37
BAB II KEDUDUKAN HUKUM CESSIE TAGIHAN PIUTANG SEBAGAI OBJEK
JAMINAN KREDITPEMBIAYAAN
A. Tinjauan Umum Perjanjian Kredit.
Pengertian Perjanjian kredit tidak ada diatur secara tegas dalam undang- undang. Baik itu Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang per ubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan maupun dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Para ahli berpendapat bahwa perjanjian kredit sangat mirip dengan perjanjian pinjam meminjam menurut pasal 1754 KUHPerdata yang berbunyi:
” Perjanjian pinjam meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang -
barang yang menghabis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama da ri
macam dan keadaaan yang sama pula”
Sedangkan Sutan Remy S jahdeini berpendapat bahwa ”P erjanjian kredit bukanlah perjanjian rill seperti halnya perjanjian pinjam meminjam. Bahwa
perjanjian kredit memiliki pengertian secara khusus yaitu bahwa perjanjian kredit adalah perjanjian antara bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur
mengenai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
Universitas Sumatera Utara
yang mewajibkan debitur untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tetentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
40
Melihat bunyi pendapat di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa dalam hal perjanjian kredit terdapat persetujuan dengan mana pihak kreditur
menyediakan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu dala m jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan, kepada pihak debitur dengan
syarat bahwa debitur akan mengembalikan hutangnya disertai jasa bunga, imbalan atau pembagian keuntungan.
Hermansyah berpendapat bahwa: ”Perjanjian Kredit adalah perjanjian poko k principal yang bersifat rill. Sebagai
perjanjian principal, maka perjanjian jaminan adalah accesornya. Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan adalah bergantung pada perjanjian pokok, arti rill
ialah bahwa perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan ua ng oleh bank kepada debitur.
41
Dari pendapat yang dikemukakan diatas maka bisa diambil sebuah kesimpulan bahwa definisi perjanjian kredit dapat diartikan sebuah perjanjian
pokok prinsipal yang bersifat formil dan rill, maksudnya perjanjian kredit bersifat formil dan penyerahan uangnya bersifat rill.
Dalam pemberian kredit kepada debitur ada asas -asas yang harus di perhatikan oleh bank yaitu:
1. Character watak
40
Sutan Remy Sjahdenie, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang seimbang bagi para Pihak dalam Perjanjian Kredit . Jakarta, 1993 Institut bankir Indonesia. hal. 14.
41
Hermansyah, Edisi Revisi Hukum Perbankan Nasional Indonesia , Kencana Prenada Media Group. Hal. 71.
Universitas Sumatera Utara
yaitu watak dari pemohon kredit, apakah akan dipercaya, apakah orang tersebut betul-betul mempergunakan kredit seperti apa yang di maksud.
2. Capacity kemampuan yaitu apakah pemberian kredit itu akan membawa manfaat yang
menguntungkan bagi pihak yang meminjam dan apakah ini akan membawa hasil baik bagi usahanya.
3. Capital modal yaitu bahwa pemohon k redit itu mempunyai usaha dan telah tersedia
modal yang menurut perhitungan ekonomi memungkinkan hal itu. 4. Collateral jaminan
yaitu uang yang di pinjamkan kepada debitur betul betul akan di kembalikan dan bila terjadi hal -hal yang negatif terhadap usahany a ada
jaminan yang positif sehingga kreditur tidak merasa dirugikan.
5. Condition of economic kondisi ekonomi yaitu masa depan usaha yang akan di biayai oleh bank dengan kredit
tersebut menunjukan gambaran positif yang akan menguntungkan.
42
Perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan dan pelaksanaan perjanjian kredit tersebut, maka
perjanjian kredit sangat perlu mendapat perhatian yang khusus baik oleh lembaga pembiayaan sebagai kreditur maupun oleh debitur melihat b erkaitan dengan itu
perjanjian kredit mempunyai fungsi: 1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjia n pokok
2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan -batasan hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur.
3. Perjanjian kredit berfungs i sebagai alat untuk melakukan monitoring.
43
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut:
42
Marhainis Abdul Hay, Op.Cit. hal. 153.
43
Hermansyah, Op.cit ,hal. 72.
Universitas Sumatera Utara
a. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang. b. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu linta u ang.
c. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang. b. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.
c. kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. d. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.
44
Di pandang dari sisi lembaga pemb iayaan atau bank sebagai kreditur, fungsi kredit penting bagi kelangsungan usaha lembaga pembiayaanbank karena
sebagai keuntungan diperoleh pendapatan bunga. Perjanjian kredit diatur dalam Kitab undang -undang hukum perdata,
Undang-Undang Nomor 7 tahun 199 2 dan Undang-Undang Perubahan yaitu Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Undang -Undang Perbankan.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak memuat suatu larangan terhadap subjek hukum untuk membuat perjanjian dalam suatu bentuk tertentu
yang mereka inginkan. Asalkan memenuhi syarat sahnya sebuah perjanjian berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata, kecuali perjanjian itu adalah perjanjian
tertentu yang harus dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan karena perjanjian ini berfungsi sebagai alat pembuktian untuk ke depa nnya.
