68
dan tanpa pengaruh muka air tanah. Deformasi pada lereng diperlihatkan oleh garis elemen berwarna merah, sedangkan garis elemen berwarna abu-abu
menyatakan kondisi awal dari lereng sebelum berdeformasi. Deformasi yang terjadi pada lereng S1 dan S2 terlihat lebih besar di daerah kaki lereng.
Gambar 4.6. Bentuk Deformasi Pada Daerah Penelitian
Deformasi ini disebabkan adanya perpindahan pada lereng dengan nilai extreme total displacement
sebesar 1,15 m untuk lereng S1 dan 2,46 m untuk lereng S2, dari nilai tersebut terlihat bahwa lereng S1 memiliki deformasi yang
lebih kecil dan tentunya memiliki Fk yang lebih besar dibandingkan dengan lereng S2. Deformasi yang terjadi pada lereng S1 dan S2 dalam permodelan
menggunakan Plaxis 2D Ver 8 ini terjadi setelah mengalami “phi-c reduction”
dimana pada kondisi ini nilai phi atau sudut geser dalama tanah dan c atau kohesi tanah direduksi secara terus menerus sampai mencapai kondisi longsor.
4.5. Simulasi Pengaruh Muka Air Tanah
Keberadaan air dalam lapisan tanah memberikan pengaruh yang besar pada perubahan kekuatan geser tanah, besarnya tekanan air pori dapat
memperbesar nilai deformasi yang terjadi pada saat menerima pembebanan dibandingkan pada kondisi kering tanpa air tanah. Lereng S1 dan S2 diteliti pada
saat kondisi kering dengan mengabaikan pengaruh muka air tanah, sehingga
Universitas Sumatera Utara
69
dilakukan simulasi pengaruh yang ditimbulkan akibat muka air tanah untuk mengetahui kondisi pada saat terjadi hujan di lokasi penelitian.
Gambar 4.7.
Permodelan Muka Air Tanah Muka air tanah pada simulasi ini diletakkan di antara bidang longsor
untuk lereng S1 dan S2, sebab diasumsikan daerah yang paling kritis terhadap faktor muka air tanah adalah bidang longsor dari lereng tersebut. Setelah muka air
tanah dimodelkan, kemudian dilakukan perhitungan nilai faktor keamanan menggunakan program Plaxis 2D Ver. 8 dengan pola yang sama seperti lereng S1
dan S2 tanpa muka air tanah. Gambar 4.8 dan 4.9 memperlihatkan nilai faktor keamanan pada lereng S1
dan S2 yang mengalami perubahan cukup signifikan. Setelah mendapat pengaruh muka air tanah nilai faktor keamanan dari lereng S1 dan S2 mengalami
penurunan, dengan nilai rata – rata 1,55 untuk lereng S1 dan 1,26 untuk lereng S2.
Gambar 4.8. Faktor Keamanan Pengaruh Muka Air Tanah Pada S1
30 60
90 120
150 0.9
1.2 1.5
1.8 2.1
2.4
Kedalaman [m] FK
Universitas Sumatera Utara
70
Gambar 4.9.
Faktor Keamanan Pengaruh Muka Air Tanah Pada S2
Tabel 4.7.
Perbandingan Nilai FK Tanpa dan Dengan Muka Air Tanah
NO Lokasi
FK Tanpa MAT
FK dengan MAT Tingkat
Kemantapan
1 S1
2,19 1,55
Aman 2
S2 2,10
1,40 Aman
Setelah diberi pengaruhan muka air tanah kestabilan lereng berdasarkan faktor keamanan masih dalam kondisi aman, namun dengan nilai faktor keamanan
yang dibawah 1,6 ini menandakan walaupun dalam kondisi aman namun lereng tersebut masih memiliki kemungkinan untuk mengalami kelongsoran apabila
terjadi penambahan beban ataupun perubahan muka air tanah.
Gambar 4.10.
Bidang Longsor Akibat Pengaruh Muka Air Tanah Gambar 4.10 menunjukkan bidang longsor akibat pengaruh muka air
tanah. Bidang longsor lereng S1 dan S2 pada saat kering dan pada saat memiliki muka air tanah terlihat berbeda, setelah diberi pengaruh muka air tanah maka
100 200
300 400
500 600
1 1.2
1.4 1.6
1.8 2
Fk
Universitas Sumatera Utara
71
bidang longsor bertambah luas, ini menandakan kemungkinan longsor bertambah besar dibuktikan dengan berkurangnya nilai faktor keamanan pada lereng S1 dan
juga lereng S2. Keberadaan tekanan air pori akan mereduksi beberapa parameter kekuatan
efektif dari tanah seperti sudut geser dalam dan kohesi tanah. Pada simulasi ini keberadaan air tanah memberikan pengaruh maksimum pada sisi lereng bagian
bawah.
Gambar 4.11.
Bentuk Deformasi Pengaruh Muka Air Tanah Selain memperbesar bidang longsor, pengaruh muka air tanah juga
merubah nilai deformasi yang ada. Deformasi yang terjadi pada lereng S1 dan S2 adalah deformasi yang diperoleh setelah mereduksi nilai sudut geser dalam tanah
dan nilai kohesi tanah hingga mengalami kelongsoran. Setelah mendapat pengaruh muka air tanah di lereng S1 terjadi deformasi
sebesar 1,244 m, nilai ini menunjukka nilai deformasi yang bertambah kecil dari 2,46 m menjadi 1,24 m, hal ini juga terlihat dari bentuk deformasi yang berubah.
Jika dibanding Gambar 4.6 dengan Gambar 4.11 dengan titik tinjau yang sama yaitu puncak lereng, terlihat bentuk deformasi pada lereng S1 mengalami
perubahan yang awalnya deformasi didominasi di daerah kaki lereng dan kemudian setelah pengaruh muka air tanah deformasi terjadi secara merata di
sepanjang permukaan lereng.
Universitas Sumatera Utara
72
Sedangkan untuk lereng S2 deformasi akibat pengaruh muka air tanah sebesar 2,12 m. Nilai deformasi ini mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan deformasi yang terjadi sebelum adanya muka air tanah. Nilai deformasi sebelumnya pada lereng S2 sebesar 1,15 m kemudian naik menjadi 2,12 m. Jika
dilihat secara visual bentuk deformasi pada lereng S2 tidak mengalami perubahan yang signifikan.
4.6. Jenis Longsoran Pada Daerah Penelitian