak, akan tetapi hanya terhadap para pesertanya selama persekutuan berjalan;
5. Andil dalam perutangan atas beban nega ra Indonesia, baik andil-andil karena pendaftaran dalam buku besar, maupun sertifikat -sertifikat,
surat-surat pengakuan hutang, obligasi atau surat-surat lain yang
59
Rachmad setiawan, Loc Cit, hal. 1 dan 2.
60
Herlien Budiono, Op Cit. hal. 185.
Universitas Sumatera Utara
berharga, beserta kupon-kupon atau surat tanda bunga, yang termasuk didalamnya;
6. Sero-sero atau kupon obligasi dalam perutangan yang dilakukan negara asing;
Mengenai tagihan atas nama cessie tagihan piutang di sebutkan dalam ayat 3 tiga pasal diatas yaitu perikatan -perikatan dan tuntutan
–tuntutan mengenai jumlah-jumlah uang yang dapat di tag ih atau mengenai benda -benda
bergerak. Benda tak bertubuh yang berupa tagihan atas nama cessie tagihan piutang
tidak mempunyai wujud, jadi bagaimana dilakukan penyerahan dari benda bergerak tidak berwujud ini?
Secara umum peristiwa cessie dapat di gambarkan dengan sebuah contoh konkrit yaitu:
“PT.Bank Perkreditan Rakyat cedent mempunyai tagihan atas nama terhadap beberapa orang debitur debitur cessus contohnya : A, B, C,
D, E, F, G, dan H. Karena membutuhkan sejumlah uang untuk tambahan modal usaha perkreditan, telah mengalihkan hak tagih piutangnya dari
beberapa orang debiturnya A, B, C, D, E, E, F, G dan H kepada PT.Permodalan Nasional Madani Persero. Dan telah di buatkan suatu
akta penyerahan objek jaminan cessie tagihan piutang, yang didahu lui dengan perjanjian pokoknya yaitu perjanjian kreditpembiayaan.
Hubungan hukum PT. Bank Perkreditan Rakyat kreditur dengan debiturnya disebut hubungan awal. Pada saat PT. Bank perkreditan
Rakyat mengalihakan tagihan Piutangnya kepada PT. Permodalan Nasional Madani Persero, maka dalam hubungan hukum antara
PT.Bank Perkreditan Rakyat dan PT.Permodalan Nasional Madani Persero , A, B, C, D, F, G, dan H adalah pihak ketiga. Karena
penyerahan cessie tagihan piutang oleh PT. Bank perkreditan Rakyat Kepada PT. Permodalan Nasional Madani Persero dapat terjadi diluar
kerjasama A, B. C, D, E, F, G dan H debitur cessus. Maka PT.Permodalan Nasional Madani persero perlu mendapat jaminan
bahwa sesudah penyerahan cessie tagihan piutang, A, B, C, D, E, F, G, dan H sebagai debitur cessuspihak ketiga jika terjadi wanprestasi dari
Universitas Sumatera Utara
cedent maka debitur cessus tidak membayarkan Utangnya secara sah kepada PT.Bank Perkreditan Rakyat kreditur asal cedent tetapi hanya
kepada PT.Permodalan Nasional Madani Persero . Maka di perlukan mekanisme yang mengikat A, B, C, D E, F, G, dan H, agar selanjutya
tidak bisa membayar secara sah kepada PT Bank Perkreditan Rakyat. Sebaliknya debitur cessus A, B, C, D, E, F, G dan H perlu ada pegangan
kepada siapa selanjutnya ses udah penyerahan cessie tagihan piutang ia harus membayar, agar hutangnya lunas.
Herlien Boediono menyebutkan bahwa: “Sebagaimana kita ketahui, untuk beralihnya hak kebendaan harus dipenuhi tiga syarat yaitu:
1. Kewengan dari pihak yang menyerahkan.
2. Alas hak titel yang sah rechtstile.
3. Penyerahan sesuai jenis benda levering.
formalitas yang harus disyaratkan bagi sahnya cessie termuat hanya dalam satu ketentuan, yakni pasal 613 KUHPerdata. Penyerahan cessie dari hak tuntut akan
piutang atas nama atau keb endaan tak bertubuh lainnya, menurut pasal ini harus dilakukan dengan membuat akta otentik atau akta dibawah tangan, yang oleh
cedent hak-hak atas kebendaan itu di limpahkan kepada orang lain cesioneris.”
61
Syarat utama keabsahan cessie adalah pemberitahuan cessie tersebut kepada pihak terhutang untuk disetujui dan diakui. Pihak terhutang disini adalah
pihak terhadap mana siberpiutang memiliki tagihan.
62
Shanty Dewi Legal Team PT. Permodalan Nasional Madani Persero menjelaskan bahwa untuk memenuhi syarat utama keabsahan cessie ini yaitu
adanya pemberitahuan cessie itu kepada pihak terhutang maka di dalam SP3 Perjanjian kreditpembiayaan PT. Permodalan Nasional Madani Persero
mensyaratkan kepada debitur bahwa di dalam perjanjian kreditpembiayaan antar
61
Herlien Boediono. Op, Cit. hal. 189.
62
Racmad Setiawan dkk, Op. Cit. Hal 46.
Universitas Sumatera Utara
PT. BPR atau koperasi dengan debitur cessusend user agar mencantumkan klausul sebagai berikut:
“ Perjanjian ini hanya dapat dialihkan cessie kepada PNM semata, dalam hal akan dilakukan pengalihan kepada pihak lainnya atas hak -hak dan
kewajiban berdasarkan perjanjian, maka pengalihan hanya dapat dilaksanakan apabila pengalihan cessie tersebut telah mendapat
persetujuan secara tertulis sebelumnya dari pihak PT . Permodalan Nasional MadaniPersero. Sehubungan dengan pengalihancessie
tersebut para pihak d alam perjanjian ini sepakat dan setuju tanpa dapat dibatalkan , ditarik kembali, diubah dalam bentuk apapun tanpa kecuali
untuk memberikan hak kepada PT. Permodalan Nasional Madani Persero atas permintaan tersebut. PT. BPR atau Koperasi termasuk yang
menggantikan haknya, penerus atau tim likuidasi wajib tanpa dapat ditunda dengan alasan apapun untuk melaksanakan pengalihan cessie
tersebut, atas pelaksanaanya debitur dengan ini telah memberikan persetujuan dan pengakuan”.
63
Klausul diatas menjawab bagaima na proses pemberitahuan kepada debitur cessusend user bahwa telah terjadi pengalihan piutang antara PT. BPR
atau Koperasi kepada PT. Permodalan Nasional Madani Persero. Klausul diatas juga terdapat dalam akta perjanjian kreditpembiayaan antara PT. Perm odalan
nasional Madani Persero dengan PT. BPR Koperasi. Penggunaan cessie sebagai jaminan tidak bertentangan dengan asas -asas
hukum jaminan, sebagaimana ternyata bahwa cessie piutang atas nama memiliki cir-ciri sebagai gadai piutang atas nama, tetapi d ikarenakan piutang atas nama
tersebut telah memiliki nilai atau harga tertentu, maka penerima cessie
cessieoneris dapat langsung menguasai piutang atas nama tersebut tidak
63
Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal Team pada PT. Permodalan Nasional Madani Persero, pada hari Kamis tanggal 14 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara
bertentangan degan pasal 1154 KUHPerdata dan karenanya kreditur cessioneris tidak harus melakukan penjualan atas piutang atas nama itu secara
di muka umum atau lelang, dipasar atau bursa dan cara laianyang lazim dilakukan sebagaimana yang dimaksud pasal 1155 KUHPerdata, melainkan cessioneris
dapat langsung mengeksekusi piutang at as nama tersebut dari cessus.
64
Sebelum lahirnya Undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia terhadap cessie sebagai jaminan, tidak terdapat satupun ketentuan
perundang-undangan yang menyatakan cessie sebagai salah satu lembaga jaminan, sehingga cessie tidak termasuk lembaga jaminan. Cessie merupakan
penyerahan atau pengalihan hak tagih atas piutang, sehingga dalam cessie terjadi peralihan hak dan kewenangan untuk menagih suatu piutang
Dalam pasal 613 KUHPerdata disebutkan bahwa cessie harus dilakukan dengan membuat suatu akta cessie. Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa untuk
cessie ditentukan suatu bentuk tertulis, walaupun untuk hubungan obligatoir yang menjadi dasar cessie tidak disyaratkan suatu bentuk tertentu, jadi bisa lisan
maupun tertulis. Cessie dapat dituangkan dalam suatu akta di bawah tangan maupun akta otentik, asal di dalamnya tegas -tegas di sebutkan bahwa kreditur
lama dengan itu telah menyerahkan hak tagihnya kepada kreditur baru. Namun dalam perkembangannya setelah cessie tagihan piutang masuk ke
dalam benda yang dijaminkan dengan jaminan fidusia maka merupakan suatu
64
Rachmad Setiawan. Op, Cit. hal. 46.
