Implikasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Bogor Berdasarkan

5.4. Implikasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Bogor Berdasarkan

Hasil Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pajak dan Retribusi Daerah Kota Bogor Berdasarkan interpretasi hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pajak dan retribusi daerah kota bogor yang telah dijelaskan sebelumnya, pada bagian ini akan dibahas mengenai implikasinya terhadap kebijakan Pemerintah Daerah Kota Bogor. Untuk perkembangan penerimaan pajak daerah, yaitu berupa kebijakan untuk menekan pengaruh kuat variabel tingkat inflasi, sedangkan untuk perkembangan penerimaan retribusi daerah berupa kebijakan yang berhubungan dengan variabel tingkat inflasi, variabel uji kendaraan bermotor, dan variabel jumlah pengunjung objek wisata. 5.4.1. Implikasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Bogor untuk Perkembangan Penerimaan Pajak Daerah Kota Bogor Faktor utama yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah Kota Bogor berdasarkan hasil analisis yaitu tingkat inflasi yang berkorelasi negatif atau berbanding terbalik terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bogor. Berarti apabila tingkat inflasi mengalami peningkatan, maka penerimaan pajak daerah akan menurun. Tingkat inflasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tingkat inflasi merupakan faktor-faktor yang dapat ditanggulangi dibawah kemampuan pemerintah daerah seperti masalah kestabilan harga bahan-bahan pokok di daerah, sedangkan faktor eksternal tingkat inflasi merupakan faktor-faktor yang timbul dari masalah-masalah yang diluar kemampuan pemerintah daerah dalam penanggulangannya, seperti kondisi moneter regionalinternasional, perdagangan luar negeri, harga bahan bakar minyak, dan sebagainya. Peran pemerintah daerah dapat dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan serta kerja sama dengan pihak-pihak yang terkait dengan melakukan terobosan dalam mengatasi masalah kenaikan harga bahan-bahan pokok, karena kenaikan tersebut secara langsung akan mempengaruhi income sektor riil masyarakat sehingga inflasi bisa mengganggu proses perkembangan perekonomian yang sedang dilaksanakan. Terobosan yang dapat dilakukan pemerintah daerah yaitu bersama-sama dunia usaha menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat di daerah mengingat pentingnya menjaga tingkat inflasi yang rendah agar terjangkau oleh daya beli masyarakat. Apabila upaya diatas dapat dipenuhi oleh pemerintah daerah Kota Bogor, diharapkan terobosan dan kebijakannya tersebut dapat mengimbangi korelasi negatif variabel tingkat inflasi yang cenderung lebih banyak diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal yang penanggulangannya diluar kemampuan pemerintah daerah. 5.4.2. Implikasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Bogor untuk Perkembangan Penerimaan Retribusi Daerah Kota Bogor Penerimaan Retribusi Daerah dipengaruhi oleh tiga faktor utama yang terdiri dari tingkat inflasi dan uji kendaraan bermotor yang berkorelasi positif atau berbanding lurus terhadap perkembangan penerimaan retribusi daerah, serta dipengaruhi faktor jumlah pengunjung objek wisata yang berkorelasi negatif atau berbanding terbalik terhadap perkembangan penerimaan retribusi daerah Kota Bogor. Apabila tingkat inflasi dan jumlah uji kendaraan bermotor meningkat, maka penerimaan retribusi daerah di Kota Bogor juga akan meningkat, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh faktor-faktor tersebut tidak memiliki masalah yang merugikan perkembangan penerimaan retribusi daerah di Kota Bogor, sehingga implikasi kebijakannya dapat dilakukan dengan optimalisasi kebijakan yang sudah ada, terutama upaya peningkatan jumlah pengujian kendaraan bermotor yang memiliki dampak positif yang banyak selain hanya untuk peningkatan penerimaan retribusi daerah di Kota Bogor. Faktor jumlah pengunjung objek wisata yang berkorelasi negatif dengan penerimaan retribusi daerah dimana apabila mengalami peningkatan maka penerimaan retribusi daerah akan menurun, dan begitu pula sebaliknya. Keadaan tersebut sebetulnya kurang relevan, sehingga hal ini diduga cenderung lebih diakibatkan oleh masalah pengelolaan data dan pengawasan dilapangan serta pelaporan data kepada pihak yang terkait. Implikasi kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah mengenai pendugaan korelasi jumlah pengunjung objek wisata terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Bogor yaitu dengan mengeluarkan kebijakan yang lebih berkaitan dengan masalah pengelolaan data baik mulai dari masalah teknologi, sistem pelaporan, dan terutama masalah pengawasan dilapangan. Hal- hal tersebut dapat mempengaruhi perhitungan penerimaan retribusi pada khususnya dan perhitungan PAD pada umumnya, sehingga diasumsikan keadaan tersebut dapat merugikan daerah.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi PAD dan komponen PAD Kota Bogor dan analisis komponen utama penerimaan pajak dan retribusi daerah sebelum dan pada masa otonomi daerah di Kota Bogor, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam periode anggaran 2001-2005 struktur sisi penerimaan APBD Kota Bogor lebih didominasi oleh bagian dana perimbangan, padahal hal tersebut tidak mencerminkan kemandirian suatu daerah dalam pembangunannya pada masa otonomi daerah sekarang ini. Oleh karena itu pemerintah daerah Kota Bogor diharapkan untuk mampu mengoptimalkan sisi penerimaan APBD dari komponen PAD Kota Bogor yang merupakan potensi utama sumber penerimaan daerah yang potensinya harus terus digali dengan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai komponen yang mendominasi penerimaan PAD di Kota Bogor. 2. Penerimaan pajak daerah di Kota Bogor sangat dipengaruhi oleh variabel tingkat inflasi. Tingkat inflasi berbanding terbalik terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bogor yang berarti apabila tingkat inflasi mengalami peningkatan, maka penerimaan pajak daerah akan menurun. Hal ini dapat ditanggulangi dengan dengan cara membuat kebijakan baru atau mengoptimalkan kebijakan yang telah ada untuk mengimbangi tingkat inflasi