ml HCL 0,02 N yang telah ditetesi indikator mensel sebanyak 3 tetes. Proses destilasi dihentikan apabila volume setelah destilasi telah mencapai dua kali
sebelum destilasi. Hasil destilasi tersebut selanjutnya dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan warna. Lakukan juga titrasi terhadap blanko.
ml titrasi blanko-sampel x N NaOH x 14 x 100 Total N =
gram sampel x 1000 Protein = Total N x faktor konversi 6,25
4. Kadar Serat Kasar AOAC, 1999
Sampel seberat 1 gram dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 300 ml kemudian ditambahkan 100 ml H
2
SO
4
0,325 N. Bahan selanjutnya dihidrolisis di dalam autoklaf pada suhu 105
o
C selama 15 menit. Bahan didinginkan kemudian ditambahkan 50 ml NaOH 1,25 N, lalu dihidrolisis kembali di dalam
autoklaf bersuhu 105
o
C selama 15 menit. Bahan disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah dikeringkan dan telah diketahui
beratnya. Setelah itu kertas dicuci berturut-turut dengan air panas yang ditambahkan 25 ml H
2
SO
4
0,325 N kemudian dengan air panas yang ditambahkan 25 ml aseton atau alkohol. Residu beserta kertas saring
dikeringkan dalam oven bersuhu 110
o
C selama ± 1-2 jam. Persentase kadar serat kasar dihitung dengan rumus :
Kadar serat = W
b a
− x 100
Keterangan : a = bobot residu dalam kertas saring gram b = bobot kertas saring kosong gram
W = bobot sampel gram
5. Kadar Vitamin C Apriyantono et al., 1989
Sampel sebanyak 10 gram dihancurkan dengan mortar dengan penambahan 100 ml air destilata. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
250 ml, ditepatkan sampai tanda tera dengan menambahkan air destilata yang digunakan sebagai pembilas mortar. Sebanyak 25 ml filtrat hasil penyaringan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dititrasi menggunakan Iod 0,01 N dengan penambahan indikator kanji sampai terjadi perubahan warna. Setiap ml
Iod 0,01 N sebanding dengan 0,88 mg asam askorbat, sehingga kadar asam askorbat vitamin C dihitung dengan rumus :
ml Iod 0,01 N x 0,88 Kadar vitamin C mg =
gram sampel Untuk analisis produk akhir digunakan sampel sebanyak 1 gram yang
dilarutkan dalam 25 ml air destilata.
6. Total padatan terlarut Oktaviany, 2002
Total padatan terlarut diukur dengan menggunakan refraktometer Abbe. Setetes sampel diletakkan pada prisma refraktometer yang sudah distabilkan
pada suhu tertentu, lalu dilakukan pembacaan.
7. Kadar Oleoresin Oktaviany, 2002
Sebanyak 5 gram sampel ditempatkan dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 100 ml etanol 95. Setelah ditutup rapat, erlenmeyer beserta
isinya digoyang dengan kecepatan 110 putaran per menit pada suhu 40
o
C selama 6 jam. Pemisahan padatan dilakukan dengan kertas whatman no. 42
dengan bantuan penghisap vakum. Filtrat hasil penyaringan diuapkan dengan rotary vacum evaporator sehingga didapatkan oleoresin pada labu vakum.
Sebelumnya labu vakum ditimbang terlebih dahulu sehingga berat dari oleoresin dapat diketahui.
8. Rendemen
Rendemen dihitung berdasarkan persentase bobot serbuk instan yang dihasilkan terhadap bobot campuran larutan sebelum dikeringkan.
Rendeman = b
a x 100
Keterangan : a = berat serbuk instan yang dihasilkan b = berat larutan umpan yang masuk kedalam spray dryer
9. Acceptable Product Oktaviany, 2002
Acceptable Product ditentukan dengan mambandingkan berat serbuk instan yang dihasilkan dari pengeringan yang layak untuk dikonsumsi terhadap
berat larutan yang masuk kedalam spray dryer.
10. Densitas Kamba Heldman dan Singh, 1988