Universitas Sumatera Utara
keharusan untuk menuangkan penyerahan cessie tagihan piutang dalam suatu akta otentik. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal 5 ayat 1 undang -undang
nomor 42 tahun 1999 yang berbunyi : “Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris
dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan fidusia.” Dalam Undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
pasal 9 ayat 1 satu juga diseb utkan tentang kedudukan piutang dapat diberikan jaminan fidusia yaitui :
“ Jaminan Fidusia dapat di berikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis benda, termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat diberi
maupun yang diperoleh kemudian hari” Dari bunyi pasal ini menyiratkan bahwa terhadap piutang cessie dapat
diberikan jaminan fidusia. Hal ini menegaskan bahwa piutang tagihan piutang atas nama masuk kedalam ranah lembaga fidusia.
Ketentuan pasal ini juga penting dipandang dari segi komersil, b ahwa ketentuan ini secara tegas membolehkan jaminan fidusia mencakup benda yang
diperoleh di kemudian hari. Hal ini menunjukan undang -undang ini menjamin fleksibilitas yang berkenaan dengan ihwal benda yang dapat dibebani jaminan
bagi pelunasan hutang.
65
65
Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Universitas Sumatera Utara
Shanty Dewi legal team PT. Permodalan Madani Persero mengatakan bahwa ketentuan yang mengatur perihal ketentaun agunan berupa piutang diatur
dalam Surat Edaran SE-010PNM-DirutIX08. dan surat keputusan direksi No.SK 013PNM-DIRIV10 tentang Perubahan K ebijakan Ketentuan Agunan
Pembiayaan Terkait Dengan R ating BPRS dan LKMS.
66
Cessie piutang termasuk sebagai benda yang dapat dijadikan jaminan pembiayaan yang disebutkan dalam surat edaran PT. Permodalan Nasional
Madani Persero tersebut.
b.Cessie Tagihan Piutang Sebagai Jaminan Yang Di Ikat Dengan Jaminan Fidusia Sebagai Perjanjian Accesoir.
Rachmad Setiawan berpendapat bahwa penyerahan tidak pernah berdiri sendiri, tindakan tersebut selalu merupakan konsekwensi lebih lanjut dari suatu
peristiwa hukum, yang mewajibkan orang untuk menyerahkan sesuatu, yang disini sehubungan dengan pembicaraan tentang pasal 613 KUHPerdata berupa
tagihan atas nama atau suatu benda tidak bertubuh lain. Hubungan hukum yang mewajibkan penyerahan disebut obligatoir, yang bisa timbul dari perjanjian
ataupun undang-undang. Peristiwa yang menjadi dasar penyerahan itu disebut peristiwa perdata rechtstile adalah peristiwa yang menimbulkan perikatan -
perikatan diantara dua pihak, dimana yang satu berkedudukan sebagai kreditur dan pihak lainya sebagai debitur. Maka peristiwa perdata rechtsile ini adalah
sebagai hubungan obligatoir yang menjadi dasar cessie.
67
Lembaga pembiayaan sebagai penopang dana bagi usaha simpan pinjam dari debiturnya dalam pembiayaan biasanya mensyaratkan adan ya jaminan atas
fasilitas kredit yang di berikan kepada debitur. Untuk menjamin segala sesuatu
66
Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal team pada PT. Permodalan Nasional Madani Persero pada hari Kamis, tanggal 14 Juli 2011.
67
Racmad Setiwan. Op.Cit . Hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
yang akan terjadi di kemudian hari PT. Permodalan Nasional Madani Persero sebagai kreditur membuat suatu akta perjanjian kredit antara PT. PNM dan
debiturnya dihadapan Notaris. Hal mana akta perjanjian ini adalah perjanjian utama dan akta ini di ikuti dengan suatu perjanjian pengikatan jaminan yang
bersifat accecoir tambahan terhadap perjanjian induknya yaitu perjanjian kredit. Perjanjian pengikatan jaminan ya ng bersifat accesoir memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: 1. Lahir dan hapusnya tergantung perjanjian pokoknya;
2. Menjadi batal dengan batalnya perjanjian pokoknya; 3. Ikut beralih dengan beralihnya perjanjian pokoknya .
68
Kreditur Bank dan lembaga pembiayaan aka n merasa aman, apabila benda yang menjadi jaminan kredit dikuasainya menurut Undang -undang yang
berlaku. Karena dengan adanya jaminan apabila debitur wanprestasi untuk membayar hutangnya tepat pada waktunya, kreditur sebagai pemilik dana masih
dapat menutupi piutang atau sisa tagihan piutang dari debitur yang lalai dengan mencairkan atau menjual barang jaminan yang telah di jadikan objek jaminan dari
perjanjian kredit tersebut. Perjanjian jaminan bersifat accesoir karena perjanjian pengikatan jaminan
timbul karena adanya perjanjian kredit pembiayaan. Dapat di simpulkan bahwa perjanjian pengikatan jaminan tidak akan pernah ada jika tidak ada perjanjian
68
Edy Putra The’Aman, Kredit Perbankan Suatu T tinjauan Yuridis, Yogyakarta, Liberty, 1989. hal. 41.
Universitas Sumatera Utara
pokoknya yaitu perjanjian kredit p embiayaan. Jaminan pada perjanjian kreditpembiayaan adalah sebagai pe ngaman bagi bank lembaga keuangan lain
sebagai penyedia dana kreditur dalam pemberian kredit.
Universitas Sumatera Utara
69
BAB III PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT DENGAN CESSIE TAGIHAN PIUTANG
SEBAGAI JAMINAN PADA PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI Persero CABANG MEDAN.
A. Prosedur Pembebanan dan Pendaftaran Cessie Tagihan Piutang Sebagai Objek Jaminan KreditPembiayaan Berdasarkan Undang-Undang Undang-
undang Nomor 42 tahun 1999 Tentang Jaminan fidusia
a. Pembebanan Cessie Tagihan Piutang Sebagai Jaminan Kredit
Tugas utama PT. Permodalan Nasional Madani PerseroPNM adalah memberikan solusi pembiayaan pada Usaha Mikro, Kecil, Mene ngah, dan
Koperasi UMKMK dengan kemampuan yang ada berdasarkan kelayakan usaha serta prinsip ekonomi pasar. Adapun pembebanan cessie tagihan piutang sebagai
jaminan harus didahului dengan adanya perjanjian pokoknya yaitu perjanjian kreditpembiayaan.
Dalam sebuah permohonan kreditpembiayaan Badriyah Harun
berpendapat bahwa pengajuan berkas -berkas debitur badan hukum yang dituangkan dalam sebuah proposal yang berisi tentang:
a. Latar belakang badan hukum seperti riwayat hidup yang diuraikan secara singkat, jenis bidang usaha, identitas badan usaha, serta nama dan
identitas para pengurus; b. Maksud dan tujuan permohonan kredit;
c. Besarnya kredit dan jangka waktu; d. Cara pengembalian kredit;
e. Jaminan kredit; f.
Akta Notaris untuk perseroan terbatas atau yayasan; g. Tanda daftar perusahaan TDP;
h. Surat izin usaha indistri SIUP untuk usaha yang bergerak dalam sektor industri;
i. Surat izin usaha perdagangan SIUP unutk usaha yang bergerak dalam
sektor perdagangan; j.
Keabsahan surat-surat yang dijaminkan; k. Nomor pokok wajib pajak NPWP;
Universitas Sumatera Utara
l. Neraca laporan rugi laba 3 tahun terakhir;
m. Bukti diri pimpinan perusahaan; n. Hal-hal yang dianggap penting lainnya.
