Latar Belakang Dr. Utary Maharany Barus, SH, MHum. 2. Chairani Bustami, SH, SPn, MKn.

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang di alami Indonesia telah menggoyahkan jalannya berbagai sektor usaha, baik itu usaha berskala besar, menengah dan bahkan kecil. Hal ini sangat mempengaruhi pembangunan ekonomi Indonesia. Pembangun an ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diharapkan dapat menciptakan masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang -Undang Dasar 1945. Tujuan tersebut di cita- citakan dan dicapai dengan adanya keter sediaan dana yang cukup bagi para pelaku usaha untuk menjalankan usahanya. Pembangunan akan terhambat apabila tidak didukung dengan sar ana dan prasarana yang memadai. K enyataan yang ada dalam masyarakat bahwa ada kelompok masyarakat yang memiliki kemampua n untuk berusaha tetapi memiliki sedikit dana atau bahkan tidak memiliki modal sama sekali. Untuk itu di butuhkan lembaga yang bertindak sebagai kreditu r yang menyediakan dana bagi mereka sebagai debitur untuk modal usaha demi kelancaran usahanya, yaitu peran serta lembaga keuangan sebagai penyandang dana guna menopang usaha para pelaku usaha. Universitas Sumatera Utara Sunaryo mengemukakan pendapatnya tentang lembaga keuangan sebagai berikut : ”Lembaga keuangan merupakan padanan istilah dari bahasa Inggris financial institusion. Sebagai badan usaha, lembaga keuangan menjalankan usahanya di bidang jasa keuangan. baik penyedia dana untuk membiayai usaha produktif maupun kebutuhan konsumtif, maupun jasa keuangan bukan pembiayaan. Jadi dalam kegiatan usahanya lembaga keuangan le bih menekan kan pada fungsi keuangan yaitu, jasa keuangan pembiayaan dan jasa keuangan bukan pembiayaan. Dengan demikian, istilah lembaga pembiayaan lebih sempit pengertiannya dibandingkan dengan istilah lembaga keuangan, lembaga pembiayaan adalah bagian dar i lembaga keuangan”. 1 Secara garis besar, lembaga keuangan dapat di klasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yaitu : 1. Lembaga keuangan Bank Bank Finance Institusion adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan dengan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian b ank tersebut dapat di ketahui bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Yang termasuk lembaga keuangan bank meliputi Bank Indonesia, Bank Umum, dan Bank Pembangunan Rakyat ”. 2 2. ”Lembaga Keuangan Bukan Bank Non Bank Financial Institution adalah badan usaha yang melakukakan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya kepada masyarakat guna membiayai investasi perusahaan. Lembaga Keuangan bukan Bank di atur dengan Undang-undang yang mengatur masing -masing bidang jasa keuangan bukan Bank meliputi, asuransi, pegadaian dan pen siun, reksadana, dan bursa efek ”. 3 3. ”Lembaga Pembiayaan Financing Institution adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari 1 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan , Sinar grafika, Jakarta, 2007, hal.1-2. 2 Ibid, hal 10. 3 Ibid, hal 11. Universitas Sumatera Utara masyarakat. Yang dapat melakukan kegiatan dalam lembaga pembiayaan adalah Bank, lembaga keuangan bukan bank dan perusahaan pembiaya an. Pasal 9 ayat 2 keputusan M entri keuangan Republ ik Indonesia Nomor 1251KMK.0131988 menyatakan bahwa perusahaan pembiayaan sebagaimana di sebutkan di atas harus berbentuk badan hukum P erseroan Terbatas atau Koperasi”. 4 Di Sumatera Utara, tepatnya di kota Medan terdapat kantor cabang Lembaga Pembiayaan yang bergerak dalam bidang Pembiayaan yang memberi solusi pembiayaan pada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi UMKMK bernama PT. Permodalan Nasional Madani Persero yang didirikan di Jakarta berdasarkan TAPXVIMPR1998, letter of intent IMF tanggal 16 Maret 1999, PP No.3899 tanggal 25 Mei 1999 dan akte Notaris No.I tanggal 1 Juni 1999 yang mendapat pengesahan Mentr i Kehakiman Republik Indonesia N o C-11.609.HT.01.01.TH 99 tanggal 23 Juni 1999, hal ini dapat dilihat dalam Company Profile perusahaan tersebut. Company profile PT.Permodalan Nasional Madani Persero menjelaskan bahwa : 1. PT. Permodalan Nasional Madani Persero atau disebut juga PNM merupakan salah satu Lembaga Pembiayaan yang ada di Indon esia, PNM adalah sebuah lembaga keuangan khusus yang sahamnya 100 milik pemerintah, didirikan di Jakarta berdasarkan TAPXVIMPR1998, letter of intent IMF tanggal 16 maret 1999, PP No.3899 tanggal 25 Mei 1999 dan akte Notaris No.I tanggal 1 Juni 1999 y ang mendapat pengesahan Mentri Kehakiman Republik Indonesia no C -11.609.HT.01.01.TH 99 tanggal 23 Juni 1999. dari modal dasar perseroan ini sebesar Rp.1,2 triliyun, telah di tempatkan dan disetorkan sebesar 300 milyar. 