ANTIOKSIDAN TINJAUAN PUSTAKA A. TEH HIJAU

G. ANTIOKSIDAN

1. Antioksidan dan Mekanisme Antioksidasi Menurut Schuler 1990, antioksidan adalah zat yang mampu memperlambat atau mencegah terjadinya proses oksidasi. Begitu pula disebutkan dalam http:www.kompas.com 2003, antioksidan merupakan zat yang anti terhadap zat lain yang bekerja sebagai oksidan. Zat lain itu populer disebut radikal bebas atau reactive oxygen species ROS, yaitu suatu molekul oksigen dengan atom yang pada orbit terluarnya memiliki elektron yang tidak berpasangan. Karena kehilangan pasangannya itu, molekul lalu menjadi tidak stabil, liar, dan radikal. Radikal bebas tersebut menurut Karyadi 1997 muncul disebabkan berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses oksidasi pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas, metabolisme sel, olahraga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pencemar, dan radiasi matahari. Menurut Karyadi 1997, reaksi pembentukan radikal bebas sebenarnya merupakan mekanisme biokimia tubuh normal. Radikal bebas umumnya hanya bersifat perantara yang dapat dengan cepat diubah menjadi substansi yang tidak lagi membahayakan tubuh. Tetapi jika radikal bebas berada dalam jumlah berlebihan sementara jumlah antioksidan seluler tetap atau lebih sedikit, maka kelebihannya tidak bisa dinetralkan dan berakibat pada kerusakan sel. Kerusakan sel tersebut meliputi kerusakan DNA pada inti sel, kerusakan membran sel, kerusakan protein, kerusakan lipid, dan dapat menimbulkan autoimun. Menurut Sofia 2007, kerusakan tersebut tentu saja berujung pada timbulnya berbagai macam penyakit dalam tubuh seperti peradangan, penuaan dini, pemacuan zat karsinogenik yang menyebabkan kanker, peningkatkan kadar LDL low density lipoprotein yang kemudian menjadi penyebab penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Akibatnya timbullah atherosklerosis atau lebih dikenal dengan penyakit jantung koroner. Di samping itu juga terjadi penurunan suplai darah atau ischemic karena penyumbatan pembuluh darah serta parkinson menurut patologi juga dikarenakan radikal bebas. Supaya radikal bebas tersebut tidak merajalela, tubuh dengan sendirinya spontan memproduksi zat antioksidannya. Antioksidan yang diproduksi dari dalam tubuh endogen berupa tiga enzim yaitu, superoksida dismutase SOD, glutation peroksidase GSH Px, dan katalase, serta non enzim, yaitu senyawa protein kecil glutation. Ketiga enzim dan senyawa glutation ini bekerja menetralkan radikal bebas. Pekerjaannya itu dibantu oleh asupan antioksidan dari luar eksogen yang berasal dari bahan makanan. Misalnya, vitamin E, vitamin C, beta-karoten, dan senyawa flavonoid yang diperoleh dari tumbuhan http:www.kompas.com , 2003. Menurut Sofia 2007, sumber antioksidan dari luar, yaitu vitamin E dan vitamin C dapat diperoleh dari kacang-kacangan, biji-bijian, buah- buahan, dan sayuran hijau; beta-karoten dapat diperoleh dari wortel, brokoli, kentang, dan tomat; sedangkan senyawa flavonoid menurut Schuler 1990, dapat diperoleh dari rempah-rempah dan tanaman obat, seperti teh, kayu manis, ginseng dan lain-lain. Menurut Gordon 1990, autooksidasi lemak seperti semua reaksi berantai lainnya, mekanisme reaksinya terjadi melalui tahap inisiasi, dimana terjadi pembentukan radikal bebas; reaksi propagasi, dimana radikal bebas diubah menjadi radikal yang lain; dan reaksi terminasi, dimana terjadi penggabungan dua radikal membentuk formasi yang stabil. Menurut Gordon 1990, berdasarkan mekanismenya antioksidan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan primer yang dapat bereaksi dengan radikal bebas membentuk produk yang lebih stabil, dan antioksidan sekunder atau antioksidan pelindung, berperan dalam mereduksi kecepatan rantai inisiasi melalui berbagai mekanisme dan berperan dalam memperlambat laju autooksidasi lemak dengan cara mengikat ion logam, memecah hidroperoksida menjadi spesies non radikal, menyerap radiasi ultraviolet atau menginaktifkan oksigen singlet. Mekanisme autooksidasi oleh radikal bebas dan mekanisme penghambatan oksidasi oleh antioksidan menurut Gordon 1990 dapat digambarkan seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Mekanisme autooksidasi oleh radikal bebas dan mekanisme penghambatan oksidasi