69
Dalam hal cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan PT. Permodalan Nasional Madani Persero sebagai kreditur pembi ayaan melaksanakan perjanjian
kreditpembiayaan dengan PT. BPR dan Koperasi. cessie tagihan piutang yang dijaminkan adalah piutang calon debitur cedent yang berada pada debitur cessus
dengan kriteria bahwa cessie tagihan piutang itu harus dalam keadaan
kollektibilitas I satu lancar. Dan juga adanya agunan lain berupa fix asset yaitu berupa tanah dan bangunan serta aset dari calon debitur lainnya dan juga adanya
jaminan dari organ-organ badan hukum calon debitur . Shanty D
ewi mengatakan “Adapun untuk memperoleh pinjam an kredit dari PT. Permodalan Nasional Madani Persero, ada beberapa tahap yaitu:
1. Calon debitur mengajukan sendiri surat permohonan pengajuan kredit dengan membuat surat permohonan kredit yang ditujukan kepada pihak
PT.Permodalan Nasional Madani Persero yang diterima oleh Assistant Account Officer AAO
2. Assistant Account Officer AAO dari PT. Permodalan Nasional Madani Persero sebagai pihak yang menerima surat permohonan akan meminta
kepada calon debitur yaitu beberapa data -data mengenai debitur yakni , laporan keuangan calon debitur untuk melihat tingkat kesehatan keuangan
calon debitur, data legalitas badan hukum beserta data legalitas pendirian perusahaan yang menyangkut segala ijin -ijin badan hukum yang
bersangkutan. Juga data legalitas dari agunan yang akan dijadikan objek jaminan baik itu benda tidak bergerak, benda bergerak, dan benda bergerak
tidak berwujud.
3. Semua data yang diterima AAO akan di analisa untuk menentukan apakah calon debitur layak atau tidak untuk mendapat pinjaman. Dan hasil analisa
69
Badriyah Harun .Op, Cit, Hal. 10.
Universitas Sumatera Utara
tersebut akan diserahkan kepada legal cabang PT. Permodalan Nasional
Madani Persero. 4. Legal cabang akan memberikan legal opinion dan melakukan taksasi terhadap
objek jaminan yang akan dijadikan agunan kredit. 5. Hasil dari penilaian legal cabang akan dikembalikan kepada AAO. Jika hasil
pemeriksaan bagus maka AAO akan membuat sebuah proposal kepada komite pembiayaan.
6. Jika komite pembiayaan setuju maka akan di keluarkanlah SP3 Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan yang akan diserahkan kepada calon nasabah.
Jika tidak setuju maka akan dikeluarkan sebuah surat penolakan.
70
Selanjutnya Shanty Dewi, legal Team pada PT. Permodalan Nasional Madani Persero
cabang Medan mengatakan: ” Secara garis besar prosedur pengajuan agunan yaitu dengan melakukan hal -hal sebagai berikut:
71
1 Meneliti dan mempelajari kelengkapan dan keabsahan dokumen.
2 Melakukan peninjauan ke tempat on the spot .
3 Dibuatkan berita acara pemeriksaan, penarikan dan perkiraan nilai
agunannya”. Shanty Dewi, legal team pada PT. Permodalan Nasional Madan i Persero
juga berpendapat pada dasarnya perjanjian kredit harus memenuhi syarat -syarat yaitu harus memuat :
72
1. Jumlah hutang yaitu jumlah kredit plafond yang diberikan oleh lembaga pembiayaan atau bank kepada debiturnya;
2. Besarnya bunga, administr asi, provisi dan denda; 3. Jangka waktu kredit dan cara pembayarannya;
4. Cara-cara pembayaran;
70
Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal team PT. Permodalan Nasional Madani Persero cabang Medan har i Kamis, tanggal 14 Juli 2011.
71
Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal Team pada PT. Permodalan Nasional Madani, Persero Cabang Medan, hari Kamis tanggal 14 Juli 2011.
72
Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal Team pada PT. Permodalan Nasional Madani, Persero Cabang Medan, hari Kamis tanggal 14 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara
5. Klausul opeisbaarheid, yaitu klausula yang memuat hal -hal mengenai hilangnya kewenangan bertindak atau debitur kehilangan haknya untuk
mengurus harta kekayaannnya, barang jaminan serta kelalaian debitur untuk memenuhi ketentua-ketentuan dalam perjanjian kredit, sehingga debitur harus
membayar secara seketika dan sekaligus.
6. Dan benda jaminan yang menjadi jaminan kredit. Sebelum dikabulkannya permohonan k redit dari calon debitur ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon debitur PT . Permodalan Nasional Madani Persero yaitu terdapat didalam SP3 Surat Persetujuan Prinsip
Pembiayaan dari PT. Permodalan Nasionl Madani Persero. Lebih lanjut, Shanty Dewi legal team PT. Permodalan Nasional Madani
Persero Cabang Medan mengatakan ”Menjawab surat permohonan kredit yang diajukan calon nasabah jika permohonan pembiayaan diterima oleh PT.
Permodalan Nasional Madani Persero, dikeluarkanlah Surat Persetuj uan Prinsip Pembiayaan SP3 yang di tujukan kepada calon debitur yang membuat
permohonan. Yang mana pada SP3 ini dijelaskan mengenai Fasilitas pembiayaan, perihal mengenai jaminan,
syarat-syarat umum pembiayaan, ketentuan penyaluran dana kepada debitur, ketentuan pencairan, ketentuan
pelaporan, ketentuan pelunasan dipercepat, dan ketentuan pelanggaran daan sanksi. Setelah SP3 dipelajari dan dipahami oleh calon debitur dan ditanda
tanganinya SP3 tersebut maka lebih lanjut di buatlah suatu pengikatan perja njian kredit di kantor notaris.
73
73
Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Team legal PT.Permodalan Nasional Madani, Persero, pada hari Kamis, tanggal 14 Juli 2011,
Universitas Sumatera Utara
Setelah semua tahap-tahap pemeriksaan kelayakan debitur telah dilakukan dan telah diterbitkan SP3 maka dilakukanlah pengikatan jaminan di kantor
notaris. Pengikatan jaminan ini dilakukan setelah adanya perjanjian
kreditpembiayaan antara calon debitur dan PT. Permodalan Nasional Madani Persero.
Shanty Dewi, Legal team PT. Permodalan Nasional Madani Persero cabang Medan mengatakan, ”Bahwa akta perjanjian pembiayaan memuat hal -hal
sebagai berikut : a. Judul akta yang mana da
lam hal ini judul aktanya adalah ”Perjanjian Pembiayaan”.
b. Kepala akta hal ini menyangkut apakah perjanjian itu dibawah tangan atau perjanjian itu berbentuk akta notaril.
c. Komparisi dari para penghadap pihak -pihak yang menjadi penghadap.
d. Adanya konsideran yang menerangkan tentang tujuan pengajuan permohonan pembiayaan ini tidak selalu ada dalam perjanjian kredit.
e. Adanya clausul pasal-pasal dalam perjanjian pembiayaan, yang mana pada clalusula pasal 1satu perjanjian pembiayaan ini di ter angkan
definisi yang menyangkut debitur dan segala hal yang diperlukan dalam perjanjian pembiayaan ini yang menjadi kata kunci dalam
perjanjian pembiayaan dan untuk mempertegas dan mempersingkat istilah tanpa perlu dijelaskan kembali.
f. Isi perjanjian terdapat dalam pas al 2 dua dan seterusnya yaitu
mengatur mengenai fasilitas pembiayaan dan jangka waktu, suku bunga dan biaya, pembayaran angsuran dan denda, pembayaran pajak,
pembayaran lebih awal, pencatatan dan pengadministrasian, tata cara pencairan, klausul pengalih an, penyaluran fasilitas pembiayaan,
laporan-laporan dari debitur, pasal mengenai pengaturan tentang Jaminan, cidera janji, klausul tidak konflik, dan force majeure
keadaan memaksa, komunikasi perihal pemberitahuan, pasal yang mengatur tentang ketentua n lain mengenai perubahan dan pengalihan.
Universitas Sumatera Utara
g. Bagian penutup yang berisi pasal yang mengatur hukum yang berlaku, domisili hukum, serta tempat dan tanggal perjanjian ditanda tangani
dan tanggal mulai berlakunya perjanjian.
74
Akta perjanjian kreditpembiayaan in i ditanda tangangi bersamaan dengan akta jaminan fidusia dan akta penyerahan jaminan lainnya.
Selanjutnya Shanty Dewi team legal PT.Permodalan Nasional Madani, Persero juga menerangkan bahwa tahap -tahap pendaftaran cessie sebagai benda
jaminan kreditpembiayaan adalah sebagai berikut:
75
1. Bahwa sebelum dilakukan pembebanan cessie sebagai objek jaminan harus didahului dengan perjanjian kredit sebagai perjanjian utamanya.
2. Bahwa debitur dalam hal ini koperasi dan BPR harus mempersiapakan suatu daftar tagihan piu tang
cessie yang dimilikinya dan menyerahkan kepada PT.Permodalan Nasional Madani Persero
sebagai suatu bukti awal untuk di prosesnya suatu perjanjian kredit. 3. Berdasarkan daftar tagihan piutang cessie tersebut akan di buat suatu
perjanjian pengikatan j aminan dalam hal ini akta cessie sebagai perjanjian accesoir,.