2. Tugas utama PT. Permodalan Nasional M adani PerseroPNM adalah memberikan solusi pembiayaan pada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan 4 Ibid, hal 12. Universitas Sumatera Utara Koperasi UMKMK dengan kemampuan yang ada berdasarkan kelayakan usaha serta prinsip ekonomi pasar. Dengan pengembangan model lembaga keuangan alternative maka pendekatan pembiayaan yang dilakukan PNM tidak seperti pendekatan perbankan. penguatan manajemen juga diberikan oleh PNM sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan penguatan permodalan. Dalam operasinya, kebijakan PNM ini bekerja sama dengan lembag a-lembaga keuangan seperti lembaga Modal Ventura, B ank umumSyariah, koperasi simpan pinjam, BPRS, maupun lembaga keuangan Mikro syariah lainya di seluruh Provinsi Indonesia. 3. Sumber pembiayaan yang disalurkan PNM berasal dari modal pemerintah, dan kini dalam penjajakan untuk memperoleh pinjaman dalam dan luar negeri, sumber pembiayaan yang berasal dari investor lokal dan luar negeri dapat dihimpun oleh PNM melalui pengelolaan dana investasi oleh unit usaha PNM Investment Management. 4. Sesuai SK Mentri Keua ngan RI No.487KMK.0171999, PNM telah di tetapkan menjadi salah satu BUMN Koordinator Penyalur Kredit Program eks KLBI yang sebelumnya dilaksanankan oleh Bank Indonesia. 5. Dengan dukungan pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia, PT. Permodalan Nasional Madani persero di kelola dengan prinsip -prinsip profesionalisme, transparansi, dan Good corporate governance siap melangkah memasuki era Indonesia b aru, menuju masyarakat madani yang di cita-citakan. 5 Guna meningkatkan perekonomian masyarakat maka PT. Permodalan Nasional Madani Persero memberikan bantuan pinjaman kepada Perseorangan melalui unit layanan modal mikro UlaMM dan Badan Usaha melalui perantara Bank Perkreditan Rakyat dan Koperasi. Dalam menjalankan kegiatannya dibidang penyaluran pembiay aankredit, maka lembaga pembiayaan PT. Permodalan Nasional Madani Persero dihadapkan pada permasalahan resiko, yaitu resiko pengembalian kreditpembiayaan sehubungan dengan adanya jangka 5 Company Profile PT.Permodalan Nasional Madani Persero, website wwwpnmcoid.indonetwork.co.idpt -pnm-persero.htm. diakses tanggal 14 M aret 2011 . Universitas Sumatera Utara waktu antara pencairan kredit dengan pembayaran kembali, ini berar ti semakin lama jangka waktu kredit semakin tinggi pula resiko kredit tersebut. PT. Permodalam Nasional Madani Persero adalah penyedia dana kreditur, atas Usaha Mikro, Kecil, Menengah UMKM yang disalurkan melalui Bank Perkreditan Rakyat dan Koperasi yang merupakan program pemerintah untuk memajukan usaha kecil, menengah. Sedangkan jaminan yang diberikan debitur BPR dan Koperasi kepada PT. Permodalan Nasional Madani Persero umumnya berupa cessie tagihan piutang. Oleh karenanya, dalam hal cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan dalam penelitian ini yang menjadi debitur adalah Bank Perkreditan Rakyat yang telah berbadan hukum . PT. Permodalan Nasional Madani Persero sebagai kreditur, dan BPR dan Koperasi yang menyalurkan dana PT. Permodalan Nas ional Madani Persero kepada usaha mikro kecil dan menegah UMKM sebagai debitur dalam pelaksanaan pembiayaan telah saling sepakat untuk mengikatkan diri dalam sebuah perjanjian pembiayaan sebagai perjanjian pokoknya yang diikuti dengan perjanjian penyerahan jaminan yaitu hak dan kekuasaan atas benda yang diserahkan kepada kreditur sebagai jaminan hutang. Kesepakatan itu merupakan awal dari lahirnya perjanjian hutang piutang perjanjian pembiayaankredit. Jaminan pada dasarnya dapat berupa jaminan kebend aan