hukum khususnya dalam lingkup bidang hukum perdata yang berkaitan mengenai perjanjian jasa pemborongan.
2. Diharapkan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang pelaksanaan perjanjian
jasa pemborongan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b. Kegunaan praktis Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pihak yang
bergerak dalam kegiatan jasa pemborongan khususnya dalam bidang jasa konstruksi, antara lain bagi penyedia jasa dan pemilik proyek sebagai
pengguna jasa konstruksi dalam rangka penyusunan perjanjian jasa pemborongan serta bagi pemerintah dalam rangka penyempurnaan
ketentuan peraturan
perundang-undangan yang
mengatur jasa
pemborongan khususnya dalam bidang jasa konstruksi.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Sekolah Pascasarjana,
maka penelitian dengan judul “Pelaksanaan Perjanjian Jasa Pemborongan Pekerjaan Penyediaan Air Baku antara PT. Mitha Prana Chasea dengan
Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera Utara“, belum pernah
ada yang melakukan penelitian sebelumnya. Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dijamin keasliannya dan dapat
dipertanggungjawabkan dari segi isinya.
Universitas Sumatera Utara
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah untuk menemukan suatu pengetahuan yang benar dengan menggunakan metode ilmiah, logis dan dapat
diverifikasi. Teori mempunyai peranan penting dalam setiap kegiatan penelitian ilmiah, karena setiap kegiatan ilmiah pada umumnya diawali penelusuran teori
dan membuat keputusan terakhir dengan suatu konsepsi teori. Teori adalah merupakan suatu prinsip atau ajaran pokok yang dianut untuk mengambil suatu
tindakan atau memecahkan suatu masalah. Landasan teori merupakan ciri penting bagi penelitian ilmiah untuk mendapatkan data. Teori merupakan alur penalaran
atau logika flow of reasoninglogic, terdiri dari seperangkat konsep atau variable, definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis.
11
Menurut M. Solly Lubis menyebutkan bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus
atau permasalahan problem yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang merupakan masukan
dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan.
12
Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan
menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Menurut Soerjono Soekanto, bahwa “kontinuitas perkembangan ilmu hukum,
selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.”
13
11
J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 194
12
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Madju, Bandung, 1994, hlm. 80.
13
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hlm. 6.
Universitas Sumatera Utara
Teori yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah teori Hans Kelsen tentang tanggungjawab hukum. Satu konsep yang berhubungan dengan konsep
tanggungjawab hukum. “Bahwa seseorang bertanggungjawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggungjawab hukum, berarti
dia
bertanggungjawab atas
suatu sanksi
dalam hal
perbuatan yang
bertentangan”.
14
Lebih lanjut Hans Kelsen menyatakan bahwa :”Kegagalan untuk melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum disebut kekhilapan
negligence ; dan kekhilapan biasanya dipandang sebagai satu jenis lain dari kesalahan culpa, walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena
mengantisipasi dan mengkehendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang membahayakan.”
15
Menurut teori klasik, “perjanjian adalah suatu perbuatan hukum yang berisi dua een tweezijdigde overeenkomst, yang didasarkan atas kata sepakat
untuk menimbulkan akibat hukum. Maksud dari satu perbuatan hukum yang meliputi penawaran offer, aanbod dari pihak yang satu dan penerimaan
acceptance, aanvaarding dari pihak yang lain. Akan tetapi, pandangan klasik itu kiranya kurang tepat, oleh karena dari pihak yang satu penawaran, dan dari pihak
yang lain ada penerimaan, maka ada dua perbuatan hukum yang masing-masing bersisi satu”.
16
Dalam teori sama nilai equivalent theory yang dikemukakan oleh Laesio Enormis, menyatakan bahwa, “suatu janji yang tidak diimbangi dengan sesuatu
yang equivalent sama nilainya dengan isi janji itu oleh pihak kedua lazimnya perjanjian sepihak eenzijdige overeenkomst atau abstract promise tidak
merupakan janji yang wajar, dan karenanya tidak pula mengikat.”
17
Prinsip diatas mencerminkan telah adanya rasa keadilan didalam melakukan perjanjian. “Walaupun teori tersebut ternyata bukanlah yang tumbuh
dalam hukum perjanjian kita yang bersumber dari KUH Perdata, dimana
14
Hans Kelsen sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-dasar Ilmu Hukum dan Normatif Sebagai Ilmu
Hukum Deskriptif-Empirik, BEE Media Indonesia, Jakarta, 2007, hlm. 81.
15
Ibid, hlm. 83
16
Erza Putri,
Teori-Teori Tentang
Hukum Kontrak,
http:erzaputri.blogspot.com201107teori-teori-tentang-hukum-kontrak.html, diakses tanggal 09 Juli 2011, pukul 21.43 WIB.
17
Sunarjati Hartono, Mencari Bentuk dan Sistem Hukum Perjanjian Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 305.
Universitas Sumatera Utara
dikatakan masih berasaskan kehendak bebas perseorangan, yang merupakan falsafah hidup masyarakat Eropa abad ke-19”.
18
Menurut teori kehendak suatu kontrak menghadirkan suatu ungkapan kehendak para pihak, yang diasumsikan bahwa suatu kontrak melibatkan
kewajiban yang dibebankan terhadap para pihak.
19
Teori kehendak ini dipertahankan oleh Gr. Van der Burght, yang dikenal dengan ajaran kehendak
wisleer. Menurutnya ajaran ini mengutarakan bahwa faktor yang menentukan terbentuk tidaknya suatu persetujuan adalah suara batin yang ada dalam kehendak
subjektif para calon kontrakan.