4. Selanjutnya akta penyerahan piutang cessie akta jaminan fidusia atas cessie tagihan piutang berdasarkan daftar tagihan piutang milik calon
debitur itu akan di daftarkan ke lembaga jaminan fid usia. Daftar tagihan piutang juga turut di serahkan untuk dilekatkan pada sertifikat
jaminan fidusia.
5. Dari pendaftaran akta pengikatan jaminan tersebut dikeluarkan suatu sertifikat jaminan fidusia oleh Departemen Hukum Dan Hak Asasi
Manusia bagian Fidusia. Yang mana daftar tagihan piutang asli akan di lekatkan pada sertifikat jaminan fidusia tersebut.
6. Berdasarkan kebijakan internal dari PT. Permodalan Nasional Madani Persero, setelah berjalan enam bulan harus ada laporan dari debitur
cedent kepada kreditur untuk semua perubahan yang ada dalam hal berkurangnya nilai nominal jaminan yaitu nilai nominal cessie piutang
yang menjadi agunan. Yaitu daftar nama debitur cessus yang exist
74
Hasil Wawancara dengan Shanty Dewi, Legal Team Pada PT. Permodala n Nasional Madani Persero cabang Medan, pada hari Selasa tanggal 12 Juli 2011.
75
Hasil wawancara dengan Shanty dewi, legal Team pada PT. Permodalan Nasional Madani, Persero cabang Medan. Pada hari, Kamis , tanggal 14 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara
dalam hal untuk dilakukannya daftar ulang atas cessie piutang sebagai jaminan kredit. Yang mana pada masa awal proses kredit
BPRKoperasi sebagai pemilik jaminan memberikan kuasa kepada PT. Permodalan Nasional Madani Persero dalam hal untuk keperluan
daftar ulang jaminan cessie tagihan piutang.
Shanty Dewi, legal Team pada PT. Permo dalan Nasional Madani Persero cabang Medan , memberi pendapat tentang hal -hal yang perlu di
perhatikan dalam menerima tagihan Piutang cessie sebagai jaminan antara lain:
76
1. Perlu di perhatikan terlebih dahulu status hukum dari calon debitur yang mengajukan kredit apakah telah berbadan hukum atau belum.
Karena ini akan sangat berpengaruh pada pertanggung jawaban kredit. Yaitu bahwa organ dari perusahaan simpan pinjam atau koperasi yang
akan bertanggung jawab nantinya atas pengajuan kredit .
2. Perlu diperhatikan kelengkapan dokumen yang di perlukan, yaitu daftar tagihan piutang yang sudah ada dan yang akan ada sebagai
jaminan. 3. Perlu adanya kejelasan tentang debitur dan kondisi perusahaan untuk
memudahkan eksekusi terhadap barang jaminan sebelum jatuh tempo kredit, akibat kelalaian debitur sehingga terjadi wanprestasi, yang
bertujuan untuk menghindari timbulnya permasalahan di kemudian hari dan demi menjamin kepentingan debitur.
4. Tentang berakhirnya perjanjian penyerahan tagihan piutang adalah lunasnya hutang debitur, hal hal lain yang menyebabkan hapusnya
hutang adalah adanya jaminan dari lembaga penjaminan yaitu perusahaan asuransi.
Selanjutnya Shanty Dewi juga berpendapat bahwa cessie daftar tagihan piutang yang dijadikan jaminan pada PT. Permodalan Nasional Mad ani Persero
ada dua macam yaitu:
77
76
Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal Team pada PT. Permodalan Nasional Madani Persero cabang Medan. Pada hari Sabtu tanggal 16 Juli 2011.
77
Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal Team pada PT. Permodalan Nasional Madani Persero cabang Medan. Pada hari Sabtu tanggal 16 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara
1. Daftar cessie tagihan piutang atas debitur BPRKoperasi yang telah ada exist yang dijadikan jaminan hutang.
2. Daftar cessie tagihan piutang atas debitur BPRKoperasi yang akan ada, yang akan memperoleh fasilitas kredit dar i BPR Koperasi
debitur cedent, daftar tagihan ini digunakan untuk pencairan dana dari PT. Permodalan Nasional Madani Persero kepada debitur.
Dalam hal cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan belum pernah di asuransikan ke lembaga penjamin asuransi . Dalam hal peristiwa tidak tentu
forcemajure, Hal ini juga sangat berisiko bagi PT. Permodalan Nasional Madani Persero dalam memberikan kredit.
Indonesia adalah Negara berkembang yang memiliki banyak pelaku usaha kecil dan menengah yang tersebar di selur uh penjuru nusantara. Para pelaku
usaha kecil dan menengah tersebut memiliki potensi, kemampuan dan produk yang bisa bersaing di dunia usaha kecil dan menengah di Indonesia. Para pelaku
usaha tersebut dalam menjalankan usahanya membutuhkan pinjaman dana da ri kreditur untuk menjalankan usahanya. Dengan hadirnya Koperasi dan Bank
Perkreditan Rakyat dalam masyarakat sangat membantu dalam permodalan dari para pelaku usaha kecil dan menengah. Koperasi, Bank perkreditan Rakyat
sebagai kreditur dalam menjalankan u saha unit simpan pinjam membutuhkan dana yang cukup untuk dapat memberikan pinjaman kepada para pelaku usaha,
karena semakin banyaknya pengajuan kredit dari para pelaku usaha kecil dan menengah. Hadirnya Lembaga Keuangan PT. Permodalan Nasional Madani
Persero sebagai Lembaga Keuangan yang memberikan pinjaman kepada
Universitas Sumatera Utara
Koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat sangat besar manfaatnya dirasakan para pelaku usaha.
Dalam hal Cessie tagihan piutang sebagai benda bergerak tidak bertubuh yang bisa dibebankan jaminan fid usia menurut pasal 4 undang -undang jaminan
Fidusia nomor 42 tahun 1999 menyatakan bahwa : “Jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok
yang menimbulkan kewajiban bagi para untuk pihak untuk memenuhi suatu prestasi
”. Dari bunyi pasal diatas dapat disimpulkan bahwa tagihan piutang cessie
yang dibebankan jaminan fidusia merupakan perjanjian accesoir atau perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokoknya dalam hal ini adalah perjanjian kredit.
Yang menimbulkan kewajiban untuk pemenu han suatu prestasi yaitu memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu yang dapat di nilai dengan
uang. Pasal 19 ayat 1 undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jamina n
fidusia menjelaskan bahwa ” Pengalihan hak atas piutang yang dija min dengan fidusia mengakibatkan beralihnya demi hukum segala hak dan kewajiban
penerima fidusia kepada kreditur baru”. Pengalihan piutang dalam pasal ini dikenal dengan istilah cessie yaitu dengan adanya pengalihan cessie ini segala
hak dan kewajiban penerima fidusia lama, beralih kepada penerima fidusia baru dan pengalihan hak atas piutang tersebut diberitahukan kepada pemberi fidusia.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai perjanjian accesoir perjanjian dari penyerahan jaminan cessie yang di ikat dengan fidusia bersifat tergantung kepada perjanjian pokoknya, yang
mana keabsahannya tergantung kepada perjanjian pokoknya. Tata cara pembebanan tagihan piutang cessie yang diberikan jaminan
fidusia terdapat dalam ketentuan pasal 5 ayat 1 satu undang -undang jaminan fidusia nomor 42 tahun 1999 yang berbunyi :
“Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta jamina fidusia
”. Awal dari perjanjian kreditpembiayaan adalah permohonan fasilitas
kredit oleh calon debitur, setalah debi tur memenuhi segala persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan oleh PT. Permodalan Nasional Madani Persero, maka
di lakukanlah pengikatan atas kedua belah pihak kreditur dan debitur yang dalam hal ini PT. Permodalan Nasional Madani Persero dengan usaha yang telah
berbentuk badan hukum dan koperasi, yang diikuti dengan perjanjian pengikatan objek jaminan fidusia atas cessie tagihan piutang.
Shanty Dewi, Legal Team pada PT. Permodalan Nasional Madani Persero menerangkan bahwa akta jaminan fidusia atas cessie tagihan piutang
sebagai objek jaminan berisi: 1.
Judul yaitu ”Akta Jaminan Fidusia” 2. Kepala akta yang menggambarkan bahwa akta fidusia atas cessie
tagihan piutang tersebut merupakan akta notaril. 3. Komparisi dari para penghadap yang dalam hal ini sip emberi fidusia
debitur dan sipenerima fidusia kreditur.
