72
Sedangkan untuk lereng S2 deformasi akibat pengaruh muka air tanah sebesar 2,12 m. Nilai deformasi ini mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan deformasi yang terjadi sebelum adanya muka air tanah. Nilai deformasi sebelumnya pada lereng S2 sebesar 1,15 m kemudian naik menjadi 2,12 m. Jika
dilihat secara visual bentuk deformasi pada lereng S2 tidak mengalami perubahan yang signifikan.
4.6. Jenis Longsoran Pada Daerah Penelitian
Berdasarkan geometri lereng dan juga bentuk deformasi lereng dapat ditentukan jenis longsoran yang berpotensi terjadi pada lereng S1 maupun lereng
S2. Pada dasarnya lereng S1 dan S2 memiliki bentuk deformasi yang sama, untuk itu lereng S1 dan S2 juga memiliki jenis longsoran yang sama.
Berdasarkan Gambar 2.2 jenis longsoran dapat diklasifikasikan berdasarkan slope atau kemiringan lereng. Lereng S1 dan S2 masing
– masing memiliki kemiringan 50
o
dan 47
o
, dengan nilai kemiringan yang demikian maka jenis longsoran yang terjadi pada lereng S1 dan S2 adalah earth fall atau jatuhan
tanah, jenis longsoran ini ditandai dengan kemiringan minimun sebesar 45
o
dan kemiringan maksimum sebesar 60
o
. Dikatakan jatuhan tanah sebab kemiringan lereng sudah tergolong terjal. Sedangkan jika dilihat dari bentuk deformasinya
maka lereng S1 dan S2 berpotensi mengalami jenis longsor flow atau aliran, sebab massa tanah pada saat terjadinya deformasi terlihat bergerak turun dari atas
lereng menuju kaki lereng. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa lereng S1 dan S2 memiliki dua jenis
kemunginan longsor, yaitu longsor jenis earth fall atau jatuhan tanah dan longsor flow
atau aliran.
Universitas Sumatera Utara
73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa kemantapan lereng pada tebing jalan Medan – Berastagi
Km. 35,7 – 36 daerah Sembahe, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut
: 1. Pada daerah penelitian memiliki topografi yang bergelombang dengan
morfologi miring dan sedikit miring. 2. S1 memiliki geometri dengan tinggi 14 m dan kemiringan 50
o
sedangkan lereng S2 memiliki gemotrei dengan tinggi 17 m dan kemiringan 47
o
. 3. Jenis tanah pada kedua sampel berdasarkan klasisifikasi ASSHTO adalah
tanah golongan A6, sedangkan dengan menggunakan sistem Unified tanah pada lereng penelitian berjenis SM atau pasir berlanau.
4. Nilai faktor keamanan yang diperoleh dengan menggunkan program Plaxis 2D ver.8
model Soft Soil adalah 2,19 untuk lereng S1 dan 2,10 untuk lereng S2. Nilai faktor keamanan menjadi tolok ukur utama dalam
mengklasifikasikan tingkat kemantapan dari lereng S1 dan S2. Lereng S1 dan S2 memiliki tingkat kemanan yang besar sebab nilai faktor keamanan
yang besar. 5. Deformasi yang terjadi akibat berat sendiri pada lereng S1 adalah 1,150 m
dan pada lereng S2 adalah 2,460 m. Deformasi yang diperoleh setelah sudut geser dalam dan juga kohesi tanah mengalami reduksi.
Universitas Sumatera Utara