Berdasarkan surat keputusan Direksi Bank Indonesia N omor 277UPPB tanggal 31 Maret 1997 tentang kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan kebijakan
Perkreditan Bank bagi Bank umum yang menyatakan bahwa ”Setiap kredit yang
44
Thomas Suyatno, Dasar-dasar Perkreditan, Jakarta , PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1992. hal 16-17.
Universitas Sumatera Utara
telah di setujui dan di sepakati permohonan kreditnya dituangkan dalam perjanjian kredit akad kredit secara tertulis”.
Dalam praktek perbankan, perjanjian yang dibuat secara tertulis dibedakan menjadi dua bentuk perjanjian, yaitu:
1. Akta dibawah tangan dan, 2. Akta otentik.
45
Dalam hal perjanjian kredit dengan akta dibawah tangan adalah merupakan perjanjian kredit yang dibuat oleh kreditur bank atau lembaga
pembiayaan yang telah disetujui dan ditanda tangani oleh debitur yang selanjutnya dimintakan legalisasi dari perjanjian kredit tersebut ke notaris yang di
tunjuk oleh debitur. Biasanya perjanjian kredit dibawah tangan dibuat untuk plafond kredit yang kecil dan biasanya untuk kredit konsumtif atau perorangan.
Sedangkan perjanjian kredit dengan akta otentik di buat dan ditanda tangani oleh kedua pihak kreditur dan debitur dihadapan notaris yang ditunjuk.
Perjanjian kredit merupakan pengikatan antara kreditur dengan debitur yang menentukan hak dan kewajiban para pihak karena adanya pemberian
fasilitas kredit. Jika debitur menerima semua ke tentuan dalam klausula yang diperjanjikan maka ia akan menandatangani perjanjian kredit tersebut, tetapi
apabila ia menolak maka ia tidak perlu menandatangani perjanjian tersebut, dan berarti tidak terjadi kesepakatan antara kedua pihak.
45
Badriyah Harun, Opcit, hal. 24.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian kreditpembiayaan adalah perjanjian kredit dengan jaminan secured loan. Adanya jaminan ini disyaratkan oleh bank dan lembaga
pembiayaan untuk dikabulkannya permohonan pemberian fasilitas kredit pembiayaan kepada calon debitur.
Bagi lembaga keuangan pemberi kre dit khususnya lembaga pembiayaan, jaminan dalam hubungannya dengan pemberian kredit adalah merupakan salah
satu syarat untuk dapat d i kabulkannya permohonan kredit. Benda Jaminan yang diberikan debitur ini bagi kreditur merupakan sebagai jaminan akan di terimanya
kembali uang yang telah di pinjamkan beserta bunganya sesuai dengan syarat - syarat yang di perjanjikan dalam perjanjian kredit.
Dalam Pasal 2 ayat 1 satu surat keputusan Direksi Bank Indonesia nomor 2369KEPDIR tanggal 28 Februari 1991 tentan g jaminan pemberian
kredit, memberi pengertian bahwa yang dimaksud dengan jaminan dalam hal ini adalah ”Suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit
sesuai dengan yang diperjanjikan”, sedangkan yang dimaksud dengan agunan menurut pasal 1 butir 23 dua puluh tiga U ndang-undang nomor 10 tahun 1998
adalah ”Jaminan tambahan yang diserahkan kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan”.
Thomas Suyatno mengemukakan bahwa, ”Jaminan secara umum dapat diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang
Universitas Sumatera Utara
untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang.
46
Penyerahan kekayaan debitur merupakan bukti kesungguhan debitur untuk mengembalikan dana yang
dipinjamkan oleh kreditur. Thomas Suyatno berpendapat bahwa kegunaan jaminan adalah untuk:
1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan barang -barang jaminan tersebut apabila nasabah
melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
2. Menjamin agar nasabah berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan unutk meninggalkan usaha atau proyeknya
dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya, dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil
terjadinya.
3. Memberi dorongan kepada debitur tertagih untuk memenuhi perjanjian kredit. Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat -syarat
yang telah di setujui agar ia tidak kehilang an kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.
47
Dalam pelaksanaan perjanjian kredit, jaminan kredit juga sebagai motivator kepada debitur supaya menjalankan usahanya secara baik, dan
menggunakan dana kredit sesuai dengan tujuan pengajuan dan pemberian kre dit, memanajemen keuangannya secara hai -hati sehingga mampu untuk memenuhi
prestasinya sampai berakhirnya perjanjian kredit dengan pelunasan sampai pada akhirnya kembalinya hak menguasai terhadap benda yang dijaminkan kepada
kreditur dalam hal ini lembaga pembiayaan. Dari definisi jaminan dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa fungsi
utama dari jaminan adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari kreditur. Dalam
46
Thomas Suyatno,dkk, Op.Cit, hal. 81.
47
Ibid, hal. 81.
Universitas Sumatera Utara
hal ini bahwa seorang calon debitur mempunyai kemampuan untuk memenuhi clausul yang telah disepakati dalam perjanjian kredit yang telah disepakati
bersama oleh para pihak.
B. Jaminan Kebendaan Dalam Perjanjian Kredit.