Universitas Sumatera Utara
4. Konsideran yang menerangkan bahwa sebelum akta jaminan fidusia ini telah ditandatangani akta perjanjian pembiayaan. Didalam
konsideran ini juga memuat ”Bahwa untuk lebih menjamin terbayarnya dengan baik sega la sesuatu yang terhutang dan harus
dibayar debitur sebagaimana diatur dalam akta perjanjian pembiayaan, debitur diwajibakan memberikan jaminan fidusia atas
tagihan-tagihan dan piutang milik pemberi fidusia untuk kepentingan penerima fidusia . dan menerang kan bahwa debitur dan kreditur telah
sepakat mengadakan perjanjian pembiayaan sebagaimana dimaksud undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang fidusia. Didalam
konsideran juga menerangkan penyerahan antara pemberi fidusia terhadap objek fidusia yaitu cessie tagihan piutang kepada PT.
Permodalan Nasional Madani Persero cabang Medan. Jumlah tagihan piutang yang di keluarkan debitur sebagai objek jaminan
fidusia.
5. Dan klausula dalam akta jaminan fidusia memuat: - Pasal-pasal yang berisi tentang pembebanan fidusi a terhadap
objek jaminan fidusia dilakukan dimana objek fidusia itu berada, dan objek jaminan fidusia tersebut telah menjadi milik dan dalam
kekuasaan penerima fidusia. - Pasal berisi tentang jaminan dari pemberi fidusia kepada penerima
fidusia atas cessie sebagai objek jaminan fidusia bahwa benar objek jaminan tersebut merupakan kepunyaan pemberi fidusia.
- Pasal yang mengatur cara-cara penagihan objek jaminan fidusia atas cessie tagihan piutang.
- Pasal yang berisi lalainya debitur dan sanksi yang akan diterim a debitur.
- pasal yang berisi larangan pemberi fidusia untuk melakukan fidusia ulang atau membebankan, menjual dan mengalihkan cessie
tagihan piutang sebagai jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam akat fidusia.
- pasal yang berisi tentang berakhirnya pem bebanan jaminan fidusia.
- klausula tentang pendaftaran jaminan fidusia. - klausula tentang cara penyelesaian perselisihan jika kelak terjadi
antara pemberi dan penerima fidusia.
78
78
Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal Team Pada PT.Permodalan Nasional Madani Persero cabang Medan, pada hari Selasa tanggal 2 Agustus 2011.
Universitas Sumatera Utara
Setelah akta perjanjian kredit dan akta pengikatan jaminan yang dalam hal ini akta jaminan fidusia atas objek cessie tagihan piutang ditanda tangani oleh
para penghadap saksi-saksi dan notaris, maka segera notaris atau wakilnya sebagai kuasa dari penerima fidusia akan mendaftarkan cessie tagihan piutang
sebagai objek jaminan ke lemba ga fidusia. Juraini Sulaiman, Kepala Bidang Pelayanan Hukum Umum, Departemen
Hukum dan HAM Medan mengatakan bahwa : Akta pembebanan cessie tagihan piutang sebagai jaminan kreditpembiayaan yang diikat dengan jaminan fidusia
di atur dalam pasal 6 undang -undang jaminan fidusia nomor 42 tahun 1999 yang sekurang-kurangnya memuat :
1. Identitas pemberi dan penerima fidusia 2. Data perjanjian pokok yang dijaminkan dengan fidusia yaitu mengenai
macam perjanjian dan utang yang dijaminkan dengan fidusia. 3. Adanya uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan yang
dalam hal ini adalah cessie tagihan piutang yang di ikat dengan jaminan fidusia.
4. Nilai penjaminan yaitu nilai atau jumlah maksimal kreditur preferen atas hasil eksekusi benda jaminan.
5. Nilai benda dalam hal ini tagihan piutang yang menjadi objek jaminan.
b. Pendaftaran Cessie
Tagihan Piutang
Sebagai Jaminan
KreditPembiayaan.
Setelah semua syarat -syarat untuk pengikatan cessie tagihan piutang sebagai jaminan terpenuhi maka segera setelah ditandatanganinya akta
penyerahan jaminan yang dalam hal ini adalah akta jaminan fidusia maka segera notaris atau kuasanya yang telah diberi kuasa oleh PT. Permodalan Nasional
Universitas Sumatera Utara
Madani Persero untuk melakukan pendaftaran cessie tagihan piutang kelembaga fidusia melakukan pendaftara n.
Dalam Pasal 11 ayat 1 satu Undang-undang jaminan Fidusia dinyatakan bahwa: ”Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan” . Sedangkan
pasal 12 ayat 1 satu undang - undang Jaminan Fidusia ini menyebutkan bahwa: “
Pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dimaksud pasal sebelas ayat 1 satu dilakukan pada kantor pendaftaran fidusia.
Ayat 2 pasal ini menyatakan : “Untuk pertama kali, kantor fidusia didirikan diJakarta dengan wilayah kerja mencakup seluruh wilayah negara
Republik Indonesi a”.
Ayat 3 pasal ini menyebutkan “Kantor Pendaftaran fidusia sebagaimana dimaksud ayat 2 dua berada dalam lingkup tugas departemen kehakiman”.
Sekarang kantor pendaftaran fidusia berada dalam lingkup tugas Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Pasal 13 ayat 1 undang-undang jaminan fidusia menjelaskan bahwa permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan oleh penerima fidusia, kuasa
atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia. Pasal 13 ayat 2 menerangkan bahwa pernyataan pen daftaran jaminan
fidusia sebagaimana dimaksud ayat 1 memuat : identitas pihak pemberi dan penerima fidusia, tanggal, nomor akta jaminan fidusia, nama, dan tempat
kedudukan notaris yang membuat akta jaminan fidusia, data perjanjian pokok yang dijaminkan, uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia,
Universitas Sumatera Utara
nilai penjaminan, dan nilai benda yang menjaid objek jaminan fidusia.. dan semuanya dicatat oleh kantor pendaftaran fidusia dalam buku daftar fidusia pada
tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan p ermohonan fidusia. Pasal 14 ayat 1 undang-undang nomor 42 tahun 1999 menerangkan
bahwa kantor pendaftaran fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada penerima fidusia sertifikat jaminan fidusia pada tanggal yang sama dengan
tanggal penerimaan fidusia. Aya t 2 nya memberi penjelasan bahwa sertifikat jaminan fidusia merupakan salinan dari buku daftara fidusia.
Pendaftaran jaminan fidusia perlu dilakukan oleh kreditur untuk memperoleh haknya sebagai kreditur yang diutamakan preference apabila
debitur cidera janji. Hal ini terdapat dalam Pasal 15 Undang -Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang berbunyi:
1. “Dalam sertifikat jaminan fidusia sebagaimana dimaksud pasal
14 ayat 1 dicantumkan kata - kata “demi keadilan berdasarkan
ketuhanan yang maha es a”.
2. Sertifikat jaminan fidusia sebagaimana dimaksud ayat 1 mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan
keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
3. Apabila debitur cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak unutk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas
kekuasaan sendiri”.
Ketika seorang kreditur penerima fidusia mendaftarkan jaminan fidusia yang diterimanya, berarti kreditur sipemegang hak fidusia telah mendaftarkan hak
sebagai kreditur yang diutamakan apabila deb itur cidera janji, karena sertifikat jaminan fidusia yang kreditur terima mempunyai kekuatan eksekutorial yang
Universitas Sumatera Utara
sama dengan keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Bahwa kekuatan eksekutorial yang dimaksud adalah langsungdapat dilaksanakan tanpa
melalui pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan.
Kreditur penerima fidusia yang tidak mendaftarkan haknya ke lembaga jaminan fidusia, tidak memperoleh hak yang diutamakan dari kreditur lain
kreditur lebih dari satu dalam hal terjadi cidera janji debitur. Pasal 15 ayat 3 diatas memberi kemudahan dalam pelaksanaan eksekusi
jaminan fidusia yaitu ketika pihak pemberi fidusia debitur cidera janji. Pasal 16 undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentan g jaminan fidusia
memberi penjelasan bahwa apabila terjadi perubahan mengenai hal -hal yang tercantum dalam sertifikat jaminan fidusia, penerima fidusia wajib mengajukan
permohonan pendaftaran atas perubahan tersebut kepada kantor fidusia, perubahan ini harus diberitahuakn kepada pihak pemberi dan penerima fidusia.
Pasal ini memberi jalan keluar kepada penerima fidusia atas cessie piutang sebagai jaminan kreditpembiayaan. Bahwa pasal ini memberi kesempatan untuk
daftar ulang untuk setiap perubahan yang meny angkut cessie piutang sebagai benda jaminan yang di ikat dengan jaminan fidusia.