benda bergerak maupun benda tidak bergerak dan jaminan perseorangan. Universitas Sumatera Utara Setelah lahirnya perjanjian hutang piutang perjanjian pembiayaan antara kreditur dan debitur, maka akan menimbulkan hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yaitu kreditur mempu nyai kewajiban untuk menyerahkan dana yang dijanjikan kepada debitur dengan hak menerima kembali dana yang dipinjamkan tersebut pada waktu yang telah disepakati kedua belah pihak, dan dilain pihak debitur berhak menerima dana yang diperjanjikan dengan kred itur dengan kewajiban untuk memenuhi pengembalian dana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Dalam perjalanan perjanjian kreditpembiayaan, permasalahan akan timbul ketika pihak debitur lalai atau bahkan tidak mampu melakukan pembayaran atau pengem balian dana yang dipinjamnya kepada pihak kreditur. Debitur yang lalai atau bahkan tidak mampu membayar hutangnya kepada keditur ini biasanya karena dia mengalami kerugian sehingga debitur cidera janji dan melanggar kesepakatan yang telah mereka buat. Untu k mencegah hal tersebut kreditur sebagai penyedia dana biasanya akan meminta jaminan kepada debitur sebagai jaminan pengembalian hutang. Kitab Undang-undang Hukum Perdata, mengenai ketentuan umum tentang Jaminan atau agunan terdapat dalam pasal 1131 KUHPer data yang menentukan : Universitas Sumatera Utara “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perse orangan”. Pasal ini memberi jaminan kepada kreditur b ahwa segala kebendaan siberhutang baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari merupakan benda jaminan untuk pelunasan kredit. Selanjutnya Dalam pasal 1132 KUHPerdata disebutkan: “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama -sama bagi semua orang yang menghutangkan kepadanya; pendapatan penjualan dari benda -benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”. Pasal diatas menerangkan bahwa adanya kreditur preferen yaitu kreditur yang didahulukan diantara kreditur -kreditur yang lain jika krediturnya lebih dari satu. Pengaturan mengenai cessie tagihan piutang diatur dalam Pasal 613 ayat 1 KUHPerdata yang menentukan sebag ai berikut : “Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya di lakukan den gan jalan membuat sebuah akta o tentik atau akta di bawah tangan dengan mana hak atas kebendaan itu di limpahkan kepada orang lain”. Melihat bunyi pasal di atas dalam hukum perdata dikenal adanya penyerahan hak-hak piutang atas nama, dan khusus benda -benda bergerak Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan cessie. pengalihan piutang atas nama atau cessie sendiri merupakan suatu penggantian orang berpiutang lama cedent, dengan seseorang yang berpiutang baru cessionaries. Berdasarkan pasal 613 ayat 1 KUHPerdata, maka dikenal 3 tiga jenis piutang yaitu: 1. Piutang atas bawa yaitu penyerahannya dilakukan dengan menyerahkan surat piutang tersebut. 2. Piutang atas tunjuk yaitu penyerah annya dilakukan dengan diserahkannya surat piutang tersebut disertai endosmen. 3. Piutang atas nama yaitu penyerahannya di lakukan dengan membuat suatu akta otentik atau akta dibawah tangan. Selanjutnya dalam cessie dikenal syarat yang harus dipenuhi dianta ranya adalah: Cessie dapat dilakukan melalui : 1. akta otentik. 6 2. akta dibawah tangan. 7 Syarat utama keabsahan cessie adalah pemberitahuan cessie tersebut kepada pihak terhutang untuk disetujui dan diakuinya. Pihak terhutang disini adalah pihak terhadap man a si berpiutang memiliki tagihan. 6 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan , Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm.87. Akta otentik adalah suatu akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu, merupakan bukti yang lengkap a ntara pihak dari para ahli warisnya, dan mereka yang mendapatkan hak dari padanya tentang yang tercantum didalamnya, dan bahkan sebagai pemberitahuan belaka, akan tetapi yang terakhir ini hanya diberitahukan itu berhubungan langsung dengan perihal pada a kta itu. Lihat HIRRBG pasal 165 . 