20
Para pihak dalam suatu kontrak memiliki hak untuk memenuhi kepentingan pribadinya sehingga melahirkan suatu perikatan. Pertimbangannya
ialah bahwa individu harus memiliki kebebasan dalam setiap penawaran dan mempertimbangkan kemanfaatannya bagi dirinya.
Fungsi atau arti penting kontrak dalam lalu lintas bisnis, yaitu :
21
a. Kontrak sebagai wadah hukum bagi para pihak dalam menuangkan hak dan kewajiban masing-masing bertukar konsesi dan kepentingan.
b. Kontrak sebagai bingkai aturan main. c. Kontrak sebagai alat bukti adanya hubungan hukum.
d. Kontrak memberikan atau menjamin kepastian hukum. e. Kontrak menunjang iklim bisnis yang kondusif win-win solution; efisiensi
– profit.
18
Ibid, hlm. 60.
19
Johannes Ibrahim, Cross Default dan Cross Collateral Dalam Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah, Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm. 5
20
Ibid, hlm. 6
21
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersil, Kencana Prenada Media Group Jakarta, 2010, hlm. 100.
Universitas Sumatera Utara
Istilah ”kontrak“ atau “perjanjian“ dalam sistim hukum nasional memiliki pengertian yang sama, seperti halnya di Belanda tidak dibedakan antara
pengertian “contract“ dan “overeenkomst“. Pelaksanaan perjanjian jasa borongan tentunya berhubungan erat dengan
perjanjian. Bahwa dasar hubungan yang terjadi antara pihak penyedia jasa dengan pengguna jasa tentunya berhubungan erat dengan perjanjian. Bahwa dasar
hubungan yang terjadi antara penyedia jasa pemborong dengan pengguna jasa pemilik adalah suatu perjanjian yang berarti
para pihak dalam hal ini mempunyai hak dan kewajiban. Untuk itu dalam membahas masalah perjanjian
tidak bisa lepas dari ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diatur dalam KUH Perdata khususnya Bab II Buku III yang berjudul perikatan yang lahir dari kontrak
atau perjanjian. Perjanjian dalam KUH Perdata dapat diartikan “sebagai suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lainnya atau dimana dua orang
itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.”
22
Menurut pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih”.
23
Dari pengertian perjanjian yang telah dikemukakan diatas, agar suatu perjanjian mempunyai kekuatan maka harus dipenuhi syarat sahnya perjanjian
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu :
22
Subekti, Op-Cit, hlm. 1
23
Ibid, hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
1 Syarat Subyektif, syarat ini apabila dilanggar maka perjanjian dapat dibatalkan, yang meliputi :
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
2 Syarat Obyektif, syarat ini apabila dilanggar maka perjanjian tersebut menjadi batal demi hukum, yang meliputi :
a. Suatu hal obyek tertentu b. Sebab yang halal
Kesepakatan diantara para pihak diatur dalam pasal 1321-1328 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan kecakapan dalam rangka tindakan pribadi
orang perorangan diatur dalam pasal 1329-1331 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Syarat tersebut merupakan syarat subyektif yaitu syarat mengenai subyek
hukum atau orangnya. Apabila syarat subyektif tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Sedangkan syarat obyektif diatur dalam pasal 1332-
1334 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenai keharusan adanya suatu obyek dalam perjanjian dan pasal 1335-1337 mengatur mengenai kewajiban
adanya suatu causa yang halal dalam setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Syarat tersebut merupakan syarat obyektif, apabila tidak dipenuhi maka
perjanjian batal demi hukum. Mengenai kapan suatu perjanjian dikatakan terjadi antara para pihak,
dalam ilmu hukum kontrak dikenal beberapa teori, yaitu :
24
1 Teori Penawaran dan Penerimaan
24
Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 8.
Universitas Sumatera Utara
Bahwa pada prinsipnya suatu kesepakatan kehendak baru terjadi setelah adanya penawaran offer dari salah satu pihak dan diikuti dengan
penerimaan tawaran acceptance oleh pihak lain dalam perjanjian tersebut.
2 Teori Kehendak Teori ini berusaha untuk menjelaskan jika ada kontroversi antara apa yang
dikehendaki dengan apa yang dinyatakan dalam perjanjian, maka yang berlaku adalah apa yang dikehendaki, sementara apa yang dinyatakan
tersebut dianggap tidak berlaku. 3 Teori Pernyataan
Menurut teori ini, apabila ada kontroversi antara apa yang dikehendaki dengan apa yang dinyatakan, maka apa yang dinyatakan tersebutlah yang
berlaku. Sebab masyarakat menghendaki apa yang dinyatakan itu dapat dipegang.
4 Teori Pengiriman Menurut teori ini suatu kata sepakat dapat terbentuk pada saat dikirimnya
suatu jawaban oleh pihak yang kepadanya telah ditawarkan suatu perjanjian, karena sejak saat pengiriman tersebut, si pengirim jawaban
telah kehilangan kekuasaan atas surat yang dikirimnya itu. 5 Teori Pengetahuan
Menurut teori ini, suatu kata sepakat telah terbentuk pada saat orang yang menawarkan tersebut mengetahui bahwa penawarannya tersebut telah
disetujui oleh pihak lainnya. Jadi pengiriman jawaban saja oleh pihak yang
Universitas Sumatera Utara
menerima tawaran masih dianggap belum cukup, karena pihak yang melakukan tawaran masih belum mengetahui diterimanya tawaran
tersebut. 6 Teori Kepercayaan
Teori ini mengajarkan bahwa suatu kata sepakat dianggap telah terjadi manakala ada pernyataan yang secara obyektif dapat dipercaya.
2. Konsepsi