Pendaftaran cessie tagihan piutang sebagai benda jaminan ke lembaga fidusia tidak dapat menahan berubahnya nilai jaminan cessie tagiahan piutang,
karena perubahan atas nilai n ominal tagihan piutang tersebut pasti akan terjadi. Perubahan ini terjadi akibat pembayaran dari end user cessus atas hutangnya.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi undang-undang fidusia memberi kesempatan kepada penerima fidusia unutk melakukan pendaftaran ulang terhadpa segala per ubahan tersebut.
Pendafataran ulang perlu dilakukan oleh penerima fidusia demi dapat dipertahankannya jumlah nilai nominal cessie tagiahn piutang tersebut karena
pada prinsipnya nilai nominal jaminan itu tidak boleh berubah. Juaraini Sulaiman mengatakan bahwa:
“Pendaftaran cessie tagihan piutang sebagai benda jaminan fidusia sama halnya dengan pendaftaran benda
jaminan fidusia lainnya yaitu diatur dalam Peraturan P emerintah Republik Indonesia Tentang Tata Cara Pendaftaran Fidusia dan Biaya akta Jaminan Fidu sia
pasal 2 yang berbunyi:
79
1. “Permohonan pendaftaran jaminan fidusia diajukan kepada Mentri.
2. Permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia melalui kantor oleh
penerima fidusia, kuasa, atau wakil nya dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia.
3. Permohonan pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dikenakan biaya yang besarnya ditetapkan dengan
peraturan pemerintah tersendiri mengenai penerimaan negara bukan pajak.
4. Permohonan pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dilengkapi dengan:
a. Salinan akta notaris tentang pembebanan fidusia; b. Surat kuasa atau surat pendelegasian wewenang untuk melakukan
pendaftaran jaminan fidusia; c. Bukti pembayaran biaya pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana
dimaksud ayat 3;
79
Hasil wawancara dengan Juraini Sulaiman, Kepala Bidang Pelayanan Hukum, Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara, pada hari J umat tanggal 19
Agustus 2011.
Universitas Sumatera Utara
5. Pernyataan pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dilakukan dengan mengisi formulir yang bentuk dan isinya
ditetapkan dengan keputusan mentri”.
Dari bunyi pasal di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa permohonan pendaftaran fidusia diajukan oleh penerima fidusia atau wakilnya
yang diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia yang dikenankan biaya sesu ai yang
ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah dalam hal penerimaan negara bukan pajak,. Permohonan itu harus dilengkapi dengan salinan akta Notaris tentang
pembebanan fidusia akta jaminan fidusia, surat kuasa atau surat pendelegasian wewenang untuk melaku kan pendaftaran jaminan fidusia dan bukti pembayaran
biaya pendaftaran jaminan fidusia. Selanjutnya dalam pasal 3 dijelaskan bahwa:
1. ”Pejabat yang menerima permohonan pendaftaran jaminan fidusia
memeriksa kelengkapan persyaratan permohonan pendaftaran jaminan fidusia.
2. Dalam hal kelengkapan persyaratan permohonan pendaftaran jaminan fidusia tidak lengkap, pejabat harus langsung mengembalikan berkas
permohonan tersebut kepada pemohon untuk dilengkapi”.
Dari bunyi pasal diatas digambarkan bahwa pejabat yang menerima permohonan pendaftaran jaminan fidusia tersebut harus memeriksa kelengkapan
persyaratan permohonan pendaftaran fidusia. Jika syarat -syarat pendaftaran belum lengkap akan langsung dikembalikan kepada pemohon pendaftaran
jaminan fidusia. Selanjutnya Pasal 4 menjelaskan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
1. Dalam hal kelengkapan persyaratan permohonan pendaftaran jaminan fidusia telah dipenuhi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2, pejabat mencatat jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan
permohonan pendaftaran.
2. Penerbitan sertifikat jaminan fidusia dan penyerahannya kepada pemohon dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal
pencatatan permohonan pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana yang dimaksud ayat 1.
Pasal diatas menjelaskan bahwa jika semua persyaratan permohonan pendaftaran jaminan fidusia sudah dipenuhi, maka pejabat mencatat jaminan
fidusia dalam buku daftat fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Dan pe nerbitan sertifikat jaminan fidusia
dan penyerahannya kepada pemohon dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal pencatatan permohonan pendaftaran jaminan fidusia.
Pasal 5 menerangkan: 1 Dalam hal terdapat kekeliruan penulisan dalam sertifikat jaminan
fidusia yang telah diterima oleh pemohon, dalam jangka waktu paling lambat 60 enam puluh hari setelah menerima sertifikat tersebut,
pemohon memberitahukan kepada kantor untuk diterbitkan sertifikat perbaikan.
2 Sertifikat perbaikan sebagaimana dimaksud dal am ayat 1 mencatat tanggal yang sama dengan tanggal sertifikat semula.
3 Penerbitan sertifikat perbaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 tidak dikenakan biaya.
Pasal diatas menerangkan bahwa jika terjadi kekeliruan penulisan dalam sertifikat jaminan fidusia yang telah diterima oleh pemohon, maka dalam waktu
paling lambat 60 enam puluh hari setelah menerima sertifikat tersebut pemohon memberitahukan kepada kantor fidusia untuk diterbitkan sertifikat perbaikan.
Universitas Sumatera Utara
Yang mencatat tanggal yang sama dengan t anggal sertifikat semula, penertbitan sertifikat ini tidak dikenakan biaya.
Sama halnya dengan objek jaminan fidusia lainnya , Cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan nilai nominalnya harus tetap dan tidak boleh
berkurang. Tetapi pada kenyataannya akib at pembayaran dan pelunasan dari beberapa debitur cessus mengakibatkan berkurangnya nilai nominal cessie
tagihan piutang sebagai agunan kredit. Maka hal ini sangat membahayakan kepentingan dari kreditur cessioneries. Maka sebagai kreditur cessioneries PT.
Permodalan Nasional Madani Persero mewajibkan kepada debitur cedent adanya laporan atas segala perubahan atas cessie tagihan piutang akibat adanya
pembayaran oleh cessus. Maka untuk melindungi kepentingannya PT.
Permodalan Nasional Madani Persero akan m elakukan daftar ulang terhadap daftar tagihan piutang sebagai objek jaminan yaitu dilakukan sekali enam bulan
ke kantor pendaftaran jaminan fidusia. Dan daftar ini akan dilekatkan pada sertifikat jaminan fidusia atas cessie tagihan piutang sebagai objek ja minan.
Semua proses yang diuraikan dalam pasal diatas harus dipenuhi supaya diterimanya pendaftaran cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan yang diikat
dengan jaminan fidusia agar berjalan dengan baiknya fungsi dari agunan cessie tagihan piutang sebagai benda jaminan fidusia.
Sertifikat jaminan fidusia atas cessie tagihan piutang dapat digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Kepala sertifikat berjudul ” Pernyataan Pendaftaran Jaminan
Fidusia”. b. Terdapat identitas dari debitur
cedent dan kreditur cessioneries.
c. Bahwa disana dijelaskan bahwa jaminan fidusia ini diberikan untuk pelunasan utang dari debitur cedent kepada kreditur
cessioneries yang dibuat berdasarkan akta pengikatan perjanjian kreditpembiayaan.
d. Bahwa disana juga dijelaskan bahwa objek jamina fidusia in i juga terdiri dari semua jenis dan setiap hak, wewenang,
tagihan-tagihan serta klaim-klaim yang dimiliki debitur cedent kepada pihak ketiga baik yang sekarang adaatau dikemudian
hari. Juga dijelaskan disana nilai nominal cessie piutang yang dijadikan jaminan kredit. Dengan syarat -syarat sebagaimana
dimaksud dalam akta jaminan fidusia yang dibuat secara notaril. lihat lampiran.
B. Peranan Notaris Dalam Pembebanan Dan Pendaftaran Cessie Sebagai Objek Jaminan Pembiayaan .
Dalam menjalankan jabatannya nota ris mempunyai kedudukan yang mandiri dan tidak memihak. Selain hal tersebut notaris sebelum menjalankan
jabatannya, wajib diangkat sumpah yang mencakup dua bagian, yaitu bagian yang dinamakan belovende eed dan bagian yang disebut sebagai de zuiveringseed.
Pada bagian yang kedua ini notaris bersumpah menjalankan tugasnya dengan jujur dan tidak berpihak serta akan mentaati dengan seteliti -telitinya semua
peraturan mengenai jabatan notaris yang sedang dan akan berlaku. Dan jugas juga bersumpah akan merahas iakan serapat-rapatnya isi akta yang dibuat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang -undangan yang berlaku. Notaris menjelaskan kepada para pihak mengenai hak dan kewajibannya sehubungan
dengan perjanjian yang akan dibuat, dibacakan, dan ditandatang aninya perjanjian
Universitas Sumatera Utara
kredit dan perjanjian kredit seyogyanya tidak mengadung hal -hal yang dilarang oleh undang-undang ataupun bertentangan dengan kesusilaan.