7 Akta bawah tangan Adalah akta yang dibuat tidak oleh atau tanpa perantara seorang pejabat umum, melainkan dibuat dan ditanda tangani sendiri oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Lihat pasal 1896 KUHPerdata. Universitas Sumatera Utara Perjanjian kredit antara lembaga pembiayaan dengan d ebitur adalah perjanjian kredit dengan jaminan secured loan . Jaminan yang di berikan untuk suatu kredit dapat terdiri atas : 1. Jaminan barang, baik barang tetap maupun barang tidak tetap bergerak. 2. Jaminan pribadi borgtocht yaitu suatu perjanjian dimana pihak borgt menyanggupi pihak lainnya kreditur bahwa ia menjamin pembayarannya suatu utang apabila si terutang debitur tidak menepati kewajibannya. 3. Jaminan efek-efek saham, obligasi, dan sertifikat yang di daftar listed di bursa efek-efek. 8 Jaminan-jaminan tersebut meliputi jaminan pokok dan jaminan tambahan. Semua jaminan yang di cant umkan sebagai jaminan kredit dapat di ikat secara notariel, yang mana di je laskan mengenai jenis, nama barang, jumlah, harga taksasi tiap-tiap jaminan tersebut, dan atau pihak ketiga yang di mintai bantuan. Adapun bentuk-bentuk jaminan kredit antara lain; 9 1. Benda tidak bergerak; t anah, tanah dan bangunan, mesin -mesin yang tertanam di dalam tanah. 2. Benda bergerak; kendaraan bermotor, kapal laut dibawah 20 m ³, inventory dan alat-alatperalatan industri. 3. Surat berharga; deposito, saham, obligasi, commercial paper , tabungan dan lain-lain. 4. Benda tidak berwujud; piutang, hak paten, hak atas kekayaan intelektual. 5. Pertanggungan pihak ketiga; personal Guarantee jaminan pribadi, coorporate guarantte jaminan perusahaan, dan perusahaan penjaminan kredit. 8 Thomas Suyatno, dkk. Dasar-dasar Perkreditan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1992, hal, 27. 9 Bahan Training BPR Group NBP oleh PT. Permodalan Nasional Madani Persero. Universitas Sumatera Utara Badriyah Harun mengemukakan pendapatnya tentang jaminan kredit bahwa : “Dalam pengikatan jaminan kredit, keberadaan perjanjian pengikatan jaminan kredit adalah bersifat tambahan accesoir. Keberadaannya tergantung pada perjanjian pokoknya, yaitu perjanjian kredit. Sehingga sebelum perjanjian pengikatan jaminan kredit dibuat, maka perj anjian kredit harus terlebih dahulu ada. Akibat hukumnya adalah apabila perjanjian kredit hapus, maka perjanjian pengikatan jaminan hapus juga. Tetapi tidak demikian halnya bila perjanjian pengikatan jaminan berakhir karena sebab barang yang dijanjikan mus nah, maka perjanjian kredit tidak ikut berakhir”. 10 Pada dasarnya cessie bukanlah merupakan suatu lembaga jaminan seperti halnya hipotikcreditverband, gadai atau fidusia. Namun dalam praktek pemberian kredit perbankan selama ini, cessie banyak dipergunak an untuk menjanjikan pengalihan suatu piutangtagihan yang dijadikan jaminan suatu kredit. 11 Dalam perkembangannya, sejak diundangkannya Undang -undang No 42 Tahun 1999 mengenai jaminan Fidusia maka cessie masuk sebagai benda jaminan yang diikat dengan lemb aga jaminan fidusia. Hal ini terlihat dalam pasal 1 ayat 2 undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia yang berbunyi: “Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam undang -undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fiduisa terhadap kreditor lain”. 10 Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Pustaka yustisia, Jakarta 2010, hal, 19. 11 Rachmad Setiawan, dkk, Penjelasan Hukum Tentang Cessie , Nasional Legal Reform Program, Jakarta, 2010, hal, 50. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pasal 9 ayat 1 Undang -undang No 42 Tahun 1999 mengenai jaminan Fidusia yang berbunyi sebagai berikut : “Jaminan fidusia dapat diberikan terhadap satu atau l ebih satuan atau jenis benda, termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun yang di peroleh dikemudian”. Cessie tagihan piutang sebagai jaminan , pada pelaksanaan perjanjian kredit di PT. Permodalan Nasional Madani Persero dalam pelaksanaannya pada masa pembiayaankredit, jaminan Cessie tagihan piutang tersebut akan mengalami perubahan karena Cessie tagihan piutang yang ada pada debitur akan terus berkurang karena adanya pembayaran dari pihak debitur pemilik tagihan, sedangkan seharusnya nilai jaminan yang ada tidak boleh berubah -ubah dan harus sesuai