oleh antioksidan 2. Uji Aktivitas Antioksidan Menurut Damayanti 2004, Aktivitas antioksidan dapat dievaluasi dengan cara menentukan proteksi antioksidan terhadap oksidasi minyak atau lemak, dengan kata lain sejauh mana daya tahan minyak atau lemak tersebut terhadap proses oksidasi. Penentuan aktivitas antioksidan dapat dilakukan pada tahap oksidasi yang berbeda, yaitu tahap awal, pada saat oksidasi menghasilkan produk primer seperti bilangan peroksida PV dan diena terkonjugasi; serta pada tahap selanjutnya yang menghasilkan produk sekunder yang lebih stabil seperti heksanal, asam karboksilat volatil, dan sebagainya. Inisiasi ROOH ROO• + H• ROOH RO• + •OH 2 ROOH RO• + H 2 O + ROO• Propagasi R• + O2 ROO• ROO• + R 1 H ROOH + R 1• Terminasi ROO• + R 1 OO• ROOR 1 + O 2 RO• + R 1 ROR 1 Mekanisme Autooksidasi oleh Radikal Bebas ROO• + e ROO - ROOH ROO• + AH ROOH + A• R• + e R + alkena + H + RO• + AH ROOH + A• Mekanisme Penghambatan Oksidasi oleh Antioksidan Primer 2O 2 • - + 2H + H 2 O 2 + 3 O 2 superoksida dismutase 2H 2 O 2 H 2 O + 3 O 2 katalase 1 O 2 + 1 β-karoten 3 O 2 + 3 β-karoten Mekanisme Penghambatan Oksidasi oleh Antioksidan Sekunder Keterangan : ROO• = alkil peroksida AH = donor hidrogen R• = alkil radikal Metode pengukuran aktivitas antioksidan yang biasa digunakan pada berbagai penelitian meliputi : 1. Uji active oxygen method AOM, 2. Uji TBA, 3. Metode sistem model β-karotenlinoleat, 4. Metode diena terkonjugasi, 5. Metode rancimat, 6. Metode tiosianat, 7. Metode scavenging effect on DPPH radical , dan 8. Metode kromatografi. Metode diena terkonjugasi merupakan metode yang digunakan untuk mengukur absorbansi yang disebabkan oleh adanya struktur diena terkonjugasi yang terdapat di dalam sampel minyak atau lemak White, 1995. Diena terkonjugasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana ikatan rangkap dari suatu atom C berpindah menuju atom C disebelahnya. Menurut White 1995, perpindahan posisi ikatan rangkap ini terjadi ketika lemak kehilangan satu atom hidrogen dari gugus metilen pada posisi α dari ikatan rangkap. Perpindahan ini biasanya terjadi akibat oksidasi lemak. Menurut fennema 1996 hal tersebut dapat digambarkan seperti Gambar 2. Gambar 2. Pembentukan diena terkonjugasi pada asam lemak linoleat 13 12 11 10 9 − C = C − C − C = C − − C = C − Ç − C = C − − C = C − Ç − C = C − − C = C − C = C − Ç − − Ç − C = C − C = C − O 2 O 2 − C = C − C − C = C − − C = C − C = C − C − O O Ọ Ọ − C − C = C − C = C − O Ọ RH RH − C = C − C − C = C − − C = C − C = C − C − O O O O H H − C − C = C − C = C − O O H Struktur 1,4-pentadiena linoleat sangat mudah teroksidasi. Bahkan menurut Fennema 1996 struktur ini 20 kali lebih mudah teroksidasi daripada struktur propena pada asam oleat, hal ini karena gugus metil pada posisi 11 diapit oleh dua ikatan rangkap. Perpindahan posisi atom hidrogen menghasilkan pentadienyl radical intermediate yang bila bereaksi dengan molekul oksigen menghasilkan campuran yang seimbang antara 9- dan 13- diena hidroperoksida terkonjugasi. Menurut White 1995, pengukuran diena terkonjugasi dapat digunakan sebagai indikator mutu minyak. Tetapi metode ini tidak dapat diaplikasikan pada semua jenis minyak karena nilai diena terkonjugasi tergantung pada komposisi asam lemak pada minyak tersebut. Metode diena terkonjugasi sering diaplikasikan pada minyak yang banyak mengandung asam linoleat atau asam lemak tak jenuh lainnya seperti minyak kedelai dan minyak jagung. Menurut Damayanti 2004, metode diena terkonjugasi dapat digunakan sebagai indeks kestabilan lipid menggantikan bilangan peroksida karena lebih cepat daripada penentuan bilangan peroksida, jauh lebih sederhana, tidak tergantung dari reaksi kimia atau perubahan warna dan membutuhkan sampel dalam ukuran yang lebih kecil. Kulas dan Ackman dalam Fatimah 2005 menambahkan, bahwa meskipun bilangan peroksida merupakan metode yang telah banyak dipakai dalam penentuan produk oksidasi primer minyak dan lemak, tetapi prosedur tersebut membutuhkan waktu yang lama sehingga banyak digantikan dengan diena terkonjugasi. Keunggulan metode diena terkonjugasi dibandingkan bilangan peroksida adalah lebih sensitif dan sangat berguna dalam menentukan efektivitas antioksidan.

III. METODOLOGI A. BAHAN