80
Notaris merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah dalam hal ini negara, dimana negara telah memb erikan kepercayaan kepada notaris untuk
menjalankan sebagian urusan atau tugas negara, khususnya dalam bidang hukum perdata. Keberadaan notaris menjawab kebutuhan masyarakat akan bantuan
hukum yang netral dan berimbang sehingga melindungi kepentingan hukum masyarakat.
81
Juraini Sulaiman, kepala Bidang Pelayanan Hukum di lingkungan Departemen Hukum dan Ham Kota Medan berpendapat bahwa: ”Notaris sangat
berperan dalam proses pembuatan akta penyerahan cessie tagihan piutang sebagai jaminan kredit dan juga dala m hal pendaftaran jaminan pada lembaga jaminan
fidusia.
82
hal ini terlihat dalam pasal 13 undang -undang nomor 42 tahun 1999, ”Permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan oleh penerima
fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan pendaft aran jaminan fidusia”
Dari pasal ini dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan oleh penerima fidusi a dalam hal ini PT.
80
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan , Jakarta. 2007, PT.Citra aditya Bakti. Hal. 147.
81
Santia Dewi dan R.M Fauwas Diraja. Panduan Teori dan Praktek Notaris, Pustaka yustisia Yogyakarta, 2011. hal. 8.
82
Hasil wawancara dengan Juraini Sulaiman, Kepala Bidang Pelayanan Hukum di lingkungan Departemen Hukum dan Ham Kota Medan, pada hari Jumat tanggal 19 Agustus
2011.
Universitas Sumatera Utara
Permodalan Nasional Madani persero sebagai kreditur penerima fidusia. Biasanya kreditur memberi kuasa kepada Notaris atau wakil dari notaris dengan
pernyataan pendaftaran jaminan fidusia, yang ditujukan kepada kantor pendaftaran jaminan fidusia.selanjutnya kantor pendaftaran jaminan fidusia
mencatat jaminan dalam buku daftar fidusia pada ta nggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Sebagai bukti bahwa penerima
fidusia memiliki fidusia, maka kepadanya diserahkan dokumen yang disebut dengan sertifikat jaminan fidusia.
Shanty Dewi, Legal Team PT. Permodalan N asional Madani Persero Cabang Medan mengatakan,
”Proses pendaftaran cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan memerlukan peran Notaris, Karena dalam hal pendaftaran cessie
sebagai objek jaminan lazimnya dilakukan oleh notaris yang bersangkutan yang membuatkan akta pengikatan jaminan cessie tagihan Piutang. PT. Permodalan
Nasional Madani Persero cabang Medan telah melakukan pendaftaran cessie tagihan piutang di kantor Departemen Hukum dan Hak asasi manusia . Dalam
hal pendaftaran cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan tersebut memerlukan peran notaris untuk membantu melakukan pendaftaran tersebut
dengan membuat akta pemberian jaminan berupa tagihan piutang cessie dari pemilik tagihan kepada PT. Permodalan Nasional Madani Persero. Setelah itu
pihak kreditur PT. Permodalan Nasional Madani Persero memberi kuasa
Universitas Sumatera Utara
kepada notaris atau pegawainya untuk melakukan pendaftaran ke kantor departemen hukum dan Hak asasi manusia.
83
C. Peranan Pemerintah Sebagai Lembaga Pendaftaran Fidusia Atas Cessie Tagihan Piutang Sebagai Objek Jaminan Pembiayaan.
Dalam hal setelah adanya akta penyerahan jaminan cessie tagihan piutang, maka segala hak dan kewajiban penerima kuasa lama beralih kepada
penerima fidusia baru, karena jaminan fidusia tetap mengikuti bendanya yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapa pun benda tersebut berada,
kecuali pengalihan atas persediaan yang menjadi objek fidusa. Ketentuan ini mengakui adanya droit desuite hak kebendaan itu melekat dimana benda itu
berada yang telah menjadi bagian dari peraturan perundang -undangn Indonesia dalam kaitannya dengan hak mutlak kebendaan. Pengalihan jaminan fidusia ini
diatur dalam pasal 21 sampai dengan pasal 24 Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
84
Dalam ketentuan Undang-undang jaminan Fidusia Nomor 42 tahun 1999 pasal 11 ayat 1 menyatakan bahwa :
”Benda yang dibebani fidusia wajib di daftarkan.” selanjutnya pasal 12 ayat 1 undang
–undang ini menyatakan bahwa
83
Hasil wawancara dengan Shan ty Dewi. Legal Team pada PT. Permodalan Nasional Madani Persero, pada hari Kamis tanggal 14 Juli 2011.
84
Rachmad setiawan, OpCit, hal. 51.
Universitas Sumatera Utara
”Pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dilakukan pada kantor pendaftaran fidusia.”
ayat 3 menyatakan : ”Kantor pendaftaran fidusia sebagaimana dimakasud dalam ayat 2
berada dalam lingkup tugas departemen kehakiman.” Dari bunyi pasal diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa benda yang
dibebani fidusia wajib didaftarkan, yaitu didaftarkan kepada kantor Departem en Hukum dan Hak Asasi Manusia B agian Pelayanan Hukum Umum yang berada
dalam lingkup Departemen Kehakiman, yang sekarang bernama Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia..
Melihat bunyi pasal diatas pemerintah sangat berperan penting dalam hal pendafataran jaminan fidusia sebagai objek jaminan. Bahwa setelah dilakukan
pendaftaran benda fidusia sebagai objek jaminan, kepada penerima fidusia diserahkan dokumen yang disebut sertifikat fidu sia.
Sertifikat jaminan fidusia sebagai mana diatur dalam pasal 15 ayat 1 Undang-undang jaminan fidusia nomor 42 tahun 1999, tercantum irah -ir
ah ” Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha E sa
” Yang berarti bahwa sertifikat jaminan fidusia ini mempun yai kekuatan
eksekutorial yang dipersamakan dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
Universitas Sumatera Utara
93
BAB IV RESIKO HUKUM YANG DI TIMBULKAN ATAS CESSIE TAGIHAN
PIUTANG SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA PT . PERMODALAN NASIONAL MADANI PERSERO Cabang Medan.
A. Resiko Hukum Cessie Tagihan Piutang Sebagai Objek Jaminan Pembiayaan.
Sama halnya dengan pemberian kredit oleh perbankan, pemberian kreditpembiayaan oleh lembaga pembiayaan juga tidak terlepas dari resiko.
Badriyah Harun berpendapat adapun resiko -resiko yang ditanggung oleh kreditur antara lain:
1. Resiko kredit: Resiko yang timbul sebagai akibat kegaga lan para pihak memenuhi kewajibannya.
2. Resiko pasar : Resiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar advere movement dari potovolio yang dimiliki oleh bank yang
dapat merugikan bank. Variabel pasar antara lain suku bunga dan nilai tukar.
3. Resiko likuiditas : Resiko yang antara lain disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo.
4. Resiko operasional : Resiko yang antara lain disebabkan adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
5. Resiko reputasi : Resiko yang anatara lain disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau
perspektif negatif terhadap bank. 6. Resiko strategi : Resiko yang antara lain disebabkan penetapan dan
pelaksanaan strategik bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat, atau kurang responsifnya bank terhadap
perubahan eksternal.
7. Resiko kepatuhan : Resiko yang disebabkan bank ti dak memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang -undangan dan
ketentuan lain yang berlaku. 8. Resiko hukum : Resiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan
aspek yuridis anatar lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang -undangan yang mendukung, atau
Universitas Sumatera Utara
kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhi syarat -syarat sahnya kontrak.
85
Resiko-resiko diatas merupakan resiko yang akan ditanggung oleh kreditur
dalam pelaksanaan
kreditpembiayaan. Semua
resiko akan
mengakibatkan kerugian bagi k reditur jika tidak dimanajemen dengan baik. Budiarto, Wakil kepala cabang PT. Permodalan Nasional Madani Persero
mengatakan bahwa adapun yang menjadi debitur dari PT. Permodalan Nasional Madani dalam hal cessie tagihan piutang sebagai jaminan adalah PT. BPR dan
Koperasi yang telah berbadan hukum.
86
Adapun resiko hukum yang di timbulkan atas cessie tagihan piutang sebagai jaminan antara lain :
1. Debitur wanprestasi.
Menurut M.Yahya Harahap ”Pengertian wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tep at pada waktunya atau dilakukan tidak menurut
selayaknya”.