dengan pokok pokok yang telah di perjanjikan. Atau dengan kata lain nilai cessie tagihan piutang harus sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akta perjanjian pembiayaan. Contohnya: Debitur BPRkoperasicedent memiliki Total nilai Nominal agunan cessie tagihan piutang dalam daftar tagihan piutang sebesar Rp.1000.000.000,- satu milyar yang merupakan daftar cessie tagihan piutang dari BPRKoperasi yang telah ada exist, dalam masa pembiayaanperkreditan jumlah Rp.1000.000.000, - satu milyar tersebut akan berkurang karena bisa saja ada dari debitur koperasi atau BPRcessus melakukan pelunasan. Hal ini mengakibatkan jaminan yang diberikan BPRKoperasi selaku debitur PT. Permod alan Nasional Madani Persero cessionaries menjadi berkurang nilai nominalnya. Padahal nilai agunan kredit harus tetap dan tidak boleh berubah jumlah nominalnya. D alam waktu 6 bulan akibat adanya pembayaran hutang dari cessus maka cessie tagihan piutang yang semulanya Rp.1.000.000.000, - satu milyar m enjadi Rp.800.000.000,- delapan ratus juta Rupiah maka hal ini sangat Universitas Sumatera Utara berisiko bagi PT. Permodalan Nasional M adani Persero dalam memberikan kredit. Resiko berkurangnya jumlah tagihan piutang sebagai jaminan tersebut dapat terjadi karena adanya pelunasan dari debitur cessus kepada BPRKoperasi cedent, dan bukan karena cedent BPRKoperasi tidak memenuhi prestasinya wanprestasi kepada cessioneries PT. Permodalan Nasional Madani Perserokreditur baru. Dengan adanya perubahan nilai jaminan tersebut sangat berisiko bagi PT. Permodalan Nasional Madani Persero dalam memberikan kredit dengan jaminan cessie tagihan piutang sebagai jaminan. Dari fakta-fakta yang terjadi dapat kita lihat yaitu : 1. Bahwa ketika cedent debitur baru tidak memberikan atau lalai dalam memberikan informasi atas perubahan daftar tagihan piutangnya kepada cessioneriesPT. Permodalan Nasional Madani Persero sehingga cessionaries tidak mengetahui bahwa telah terjadi perubahan daftar tagihan piutang. Sehingga cessionaries tidak mengetahui perubahan daftar tagihan hutang tersebut, sehingga nilai nominal jaminannya menjadi berkurang. Padahal nilai jaminan tidak boleh berkurang dari yang di tetapkan. 2. Bahwa jika terjadinya wanprest asinya cessus debitur lama kepada cedent debitur baru mengakibatkan cedent tidak dapat memenuhi prestasinya terhadap cessionaries, karena nilai nominal agunan telah Universitas Sumatera Utara berkurang, Dalam hal ini tidak terjadi perubahan daftar tagihan piutang tetapi terjadi wanprestasi cessus kepada cedent yang menyebabkan tidak dapat di penuhinya prestasi cedent kepada cessionaries. PT. Permodalan Nasional Madani Persero sebagai sebuah lembaga pembiayaan yang menyediakan dana bagi calon debiturnya yaitu BPR dan koperasi dalam melakukan perjanjian kredit dengan jaminan cessie tagihan piutang memiliki resiko kerugian yang cukup tinggi. Karena tagihan piutang yang digunakan sebagai jaminan pembiayaankredit itu dalam masa perjanjian kredit sewaktu-waktu akan terjadi perubahan nilai nominalnya dan nilai jaminan menjadi berkurang sebelum perjanjian pembiayaankedit berakhir. Bahwa untuk mengurangi resiko ini PT. Permodalan Nasional Madani Persero yang menggunakan cessie tagihan piutang sebagai jaminan harus menetapkan jumla h kredit jauh di bawah plafond nilai jaminan daftar tagihan piutang dan juga perlu dilakukan tindakan pengawasan oleh PT. Permodalan Nasional Madani Persero dalam hal perubahan daftar tagihan piutang. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan perlindunga n hukum bagi PT. Permodalan Nasional Madani Persero sebagai penerima fidusia tagihan piutang cessie sebagai jaminan. Dengan memperhatikan dan menyesuaikan jangka waktu kredit debitur BPR dan koperasi cedent dengan debitur yang dijadikan jaminan cessie oleh BPR dan koperasi cessus. Universitas Sumatera Utara Melihat hal ini sangat menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian tesis tentang ”RESIKO HUKUM ATAS CESSIE TAGIHAN PIUTANG SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN STUDI PADA PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI Persero CABANG MEDAN”.

B. Perumusan Masalah