1. Atas kapal-kapal Indonesia yang berukuran paling sedikit 20 m3 isi kotor dapat didaftar dalam register kapal menurut ketentuan -ketentuan
yang di tetapkan dalam suatu ordonansi tersendiri. 2. Atas kapal-kapal yang didaftar dalam register kapal -kapal dalam
pembangunan dan kapal dalam andil -andil seperti itu dapat dibeba ni dengan hipotik.
Dari bunyi pasal diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa bahwa syarat - syarat pembebanan hipotik atas kapal laut adalah :
a. Kapal tersebut adalah kapal laut I ndonesia dan tidak berlaku untuk kapal asing.
b. Berukuran paling sedikit 20 m3 isi kotor. c. Telah terdaftar dalam register kapal Indonesia di syahbandar tempat kapal
tersebut pertama kali bersandar. Kapal laut yang dimaksud dalam pasal ini dianggap sebagai benda tetap
tidak bergerak apabila kapal telah terdaftar. Apabila kapal terse but belum terdaftar dalam register pendaftaran kapal Indonesia maka kapal laut tersebut
dapat dibebankan dengan jaminan fidusia. Sedangkan dalam hal pesawat terbang sebagai jaminan dapat dibebankan dengan hipotik.
C. CESSIE SEBAGAI JAMINAN KEBENDAAN DALAM PERJANJIAN
KREDITPEMBIAYAAN 1. Pengertian Umum Cessie
KUHPerdata tidak mengenal istilah Cessie, tetapi di dalam pasal 613 KUHPerdata disebutkan bahwa:
1. Penyerahan akan piutang -piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan memb uat sebuah
akta otentik atau dibawah tangan, dengan mana dengan mana
Universitas Sumatera Utara
hal-hak atas kebendaan tersebut dilimpahkan kepada orang lain.
2. Penyerahan yang demikian bagi siberutang tiada akibat, melainkan setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya,
atau secara tertulis disetujui dan diakui. 3. Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakukan
dengan menyerahkan surat itu; penyerahan tiap -tiap piutang karena surat-surat tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat
disertai dengan endosmen.
Dari pasal 613 ayat 1 satu KUHPerdata diatas dapat dilihat dua hal bahwa disana disebutkan dua jenis penyerahan tagihan yaitu tagihan atas nama
dan penyerahan tagihan atas nama yang bukan berupa tagihan atas nama. Rachmad setiawan dan J satrio berpendapat bahwa :
”Cessie merupakan istilah yang diciptakan oleh doktrin, untuk menunjukan kepada tindakan penyerahan tagihan atas nama, sebagai mana yang diatur oleh
pasal 613 KUHPerdata penyerahannya dilakukan dengan membuat akta penyerahan tagihan piutang atas nama yang disebut akt a cessie.
Namun karena pasal 613 sekaligus mengatur tentang penyerahan tagihan atas nama dan benda-benda tak bertubuh lainnya, maka orang sedikit tidak jeli
untuk membedakan benda tak bertubuh lainnya. Penyerahan benda tak bertubuh lainnya memang sama den gan penyerahan tagihan atas nama, dilakukan dengan
membuat akta, tetapi dalam doktrin tidak disebutkan sebagai akta cessie. Ini perlu dibedakan sebab kalau tidak dibedakan, maka kita bisa lagi mengatakan, bahwa
cessie selesai dalam arti objek
cessie telah beralih kedalam pemilikan cessionaries dengan ditanda tanganinya akta cessie, sebab penyerahan saham
sebagai benda tak bertubuh melalui akta penyerahan, dengan ditandatangan akta penyerahan saham, belum meng alihkan hak milik atas saham yang bersangkuta n
kepada pembelinya, karena untu k itu masih diperlukan balik nama dalam daftar saham.”
55
Dari pendapat diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa istilah cessie yang diciptakan doktrin diperuntukan untuk tindakan penyerahan tagihan atas
nama.
55
Rachmad Setiawan, Op.Cit, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pasal 613 diatur dua hal pokok, yaitu penyerahan tagihan atas nama dan penyerahan benda tak bertubuh lainnya. Adapun yang dimaksud dengan
benda tak bertubuh lainnya adalah benda tak bertubuh yang bukan berupa tagihan atas nama dan bahkan yang bukan berupa tagihan. Sebab penyerahan tagihan atas
tunjuk aan toonder dan tagihan kepada order me mpunyai cara penyerahan sendiri, sebagimana diatur dalam pasal 613 ayat 3 KUHPerdata.
Wirjono Prodjodikoro dalam Rachmadi Usman berpendapat bahwa : ”Untuk jelasnya, ada baiknya kita sepakati dulu istilah tagihan atas nama. Tagihan
tertentu disebut tagihan atas nama, berdasarkan ciri, krediturnya tertentu dan diketahui dengan baik oleh debitur”. Sedangkan J.Satrio dalam Rachmadi Usman
berpendapat : tagihan Order adalah tagihan -tagihan yang menunjuk orang tertentu kepada siapa tagihan harus dilunasi, tetapi disertai dengan hak untuk
memindahkan kepada orang lain melalui endosmen. Sedangkan tagihan-tagihan yang krediturnya sengaja dibuat, demi untuk memudahkan pengalihannya tidak
tertentu. Untuk mudahnya orang menyebut tagihan atas nama sebagai semua tagihan yang bukan tagihan kepada order dan juga bukan tagihan atas tunjuk atau
aan toonder”. Perlu di ingat, bahwa benda tak bertubuh diluar tagihan atas nama, seperti yang disebutkan dalam pasal 613 KUHPerdata, tentunya bukan berupa
tagihan. Contohnya adalah saham perseroan.
56
Rachmad Setiawan berpendapat bahwa pada dasarnya cessie bukanlah merupakan lembaga jaminan seperti halnya hipotikcreditverband, gadai atau
fidusia. Namun dalam praktek pemberian kredit perbankan selama ini, cessie banyak dipergunakan untuk menjanjikan pengalihan suatu piutangtagihan yang
dijadikan jaminan suatu kredit.
57
Setelah di undangkannya Undang -Undang Nomor 42 tahun 1999, tentang jaminan fidusia cessie tagihan piutang sebagai benda jaminan masuk kedalam
ranah fidusia. Hal ini terdapat dalam ketentuan pasal 1 angka 2 Undang -Undang
56
Ibid.
57
Ibid, hal 50.
Universitas Sumatera Utara
Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia memberi definisi tentang jaminan fidusia yaitu :
“Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya
bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak
tanggungan yang tetap berada dalam pe nguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lain”.
Dari bunyi pasal diatas sangat jelas tersurat bahwa sebagai benda bergerak tidak berwujud, tagihan piutang cessie adalah merupakan benda objek
jaminan yang diikat dengan jaminan fidusia. Dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 ini juga di
sebutkan bahwa: ”Undang-Undang ini Tidak berlaku terhadap:
1. Hak tanggungan yang berkaitan dengan tan ah dan bangunan, sepanjang peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas
benda-benda tersebut wajib didaftar; 2. Hipotek kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 dua puluh
M3 atau lebih; 3. Hipotek atas pesawat terbang dan;
4. Gadai”.
Cessie tagihan piutang tidak disebutkan dalam pengecualiaan yang tidak berlaku terhadap Undang -Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Dapat disimpulkan bahwa cessie tagihan piutang sebagai jaminan masuk kedalam jaminan yang bisa dibeb ankan jaminan fidusia.
Universitas Sumatera Utara
2. Kedudukan Hukum Cessie a. Cessie Sebagai Objek Jaminan.