87
Dapat diambil kesimpulan dalam hal perjanjian kredit, bahwa wanprestasi itu terjadi apabila debitur sebagai yang mempunyai kewajiban tidak memenuhi
prestasinya sebagian, seluruhnya, dan atau melew ati jangka waktu yang telah diperjanjikan, berupa pembayaran hutang kepada kreditur yang dalam hal yang
85
Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Boklet Perbankan Indonesia 2009, Jakarta. Bank Indonesia, 2009, hal. 16 -17.
86
Hasil wawancara dengan Budianto, Wakil Kepala Cabang PT. Permodalan Nasioal Madani Persero cabang Medan. Pada tanggal 14 Oktober 2011.
87
M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hal. 60.
Universitas Sumatera Utara
dibahas yaitu kewajiban pemenuhan prestasi kepada PT.Permodalan Nasional Madani Persero.
Dalam hal terjadinya wanprestasi debitur, didalam akta perjan jian pembiayaan telah di atur mengenai klausula apabila terjadi cidera janji oleh
debitur yaitu dalam pasal 13 tiga belas perjanjian pembiayaan yang berbunyi: ”Menyimpang dari ketentuan tentang batas waktu pemberian kredit
dimaksud dalam pasal 2 diatas, PT. Permodalan Nasional Madani, Persero berhak untuk setiap saat mengakhiri perjanjian dan dokumen,
membatalkan pencairan fasilitas pembiayaan yang seharusnya diberikan kepada BPR berdasarkan perjanjian, menagih hutang BPR kepada PT.
Permodalan Nasiona Mad ani Persero tanpa perlu adanya somasisurat peringatan atau surat-surat lain sejenisnya terlebih dahulu dan karenanya
debitur wajib membayar lunas seluruh hutang debitur dengan seketika dan sekaligus, dan dalam hal terjadi salah satu atau seluruh cidera ja nji serta
ketentuan cidera janji”.
Akibat dari wanprestasi adalah : a. Bahwa sejak saat debitur wanprestasi resiko berpindah pada debitur.
b. Dalam hal perjanjian timbal balik kreditur dapat memutuskan perjanjian.
c. Debitur harus mengganti rugi. Menurut M.Yahya
Harahap “Kewajiban ganti rugi EschadeVergoeding tidak dengan sendirinya timbul pada saat kelalaian. Ganti rugi baru efektif
menjadi kemestian debitur, setelah debitur dinyatakan lalai harus ada pernyataan lalai dari kreditur, atau dalam istilah lain dis ebut : debitur harus berada dalam
“ in gebrekke stelling “ atau “ in mora stelling “.
88
88
Ibid, hal. 61.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pasal 1238 KUH Perdata diatur tata cara pemberitahuan antara lain dilakukan :
“Si berhutang adalah lalai apabila ia dengan surat perintah atau akta sejenis itu telah dinyatakan lalai atau demi perikatannya sendiri, ialah jika
ini menetapkannya, bahwa si berhutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.”
Shanty Dewi, Legal Team PT. Permodalan Nasional Madanai Persero cabang Medan mengataka n dalam klausul perjanjian kredit di uraikan bahwa
adapun cidera janji menurut akta perjanjian pembiayaan PT. Permodalan Nasional Madani Persero disebutkan bahwa:
a. Debitur dan atau penjamin tidak memenuhi dengan tepat sesuatu ketentuan dari perjanjian ata u perjanjian lainnya yang bertalian dengan
perjanjian perjanjian ini, termasuk mengenai segala tambahan, perubahan atau perpanjangan.
b. Atas barang jaminan debitur yang akan diberikan kepada PT.
Permodalan Nasional Madani Persero dikenakan suatau sitaan atau tersangkut suatu perkara atau menurut penilaian PT. Permodalan
Nasional Madani Persero telah susut, baik fisiknya maupun nilainya hingga berkurangnya nilai sebagai jaminan debitur terhadap PT.
Permodalan nasional madani Persero.
c. Jika fasilitas pembiayaan yang terhutang dipergunakan oleh debitur untuk tujuan lain dari maksud sebenarnya fasilitas pembiayaan
diberikan. d. Debitur dan atau penjamin menghentikan usaha -usahanya.
e. Debitur danatau penjamin tidak bebas lagi untuk mengurus sendiri harta kekayaaannya onbekwaam.
f. Debitur dana atau penjamin dibubarkan atau dilikuidasi.
g. Debitur dan atau penjamin mengajukan atau diajukan permohonan untuk atau dinyatakan dalam keadaan pailit atau untuk memperoleh
penundaan pembayaran surseanse van betaling atau untuk ditaruhnya dibawah pengampuan ondercuratele gesteld.
Universitas Sumatera Utara
h. Menurut penilaian PT. Permodalan Nasional Madani Persero bertalian dengan keadaan perekonomian atau iklim perbankan dirasa
perlu diakhiri perjanjian ini, i.
Jika terjadi perubahan dalam susunan dan komposis i saham BPR atau perubahan anggaran dasar debitur, tanpa pemberitahuan tertulis
kepada PT. Permodalan Nasional Madani Persero.
89
Jika terjadi ingkar janji atau wanprestasi maka pihak yang berpiutang kreditur dapat menuntut yang berhutang debitur yang lalai, antara lain sebagai
berikut : a. Meminta pelaksanaan perjanjian, walaupun pelaksanaan tersebut
terlambat nakomen . b. Dapat meminta penggantian kerugian saja, yaitu kerugian yang
dideritanya, karena perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan ata u dilaksanakan tetapi tidak sebagaimana mestinya scade vergoeding .
c. Dapat menuntut pelaksanaan perjanjian disertai dengan penggantian kerugian yang diderita olehnya sebagai akibat terlambatnya
pelaksanaan perjanjian. d. Dalam hal suatu perjanjian yang me letakkan kewajiban timbal balik,
kelalaian suatu pihak memberikan hak pada pihak yang lain untuk meminta pada hakim supaya diadakan pemutusan perjanjian disertai
dengan permintaan penggantian kerugian ontbinding .
90
Juraini Sulaiman, Kepala Bidang pela yanan Hukum Departemen H ukum dan Hak Asasi Manusia M engatakan bahwa :
”Dalam undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia pasal 15 ayat 1, 2 dan 3 dijelaskan bahwa:
1 Dalam sertifikat jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat
1 dicantumkan kata- kata ” DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”. 2 Sertifikat jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
89
Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal Team PT. Permodalan Nasioal Madani Persero cabang Medan. Pada hari Rabu tanggal 27 Juli 2011
90
Mariam Daruz Badrulzaman, Loc. Cit, hal. 21.
Universitas Sumatera Utara
3 Apabila debitur cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri.
Pasal diatas memberi penjelasan bahwa kreditur pemegang sertifikat jaminan fidusia mempunyai kedudukan yang diu tamakan dari kreditur lainnya.
Dalam pasal 29 undang-undang jaminan fidusia tentang eksekusi jaminan fidusia dijelaskan bahwa:
1 Apabila debitur atau pemberi fidu sia cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan den gan cara:
a. Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat 2 oleh penerima fidusia;
b. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuatan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta
mengambil pelunasan piutang nya dari hasil penjualan; c. Penjualan
dibawah tangan
yang dilakukan
berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara
demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.
2 Pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf c dilakukan setelah lewat waktu 1 satu bulan sejak di ber itahukan secara
tertulis oleh pemberi fidusia kepada pihak -pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 dua surat kabar yang beredar di daerah
yang bersangkutan.
Pasal menggambarkan bahwa Undang -undang Fidusia nomor 42 tahun 1999 menjamin kreditur penerima jaminan fidusia atas segala kelalaian, cidera
janji yang dilakukan oleh debitur Dari uraian pasal 29 Undang -undang Jaminan Fidusia diatas sangat jelas
menerangkan bahwa apabila debitur cidera janji maka sebagai kreditur yang memiliki hak yang diutamakan atas benda objek jaminan fidusia sebagai objek
jaminan kredit dan kreditur berhak melakukan eksekusi atas benda yang menjadi objek jaminan kreditpembiayaan. Tetapi pasal ini tidak menjelaskan dengan jelas
Universitas Sumatera Utara
bagaimana pelaksanaan eksekusi apabila terjad wanprestasi debitur dengan jaminan cessie tagihan piutang. Hal ini menimbulkan kesulitan dan kekhawatiran
debitur atas perjanjian dengan objek jaminan cessie tagihan pi utang. Melihat fakta diatas diperlukan suatu peraturan yang khusus untuk mengatur tata cara
bagaimana eksekusi atas objek jaminan cessie tagihan piutang apabila debitur wanprestasi.
2. Nilai Cessie Tagihan Piutang Yang Cenderung Berubah .